Menghancurkan kecoak mutan di area lama dan membangun kembali server baru telah menjadi pekerjaan yang mendesak.
Zhang Yifan mengambil cuti semalam untuk pulang ke Green View Residence.
Kepulangannya kali ini bagai pulang kampung dengan kemewahan. Konvoi yang bergerak megah: tiga mobil kecil, satu crane, satu truk besar mengangkut generator. Di tengah kelangkaan material saat ini, upaya Komandan Zhou sungguh luar biasa. Zhang Yifan paham, meski tak mengucap terima kasih. Saat hendak pergi, ia mengeluarkan separuh dari berbagai sayur dan buah di ruang pemanfaatannya. Jumlahnya luar biasa! Sayur tanpa kemasan masih bisa ditumpuk, tapi buah-buahan memenuhi ruangan. Hanya apel dari satu pohon saja sudah hampir 500 kilogram, berguling-guling memenuhi lantai. Melihat kantornya penuh sayur dan buah, Komandan Zhou berseri-seri. Ia tak ambil pusing dengan lelucon Zhang Yifan, dan sepenuhnya menyetujui syarat kerahasiaan yang diminta.
Tiba di Green View Residence pukul tujuh malam, Zhang Yifan meninggalkan tim——biarlah Li Xiu dan Ling Xi yang mengurus, langsung menyelami rumahnya sendiri. Hanya dengan pulang dan melihat keluarga, hati tenang bisa diraih.
Mandi air hangat dengan nyaman, ganti baju bersih, seketika merasa segar. Bermesraan sebentar dengan anak, lalu makan mi buatan tangan mama. Zhang Yifan merasa seluruh tubuhnya memancarkan rasa nyaman.
Yiping di samping menceritakan kejadian beberapa hari terakhir di Green View Residence: tentang metode keras pasukan yang membuat orang sekitar menjadi pasir yang tercerai-berai, juga dukungan militer padanya dan Yang Yang. Zhang Yifan juga menceritakan pengalamannya, menyebut nasib beberapa Paman. Ragu sejenak, melihat ekspresi harap ayah, mengubah ucapan yang sudah di ujung lidah. Hanya bilang tidak melihat orang di kamar, tapi tidak menyembunyikan urusan tante.
Senang dan sedih bercampur. Ayah mungkin sudah mengerti dua Pamannya tiada, menghela napas lalu kembali ke kamar terlebih dulu. Mama teringat adiknya sendiri, juga pergi dengan wajah muram.
Orang tua pergi. Meski tahu mereka sedih, Zhang Yifan tetap lega. Selanjutnya menjelaskan status quo server lama secara detail.
Yiping dan Yang Yang tinggal di Green View Residence, informasi yang mereka terima memang terbatas. Ditambah lagi alat pengusir serangga sonik di area perumahan terus menyala, tidak ada makhluk mutan yang mengganggu. Setelah beberapa hari kesibukan, mereka agak melupakan tentang makhluk mutan. Tiba-tiba mendengar Zhang Yifan menyebutkan kecoak mutan di server lama, terutama yang ada di bingkai pintu rumah paman ketiga, hati mereka langsung berdebar. Di kota ini, masih berapa banyak bahaya tak dikenal yang tersembunyi ya?
Yiping merasa khawatir dengan rencana Yifan pergi memusnahkan tikus di server lama: "Yifan, ini sangat berbahaya. Sedikit saja lengah, digigit kecoak sekali saja, bukan main-main akibatnya."
Yifan mengangguk: "Aku juga sedang mempertimbangkan cara agar lebih aman. Tanpa persiapan matang, jangan khawatir Kak, aku tidak akan nekat membahayakan diri sendiri."
Yang Yang diam saja selama ini, tapi pandangannya ke arah Yifan selalu terlihat penuh perhatian. Setelah saling bercerita, Yifan mengikuti Yang Yang kembali ke kamar tidurnya sendiri.
Berbaring di tempat tidur rumah sendiri, Zhang Yifan memanggul bantal guling dengan nyaman: "Tidak ada yang lebih baik dari rumah sendiri. Yang, kangen nggak sama aku?" Saraf yang tegang mulai mengendur, tiba-tiba terasa seperti melewati zaman yang berbeda. Kapan terakhir kali merajuk pada Yang Yang seperti ini?
Yang Yang sedikit membungkuk, kedua tangan disandarkan di belakang kepala, menyorotkan pandangan sinis ke Yifan: "Mana ada waktu, kekhawatiran memang ada. Kamu juga dengar dari kakakmu kan, akhir-akhir ini sibuk sekali. Barang yang kamu bawa kembali belum diatur, persediaan air juga guild-guild tidak bisa mempertahankan banyak lagi. Besok pagi-pagi, jangan lupa menyisakan air untuk kita di supermarket. Wadahnya pun masih kurang. Ah, saat menganggur terlalu santai, tapi saat sibuk malah merasa segmen waktu tidak cukup."
