Zhang Yifan menatap takjub saat Xu Wenqiang berbicara santai tentang hal mustahil bagai dongeng.
“Kamu bisa mengendalikan dunia dengan mudah. Teknologi dan kekuatan yang tak dimiliki bumi - di hadapannya, kaulah penguasa. Masih khawatir tak bisa lindungi keluargamu?”
"Tidak, ini tidak mungkin." Zhang Yifan gelisah sambil menggelengkan kepala: "Aku tidak pernah memikirkannya, dan aku juga tidak merasa mampu. Aku... Bagaimana mungkin aku..." Zhang Yifan berusaha mengungkapkan pikirannya dengan kacau, namun terdengar suara menggoda di hatinya: "Mengapa tidak? Kekacauan melahirkan pahlawan. Kau punya ruang pemanfaatan, bahan makanan, senjata. Tak ada yang bisa jadi lawanmu, mengapa kau tidak bisa?"
Ruang pemanfaatan terdiam sejenak, mengamati wajah Zhang Yifan yang mulai panik. Xu Wenqiang berkata sambil menyindir: "Tentu, kau punya pilihan lain. Bisa berkolaborasi dengan salah satu pihak, menyediakan bahan makanan atau aset lain sebagai imbalan perlindungan untukmu dan keluargamu. Tapi sebutan 'kolaborasi' ini hanyalah kamu yang membawa harta karun mencari perlindungan bandit."
Inilah masalah yang dikhawatirkan Zhang Yifan. Keengganannya bekerja sama dengan militer karena takut mereka akan mengambil kalungnya. Meski tidak bisa membukanya, tanpa kalung itu dia akan kehilangan segalanya, membuat diri dan keluarganya jadi bulan-bulanan.
"Hanya kau yang bisa memutuskan. Tak ada yang bisa mengatur jalanmu selanjutnya." Xu Wenqiang berkata dingin, lalu berbalik mengamati barang-barang lain di ruang pemanfaatan tanpa lagi menghiraukan Zhang Yifan.
Zhang Yifan merasa hatinya kacau balau. Perkataan Xu Wenqiang bagai jarum menusuk bagian paling sensitif dalam dirinya. Dirinya mana pernah ingin menguasai bumi? Yang diinginkannya hanyalah hidup damai bersama keluarga. Tapi di era kegelapan ini, mungkinkah ia menjauh dari masalah dan tetap aman? Bagaimana mungkin seorang diri melindungi keluarganya? Dengan wajah termenung, ia menatap Xu Wenqiang yang sedang asyik memeriksa satu per satu aset yang dibawa. Zhang Yifan bingung harus berbuat apa.
Ia tak lagi memanggil Xu Wenqiang. Kata pria itu benar - tak ada yang bisa mengatur jalan hidupnya selanjutnya. Pilihannya hanya tunduk atau maju pantang mundur. Saat ini, Zhang Yifan sangat ingin pulang, berkumpul dengan sanak keluarga.
Setelah mengisi penuh semua tangki jeep di ruang pemanfaatan, Zhang Yifan mendatangi Xu Wenqiang dengan wajah muram: "Bisa perkenalkan, aset-aset di sini mana yang bisa kugunakan?"
Xu Wenqiang melirik sekilas ke arah Zhang Yifan. Dengan nada datar ia menjelaskan barang-barang yang dibawa 'dia': "Senjata yang kubawa semuanya daya serangnya ekstrim - dibandingkan persenjataan bumi. Yang paling lemah adalah pistol partikel, jangkauan efektif di atmosfer 3-5 kilometer. Daya rusaknya sudah tidak perlu dipertanyakan lagi."
Zhang Yifan tak menyambut ucapan itu. Ia tetap menunggu penjelasan lebih lanjut.
Xu Wenqiang menyambung, "Kendaraan transportasi adalah mobil maglev. Prinsipnya... Ah sudahlah, moda terbang seperti ini tak mungkin kau kuasai dalam waktu singkat; Tentu saja, kau juga melihat ada pesawat antariksa di sini, pesawat yang dikendalikan komputer optik, sepenuhnya otomatis. Tapi, di komputer ini tak ada bahasa Bumimu, jadi tetap tak bisa kau kendalikan."
Zhang Yifan berbalik menatap langsung Xu Wenqiang: "Apa maksudmu, semua aset di ruang pemanfaatan ini tak ada gunanya bagiku?"
