Pernyataan Yang Zhi tentang protes membuat semua terkejut. Sorot mata berkumpul padanya. Istri kakak tertua menunjukkan ekspresi tak nyaman, menyentak lengan suaminya sebagai isyarat agar tidak banyak bicara.
Yang Zhi menggeleng pada istrinya, menghibur: "Aku tahu harus bicara apa." Ia menatap Yifan dengan ekspresi serius: "Yifan, soal Kristal Inti waktu itu memang salahku. Sejak kegelapan datang, aku selalu takut kelaparan. Jujur, juga khawatir kau akan meninggalkan kami. Tapi melihat kau beri makan orang luar, hatiku jadi tenang. Jika kau bisa selamatkan orang asing, mana mungkin tinggalkan kami? Kakak minta maaf dulu."
Setelah mendengar ini, Yifan sangat terkejut dan buru-buru berkata: "Kak, aku juga salah, tidak melakukan yang terbaik, membuatmu tidak tenang."
Ayah Zhang tersenyum sambil berkata: "Itu semua sudah berlalu. Lebih baik semua masalah dibicarakan terbuka. Sejujurnya, putriku ini memang terlalu polos, berbicara tanpa filter dan tidak bisa menyampaikan maksud secara tersirat. Kak, jangan tersinggung ya."
Yang Zhi menundukkan kepala lalu mengangkatnya kembali: "Paman Zhang, Anda dan bibi selalu menganggap kami bersaudara bukan sebagai orang luar. Aku merasa bersalah, jadi harus mengungkapkan beberapa hal. Jika kita terus membagikan bahan makanan seperti ini, orang luar tentu senang. Tapi lama-kelamaan, mereka akan menganggapnya sebagai kewajiban kita. Jika pemberian terlambat atau kurang, pasti mereka akan protes seperti saat pembagian hari ini yang bahkan tidak mau menunggu sebentar, seolah-olah itu hak mereka sampai berani merebut. Jadi kupikir, mungkin kita perlu menetapkan sistem atau prosedur tertentu." Ia melirik Yifan dan Yang Yang.
Yang Yang berpikir sejenak lalu berkata: "Menurutku kak benar. Kita melakukan pembagian bahan makanan secara sukarela, tapi harus ada batasannya. Orang luar tidak boleh hanya menerima tanpa berkontribusi. Kita perlu buat sistem distribusi berdasarkan kontribusi kerja. Warga area perumahan yang tidak bekerja hanya boleh mendapat jatah sedikit, mungkin cuma satu mangkuk bubur per makan. Selain itu, persediaan gas juga akan dihentikan. Nanti kita perlu sistem dapur umum di mana pekerja dan penganggur tidak boleh mendapat porsi sama."
Mendapat dukungan Yang Yang, Yang Zhi tampak senang. Yifan juga memandang Yang Yang dengan terkejut, tidak menyangka adik iparnya telah memikirkan hal sedetail dan sedalam ini.
“Benar, Yang Yang benar, kita mencari orang juga harus membagi tingkatan. Untuk pekerjaan berbahaya seperti pergi menjemput orang, gajinya harus lebih tinggi. Jika mereka mengalami bahaya dan meninggal, keluarga juga harus mendapat kompensasi.” Dong Zhipeng menambahkan satu kalimat.
Kemudian semua mulai berdiskusi ramai, Yiping mencatat satu per satu dengan pena.
Zhang Yifan memang tidak suka mengurusi pekerjaan organisasi. Mendengar semua orang mengajukan poin-poin, sepertinya semakin banyak konten yang diusulkan, kepalanya pusing tujuh keliling. Ingat masih harus tawar-menawar dengan Xu Wenqiang malam ini, mencoba menguji tujuan Xu Wenqiang, hatinya jadi kacau. Melihat jam hampir pukul 8, dia berdiri dan berkata: "Aku keluar sebentar, kalian lanjutkan diskusi."
Yang Yang juga berdiri: "Aku temani kamu keluar."
Zhang Yifan menggelengkan kepala: "Kamu juga sudah lelah. Aku minta Ayah yang temani. Ayah sudah lama tidak keluar." Begitu mendengar, Ayah langsung bersemangat berdiri: "Kalian anak muda lanjutkan rapat, aku temani Yifan."
Tak terasa, pandangan Mama terlihat kecewa. Yifan segera menyahut: "Mama, ikut juga." Dalam hati sudah punya ide, mengingat dirinya punya kemampuan bela diri dan area perumahan baru saja membagikan bahan makanan, seharusnya masih aman. Tegas mengajak orang tua jalan-jalan dengan mobil.