Yifan menyembulkan bibir: "Yang, aku tidak mau dengar urusan ini—setiap hari hal yang sama. Aku sudah kangen padamu, dan pada anak kita."
Yang Yang tersenyum: "Baru beberapa hari tidak bertemu, cepatlah tidur. Besok subuh kita harus berangkat."
Yifan berguling menindih selimut di bawah tubuhnya, kedua tangan menopang pipi sambil menatap Yang Yang. Beberapa hari tidak bertemu, pesona kematangan pria di diri Yang Yang semakin terasa. Status sebagai pemimpin utama beberapa area perumahan membuat garis alis dan matanya terlihat lebih rileks, juga menambah sedikit rasa percaya diri di hadapan Yifan.
Yifan mengamati Yang Yang dengan cermat, bergumam kesal: "Baru pulang langsung menyuruhku tidur. Aku cuma ingin memandangmu, tapi kamu sama sekali tidak merindukanku."
Senyuman di antara alis mata Yang Yang semakin mengembang: "Sudah, cepat tidur. Sudah berhari-hari tidak bisa tidur nyenyak kan? Malam ini istirahatlah baik-baik. Ke depan juga tidak perlu lagi menginap di balai kota setiap hari, pulang ke rumah saja, mengemudi juga tidak terlalu lama."
“Ya,” Yifan kembali berguling, terbaring di samping Yang Yang, “Aku juga ingin, kita harus berusaha merebutnya.”
Pukul 5 pagi keesokan harinya, Zhang Yifan sudah terbangun. Tidak mungkin tidak bangun, walkie-talkie dan alarm berbunyi bersamaan. Pagi-pagi harus menyisakan air untuk area perumahan. Operasi pemusnahan tikus akan resmi dimulai pukul 8. Sebelum pukul 7:30, harus kembali ke balai kota.
Sebelum pergi, Zhang Yifan menumpuk semua material bangunan yang dia kumpulkan dari Pusat Dekorasi di lantai satu Tesco. Meskipun sudah dikategorikan rapi, tidak ada yang tahu pasti aset apa saja yang ada. Menatap Yang Yang yang sedang antusias mengubah ruang rapat petugas menjadi gudang, mengeluarkan buku catatan untuk memeriksa personil terdaftar, menunjuk pengelola material, dan menyuruh beberapa orang di sekitarnya untuk menyampaikan pemberitahuan. Ekspresi kagum Zhang Yifan bertahan sampai Li Xiu mendekat.
Waktunya pergi. Tanpa drama perpisahan, Zhang Yifan kembali mengingatkan untuk selalu waspada saat keluar-masuk, mengantisipasi kemunculan makhluk mutan. Hanya mengizinkan Yang Yang mengantarnya sampai pintu supermarket. Pintu utama sudah diperkuat dengan bahan pengisi di celah-celahnya. Meski berat dibuka, ini mencegah masuknya makhluk mutan.
Tampaknya Yang Yang dan kawan-kawan cukup teliti. Hati yang melayang akhirnya lega, pikiran Zhang Yifan beralih ke kecoak mutan yang akan dihadapinya.
Tidak ada ide untuk membasmi kecoak mutan di dalam gedung. Kecepatan alami kecoak sudah tinggi, koridor pun sempit. Senjata dan pisau terbang sulit dimaksimalkan. Membakar seluruh rumah juga bukan opsi. Rapat kemarin berakhir tanpa solusi, memutuskan untuk mencoba taktik langsung di lokasi hari ini.
Bangunan di Area Lama benar-benar banyak, menempati lebih dari empat per lima total unit perumahan di Fuyuan City. Lokasi yang dipilih kali ini berdekatan dengan area relokasi, tepat di sisi barat permukiman baru, berupa gedung tujuh lantai berusia dua puluh tahun lebih. Bangunan ini berbatasan dengan jalan raya, lubang pintu gedungnya menghadap ke sebuah jalan yang relatif lebar. Jika melihat dua puluh tahun silam, bangunan semacam ini masih menjadi yang paling diidamkan di Fuyuan, namun kini tempat ini bagaikan neraka yang menyala di bumi.
Saat kendaraan Zhang Yifan melintas, lokasi sudah tertutup. Lampu sorot menyinari sekeliling dengan kilauan salju. Di setiap arah bangunan terparkir satu mobil, di kedua sisi jalan berjajar dua mobil yang bertanggung jawab atas keamanan eksternal. Zhang Yifan paham, setiap mobil membawa senjata semburan api yang baru akan diaktifkan ketika situasi terpaksa.
