Zhang Yifan tidak terburu-buru. Pertemuan dengan Xu Wenqiang dan pertanyaan yang akan diajukan belum dipersiapkan. Setiap malam masuk ke ruang pemanfaatan kini telah menjadi kebiasaan, karena bisa memanfaatkan stagnasi waktu di ruang pemanfaatan untuk berpikir baik-baik tentang masalah.
Zhang Yifan duduk bersila, kedua tangan merangkul kakinya, dagu bertumpu pada lutut. Matanya menatap dua baris pohon buah, hidungnya seolah menangkap aroma manis yang menggoda.
Skala operasional saat ini sepertinya akan diperluas. Prinsip distribusi sesuai kontribusi yang disebut Yang Zhi hari ini dimaksudkan untuk mencegah munculnya kerakusan pada beberapa orang. Saat mengatakannya, dia terlihat sangat bertekad, karena pernyataan ini mudah mengingatkan orang pada perilakunya di masa lalu. Zhang Yifan tersenyum kecut, wah, memang sulit baginya. Tapi masalah menyusun sistem dan sejenisnya, bukan saja bukan keahliannya, orang-orang di sekitarnya pun sama sekali tidak menguasai. Apakah harus seperti di novel, mencari beberapa orang yang bekerja di pemerintahan di area perumahan untuk membuat sistem?
Tidak! Zhang Yifan segera menolak ide itu. Mengapa harus membiarkan orang lain membuat aturan yang membatasi diri sendiri? Dirinya yang menyediakan tempat tinggal aman dan persediaan makanan cukup, maka mereka harus mutlak patuh. Sekarang bukan era demokrasi masa keemasan dulu. Di area perumahan ini, dirinya harus menerapkan diktator, dan mereka harus menerima.
Tapi mengandalkan diri sendiri saja tidak cukup. Tahap pertama adalah membentuk pasukan sendiri. Sang Pemimpin Agung pernah berkata: "Kekuasaan muncul dari laras senjata". Hanya dengan memiliki pasukan sendiri, keamanan keluarga bisa terjamin. Hal lain bisa diurus belakangan.
Benar, langkah pertama: merekrut pasukan. Zhang Yifan membalik-balik beberapa lembar kertas di tangannya yang berisi data detail nama, gender, usia, dan pekerjaan sebelumnya dari orang-orang yang menerima beras hari ini, sudah dikelompokkan berdasarkan gender dan usia. Zhang Yifan menyisihkan dua lembar dokumen.
Dua dokumen ini mencatat CV pria berusia 18-50 tahun. Zhang Yifan membaca satu per satu. Yang pertama terdaftar adalah Zhao Xiao. Tentang pemuda ini, kesan Zhang Yifan masih cukup baik. Saat pertama kali memusnahkan tikus, cahaya senter tertutup tikus, dialah yang pertama membuka jendela lantai empat rumahnya untuk menerangi; Kedua kalinya saat Zhang Yifan dan Yang Yang pergi mengambil bangkai kecoak, dia keluar dengan inisiatif menawarkan bantuan; Kali ini saat distribusi makanan, dia juga yang pertama muncul dan aktif membantu mempertahankan disiplin. Tampaknya hati pemuda ini dipenuhi sinar matahari, orang yang benar-benar berhati mulia.
Zhang Yifan melihat profilnya: Zhao Xiao, pria, 33 tahun, mantan teknisi pemeliharaan pabrik baja, Gedung 1 Unit 2 No.401.
Terlalu sederhana. Zhang Yifan menggelengkan kepala. Hari ini terlalu terburu-buru, pertimbangan kurang matang. Materi analisis sedikit seperti ini tidak cukup untuk memahami seseorang.
Melanjutkan membaca, muncul nama familiar: Wang Zhuang, pria, 28 tahun, mantar penjaga keamanan supermarket, Gedung 1 Unit 3 No.602. Penjaga keamanan, pantas saja saat bicara langsung menyentuh inti persoalan. Dengan satu kalimat langsung membuat kerumunan yang kacau mulai mengantri, ini benar-benar profesional.
Melihat lebih ke bawah lagi, daftar kelas ini lengkap semua: karyawan bank, dokter rumah sakit, PNS, guru, polisi... Zhang Yifan melihat beberapa baris kemudian kehilangan minat. Apa gunanya kelas aslinya? Dia lupa mendaftarkan keahlian khusus. Keahlian khususlah yang paling membantu, misalnya Taekwondo tiga level, Yudo sabuk hitam, dan sejenisnya. Tapi sebenarnya Zhang Yifan sendiri tidak tahu pasti apakah ada level tiga Taekwondo atau sabuk hitam Yudo. Zhang Yifan berbaring kesal di lantai. Di novel-novel, pemeran utama bisa langsung punya banyak anak buah, yang piawai strategi maupun bertarung, semuanya gagah perkasa dan setia. Kenapa di sini pemeran utama sepertinya memalukan, figuran pun sulit dicari, malah sibuk menciptakan masalah sendiri?