"Saat kembali, sudah lewat pukul 9 malam. Meski hanya mengajak orang tua jalan-jalan sebentar di area perumahan, mereka terlihat sangat gembira karena hampir dua bulan tidak keluar rumah. Melihat ekspresi terkejut dan senyum puas di wajah ibu, Zhang Yifan merasa sedih. Ke depannya ia akan semakin sibuk sehingga waktu menemani orang tua akan semakin berkurang."
Beberapa kakak perempuan telah menyusun jadwal kegiatan beberapa hari ke depan di beberapa lembar kertas tipis yang tertulis rapi. Melihat Zhang Yifan kembali, mereka menyerahkan jadwal sambil berkata: "Kami sedang memverifikasi daftar personil dan kondisi permukiman di area ini, prosesnya agak rumit."
Yifan menerima kertas-kertas itu. Ia melihat sekilas isinya yang mencakup waktu distribusi bahan pokok besok pagi, urutan pelaksanaan, jumlah personil yang akan turun, serta pembagian tugas dan penggajian warga perumahan. Matanya juga menyapu perlengkapan di tangan mereka yang sibuk mencorat-coret kertas: "Hari ini sudah lelah seharian, cepatlah istirahat. Bukankah rencana sudah ada? Besok biarkan warga perumahan yang bergotong royong."
Yiping bahkan tidak mengangkat kepala: "Kami sedang mencari personil untuk tiap divisi kerja. Harus ditentukan dulu agar besok bisa dibagi tugas per orang."
"Tidak boleh, pekerjaan sepenting apapun harus istirahat dulu." Zhang Yifan menggerakkan kertas di tangannya: "Rencana kalian mau distribusi pukul 5 pagi besok? Terlalu pagi. Geser ke pukul 8. Sekarang tidurlah."
Kali ini Yiping mengangkat kepala. Bukan hanya dia, semua orang menatapnya dengan bingung: "Pukul 8? Pukul 7.30 distribusi gas baru, pukul 8 distribusi bahan pokok. Nanti warga tidak sempat masak?"
“Keluar pukul 5, hanya kita berberapa? Terlalu pagi, menyelamatkan orang juga tidak boleh membuat diri kelelahan, istirahat dulu, ya? Begini saja, besok pagi pukul 6:30, saya akan keluar cari orang, tentukan orangnya dulu, berkumpul pukul setengah sembilan, bagi-bagikan beras. Sekarang istirahat dulu, sudah diputuskan.” Zhang Yifan langsung meniup 2 lilin hingga padam, cahaya di kamar langsung redup, benar-benar tidak bisa menulis lagi. Yiping menggenggam pulpen sambil menguap: "Memang sudah lelah, istirahat dulu lah." Mendengar perkataan Yiping, semua orang meletakkan pulpen dan berdiri, benar-benar kelelahan.
Setelah mengusir semua orang, Zhang Yifan dan Yang Yang juga kembali ke kamar. Mengisi kantong air panas, berbaring di tempat tidur yang hangat, tapi masih belum bisa tidur.
Yang Yang mencari posisi nyaman di dalam selimut sambil bertanya: "Yifan, kamu semakin hebat, belajar skill baru lagi?"
"Hmm, belajar teknik menangkap dan bertarung." kata Yifan dengan bangga. "Kira-kira 5 orang tidak bisa mendekati saya, hebat kan?"
"Hmm, hebat." Berhenti sebentar: "Dari mana dapat berasnya, berapa banyak?"
"Benar-benar dari gudang luar, sudah disimpan semua di ruang pemanfaatan. Cuma tidak ada kantong berasnya, merepotkan." Zhang Yifan menjawab lancar, kebohongan yang diulang-ulang akan membuat diri sendiri percaya.
Sambil menguap, Yang Yang benar-benar mengantuk: "Kamu semakin hebat. Jujur saja, kalau ada kamu di samping, tidurku jadi tenang. Aneh juga, kemana perginya tikus mutan itu? Jangan-jangan kamu yang membuatnya hilang."
"Saya?" Zhang Yifan mendengus: "Aku juga berharap bisa."
Di telinga, napas Yang Yang perlahan menjadi berat dan panjang, Zhang Yifan teringat, masuk ke ruang pemanfaatan.
Gunungan beras seputih salju setinggi gunung tak berkurang banyak. Memandangi beras seputih salju ini, dalam hati timbul perasaan ancaman samar. Jika dia menyelamatkan orang tapi berasnya habis, maka... Zhang Yifan menggelengkan kepala, mengusir pikiran itu dari benaknya. Tidak mungkin. Xu Wenqiang yang menyuruhnya menyelamatkan orang pasti membutuhkan orang, tidak akan memberi kekacauan besar. Tapi untuk apa dia butuh orang? Zhang Yifan berpikir sambil memandang sekeliling. Xu Wenqiang ini, tidak disummon tidak mau muncul.