Xu Wenqiang mengangkat bahu dengan acuh: "Jika kau mau memahaminya seperti itu."
"Lalu, yang kau maksud 'menguasai dunia' adalah dengan memegang senjata partikelmu dan menghancurkan seluruh Bumi, ya?" Zhang Yifan akhirnya tak bisa menahan amarahnya.
Xu Wenqiang memandangnya takjub, berlebihan berkata: "Ngapain marah segitunya—baru tadi mau berteman denganku, sepertinya perkataan manusia paling tak bisa dipercaya."
Dia sengaja. Dia memang berniat. Di benak Zhang Yifan berulang kali bergema dua kalimat ini.
"Jangan tatap aku seperti itu." Xu Wenqiang benar-benar tak menghiraukan reaksinya: "Jangan naif, kau sudah dewasa sejak lama. Kau pikir dengan satu senjata bisa menguasai dunia? Semua perlu rencana dan proses, tak pernahkah kau menyesali perbuatanmu dulu?"
"Aku tidak ingin hidupku serumit ini, persaingan kekuasaan itu terlalu kompleks dan tidak cocok untukku. Aku hanya ingin hidup aman bersama keluarga. Karena itu, Xu Wenqiang, aku perlu bantuanmu." Zhang Yifan melontarkan kalimat itu tanpa pikir panjang.
"Kau ingin menjauh dari masalah?" Xu Wenqiang mencibir: "Ada pepatah 'Setelah aku mati, biarkan banjir bandang menghancurkan segalanya.' Tapi kau masih hidup, ingin menyelamatkan diri sendiri. Bukan naif, ini kekanak-kanakan yang memalukan! Di saat kritis seperti ini ketika semua orang berjuang mati-matian untuk bertahan hidup, mungkinkah kau tetap netral?"
"Aku..." Zhang Yifan tercekat.
"Benar, kau acuh pada ketenaran dan tidak suka bersaing. Itu karena kemampuan bertahanmu memadai. Tanpa merebut, hidupmu tetap lebih baik dari kebanyakan orang. Tapi sikapmu yang tidak agresif tidak berarti orang lain sama. Mengapa kau harus meninggalkan keluarga? Belum cukup pelajaran?" Xu Wenqiang berbicara dengan nada keras kepala yang tak biasa.
"Tapi..." Zhang Yifan teringat senjata yang mengarah padanya di stadion, sangkar baja itu. Benarkah tidak berjuang akan menjamin keamanan?
"Aku janji akan memberimu alat - pistol partikel ini." Dengan gerakan tangan, senjata berpendar kilat dingin berbentuk senter muncul di genggamannya. "Ini bisa melindungimu dari makhluk mutan. Tapi pertimbangkan baik-baik: Maukah kau mengarahkan ini ke pasukan di luar?"
"Pasukan? Saudara sebangsa? Aku bukan orang gila-gilaan, aku tidak tega melakukan itu."
Xu Wenqiang menyodorkan alat di tangannya: "Ini alat yang ku janjikan, meski kau masih berhutang satu jiwa padaku. Pistol partikel sangat mudah digunakan, lihat tombol di atasnya. Buka saklar lalu target akan terkunci otomatis, punya tiga level daya tembak, jangkauan dan radius serangan tetap. Dengan ini, kau harusnya tenang sekarang."
Zhang Yifan menerimanya secara reflek. Berat di genggaman, seperti memegang senter kecil di telapak tangan.
"Sudah, pertimbangkan baik-baik sendiri." Xu Wenqiang berbalik pergi, meninggalkan Zhang Yifan sendirian di tempat.
Sudah lama masuk. Karena tidak bisa kabur, saatnya menghadapi realita. Tinggalkan pistol partikel, kesadaran keluar dari ruang pemanfaatan. Gemuruh dunia nyata mulai terdengar. Mobil militer menyusuri rute khusus, tak lama stadion pun sunyi.
"Aku ingin pulang." Zhang Yifan memutuskan.
Dalam gelap, suara Li XiuJie terdengar pahit: "Kembali sekarang bukan keputusan bijak."
"Aku tahu." Li Xiujie berbisik: "Tapi meninggalkan keluarga sudah salah, mana mungkin membiarkan mereka dalam bahaya. Jika ada sesuatu terjadi pada mereka, rasa bersalah ini akan kubawa seumur hidup."
Cahaya mobil perlahan menghilang. Zhang Yifan menoleh: "Bagaimana denganmu? Kembali ke pasukanmu? Atau..."