Strategi pertama adalah memecahkan kaca bangunan lantai bawah. Selanjutnya menguji apakah alat pemadam es kering bisa menghujami kecoak mutan. Zhang Yifan bersama beberapa prajurit membantu di sampingnya.
"Pak!" Sepotong besar kaca hancur berkeping-keping, sebuah lubang hitam muncul di depan mata. Semua orang menahan napas, mata tak berkedip memantau area kaca yang remuk. Kehendak Zhang Yifan merambat masuk melalui bagian yang hancur. Kamar tidak besar, hanya ada sebuah tempat tidur dengan pintu tertutup rapat. Di dalam tidak ada tulang maupun kecoak. Saat rasa kecewa mulai muncul, melalui celah antara pintu dan lantai, beberapa antena panjang bergoyang-goyang menyelusup masuk. Hati Zhang Yifan berdebar gembira, secara perlahan melemaskan kontrol psioniknya - tidak boleh membuat mereka merasakan Fear.
Lebih dari sepuluh kecoak merayap melalui celah-celah, dengan cepat menemukan lubang yang terhubung ke luar. Namun, naluri alami mereka untuk menghindari sumber cahaya membuat mereka berkamuflase di bawah bayangan jendela, menggerakkan antena panjang sambil menyelidiki situasi.
Zhang Yifan menghela napas dalam hati. Antara manusia dan kecoak, yang terakhir tak pernah kekurangan kesabaran. Mereka bisa menahan kegelapan dan kesepian demi sepotong makanan lezat. Begitu manusia mundur, mereka akan merangsek maju. Inilah alasan mengapa kecoak pernah hidup sezaman dengan dinosaurus di Bumi, dan bertahan hingga kini.
Antena bergerak-gerak di perbatasan gelap dan terang. Kecoak itu menunggu dengan sabar. Setelah berpikir sejenak, Zhang Yifan akhirnya membuka topik kepada Li Xiu di sampingnya: "Aku ingat pernah baca artikel tentang sifat kecoak. Mereka tidak suka cahaya, lebih memilih tempat gelap, lembab, dan hangat untuk bersembunyi. Menurutku, tempat terang seperti ini..."
Suara Zhang Yifan yang pelan justru terdengar jelas dalam keheningan. Li Xiu mengerutkan kening: "Ada kecoak di dalam?"
Zhang Yifan menganggukkan dagu ke arah jendela: "Perhatikan baik-baik, ada beberapa antena di bawah kaca." Semua mata tertuju ke sana, namun ekspresi kecewa segera muncul kembali.
“Bagaimana ini? Tanpa lampu, hanya mengandalkan kacamata penglihatan malam, dalam konversi visual antara cahaya kuat dan kegelapan, reaksi seperti apa yang diperlukan untuk bisa membunuh kecoak mutan sinting itu? Kecuali Zhang Yifan, pandangan semua orang tertuju pada kepala departemen hari ini.
Bagaimanapun juga, hari ini setelah memecahkan kaca ini, mustahil membiarkan kecoak mutan di kamar pergi hidup-hidup. Di sisi lain, melalui headset terdengar diskusi yang gugup, sepertinya untuk menghancurkan total kecoak mutan di area lama masih merupakan perjalanan panjang.
Dari sudut matanya, Zhang Yifan melihat kepala departemen itu terus mengangguk, lalu berjalan mendekat. Tatapannya beralih, namun pikirannya masih tertancap pada pecahan kaca.
“Guru Zhang,” kepala departemen itu melepas tangan kanannya dari headset, “masih perlu merepotkanmu untuk bertindak.” Zhang Yifan mengangguk, tanpa kerendahan hati maupun pengelakan.
Lampu redup perlahan. Zhang Yifan mengeluarkan segenggam paku. Saat lampu terakhir padam, selain dirinya, luar sama sekali kosong.
Sekitar dua-tiga menit, dua antena panjang bergoyang-goyang menyembul dari kaca. Kemudian kecoak itu hati-hati menampakkan setengah kepalanya. Dalam kegelapan, Zhang Yifan jelas-jelas melihat kepala ovalnya, dua mata majemuk, dan bibir pipih yang terbelah.
Antena bergoyang ke arah Zhang Yifan sekali, lalu goyang lagi. Kemudian seekor kecoak lebih besar dari telapak tangan merayap keluar perlahan, tiba-tiba mempercepat laju. Dari belakangnya, muncul lagi satu ekor.
Zhang Yifan berjarak 10 meter dari lubang besar di kaca. Menggenggam paku baja di tangannya, menghitung kecoak yang merayap keluar sambil mengunci mereka erat-erat dengan kehendak psionik.