Xu Wenqiang ini benar-benar menyebalkan. Pasti dia menyimpan banyak senjata canggih. Kalau semua diberikan padaku, aku tinggal 'tembaki' saja tikus mutan dan kecoak mutan itu, pasti semuanya langsung game over. Hmph, dia pasti tidak akan melakukannya. Kristal Inti dalam tubuh makhluk mutan itu belum diketahui seberapa besar akan tumbuh. Kalau sekarang semuanya di-'tembaki', di mana lagi bisa menemukan banyak Kristal Inti sebanyak ini. Jika jadi dirinya... Zhang Yifan berpikir, mungkin dirinya juga tidak akan melakukan hal itu.
Pemerintah juga, sekarang tidak jelas siapa yang berkuasa. Mereka punya pasukan dan senjata, tapi belum terlihat menyelamatkan kami. Di sisi sini aku membagikan makanan dan merekrut pasukan. Jujur saja, apakah pasukan hasil rekrutan ini akan efektif? Setelah bertemu tentara sejati yang membawa senjata, apakah orang-orang tidak terorganisir di kompleksku ini masih mau mendengarkan perintahku?
Setelah berpikir tak bermakna dan berantakan sebentar, semakin dipikir semakin frustasi. Tugas sebagai kepala ini benar-benar bukan pekerjaan manusia, pantas saja setiap pemimpin punya begitu banyak sekretaris.
Tanpa sadar kembali merenungkan konten novel. Bagaimana para pemeran utama itu bisa merebut sekumpulan bawahan? Rupanya karena aura dominan sang protagonis terlalu kuat, karismanya terlalu memukau, sehingga figuran-figuran itu aktif mendekat, menunjukkan kesetiaan. Sebagian lagi ditaklukkan setelah tumbang. Merenungkan diri sendiri, tidak memiliki satu pun dari kriteria tersebut.
Sebenarnya Zhang Yifan terlalu rendah hati. Ia tak melihat kelebihan dan aura dominannya sendiri. Terlalu banyak novel, terlalu banyak protagonis berkharisma, membuatnya merasa tak pantas. Ia tak menyadari aura protagonis di kepalanya, melupakan akurasi sempurna pisau terbangnya, juga lupa sikap anggun saat menangkap pria kekar hari ini. Tak ia sadari, performa menonjol dan sikap kerasnya hari ini telah memberi kesan mendalam pada warga area perumahan. Saat Zhang Yifan bersembunyi di ruang pemanfaatan sambil frustasi, warga justru telah diinjeksi keyakinan olehnya. Kini, melalui propaganda sengaja Zhao Xiao, dalam persepsi massa area perumahan, Zhang Yifan hampir menjadi eksistensi setara dewa.
Zhang Yifan merasa pusing sejenak. Karena Xu Wenqiang tidak muncul, ia pun menyemangati diri sendiri dan mulai memikirkan rencana selanjutnya. Bolak-balik mengangkut bahan makanan dengan mobil off-road sendiri terlalu menyita waktunya. Akhirnya ia memutuskan untuk meminta orang yang akan mengambil jatah besok datang sendiri, sekaligus menghindari masalah kekurangan personil. Tapi bagaimana jika ada yang mengambil dua kali? Solusinya, kirim petugas untuk melakukan registrasi dan verifikasi di area perumahan terlebih dahulu. Setelah diverifikasi, atur jadwal pengecekan satu per satu sebelum distribusi. Benar, begini caranya. Buka beberapa jendela layanan di kantor pengelola perumahan, tempatkan anggota keluarga di setiap jendela untuk mendistribusikan makanan bersama warga. Ia sendiri cukup melakukan patroli sekilas. Bisa juga memanfaatkan penjaga pintu kompleks. Ya, begini rencananya. Zhang Yifan mengulangi detail rencana ini beberapa kali. Melihat Xu Wenqiang masih menghindar, ia pun tidak mempedulikannya. Tiba-tiba teringat, ia segera keluar dari ruang pemanfaatan.
Yang Yang baru saja terlelap. Zhang Yifan bangun diam-diam, mengenakan baju zirahnya, lalu menuju ruang latihan. Ia menyalakan lilin, menuliskan ide yang baru terpikir di buku catatan, memverifikasi sekali lagi untuk memastikan tidak ada yang terlewat. Setelah yakin, ia meniup lilin dan kembali ke kamar.
Waktu hampir menunjukkan pukul 11 malam, tapi Zhang Yifan tidak merasa mengantuk sama sekali. Fisik dan stamina-nya secara tak disadari semakin atletis. Ia melambaikan tangan, merasakan kekuatan yang mengalir deras di lengannya.