Li Xiujie menatap ke kejauhan, ke arah mobil yang telah pergi, menggelengkan kepala perlahan: "Pasukan, aku tak bisa kembali ke masa lalu." Nada suaranya penuh kesepian yang tak terucapkan.
Dalam gelap Li Xiujie tak bisa melihat ekspresi Zhang Yifan, tapi Zhang Yifan jelas-jelas melihat kepedihan di mata Li Xiujie, kepedihan seorang laki-laki sejati, seorang pejuang.
"Yifan, apakah kau akan membawa keluargamu pergi?" tiba-tiba Li Xiujie bertanya.
Zhang Yifan berpikir sejenak sebelum menjawab: "Aku tak yakin. Hidup terombang-ambing penuh ketakutan seperti ini bukanlah yang kuharapkan. Orang tuaku sudah berusia lanjut, anak masih kecil."
"Bisakah kau menjamin keamanan keluargamu?"
"Mungkin, tapi setidaknya aku bisa menjamin bahwa aku akan mati bersama mereka." Kilau keteguhan terpancar dari Zhang Yifan.
Setelah diam sejenak, Zhang Yifan bertanya dengan nada lebih lembut: "Menurutmu, kapan waktu yang tepat bagi kita untuk pergi?"
"Saat mereka kembali. Saat itu radius pengawasan mereka akan menyusut, terkonsentrasi di area stadion olahraga dan sekitarnya. Itu kesempatan kita untuk kabur. Meski terlihat, mereka tak akan sempat mengejar." Jawaban Li Xiujie spontan.
"Baik." Seketika teringat sesuatu, sebuah Jeep muncul di hadapan mereka: "Duduklah di dalam mobil untuk menghangatkan diri."
Li Xiujie meregangkan anggota badan: "Bagaimana denganmu?"
Zhang Yifan tak merasa terlalu dingin, tapi juga tak perlu menjelaskannya, ia tersenyum: "Masih ada urusan. Nanti aku masuk. Mesin mobil sudah menyala, jangan sia-siakan sumber panas."
Zhang Yifan berbalik arah dan melihat ke arah Kristal Inti di tanah yang terbungkus kabut hitam pekat. Bahkan dengan penglihatan tajamnya, ia tak bisa menembus kabut itu. Saat mencoba melepaskan kehendaknya, ia terkaget-kaget menemukan radius pengaruh kehendaknya telah meluas hingga hampir 100 meter. Di bawah cakupan kehendaknya, Kristal Inti di balik kabut terlihat jelas.
Awan hitam. Zhang Yifan bertanya-tanya apakah bisa menyimpan awan ini ke ruang pemanfaatan dan apakah ruang itu bisa menyerap energinya. Ia melangkah mendekati kabut pekat itu. Saat tangannya menyentuh kabut, sebagian besar kegelapan tiba-tiba menyusut namun segera dipulihkan.
Memindai ruang pemanfaatannya, sekumpulan besar kabut hitam tergantung di udara tanpa tanda-tanda diserap. Dengan tegas, ia memutuskan menyerap lebih banyak - mungkin Kristal Inti dalam masa evolusi bisa menyerap energi kabut di ruang itu.
Tak lama kemudian, suara mesin mobil terdengar dari kejauhan. Saatnya pergi. Zhang Yifan mengumpulkan semua Kristal Inti sebelum menoleh ke arah stadion.
Li Xiu Jie juga turun dari mobil.
Lebih dari sepuluh mobil militer melaju kencang menuju stadion dari tiga arah, lalu masuk ke dalam arena. Sangkar baja stadion berpendar, namun jeruji besi yang terlalu rapat menghalangi pandangan Zhang Yifan.
Dalam kurang dari tiga menit, gelombang bayangan hitam bergerak menuju stadion mengikuti rute mobil militer. "Datang! Jumlahnya tak banyak. Sepertian makhluk mutan Shencheng hampir habis dibasmi."
"Jarak terlalu jauh, Zhang Yifan berdiri di tempat tinggi, tak bisa membedakan ukuran tikus mutan. Setelah tikus-tikus itu berebutan masuk ke pintu arena olahraga, Li Xiujie berbisik: 'Sudah waktunya.'"
Zhang Yifan melirik ke arena olahraga lagi. Lampu dalam kandang telah padam, hanya beberapa lampu kecil menyala di posisi pintu keluar. Sudah waktunya.
