Malam itu Zhang Yifan tidur gelisah. Dalam mimpinya terus muncul adegan-adegan tidak masuk akal dan makhluk-makhluk aneh. Pukul 2 dini hari, ia terbangun dari mimpi buruk.
Berkeringat dingin, detak jantungnya berdebar kencang. Ini belum pernah terjadi sejak lama. Zhang Yifan berusaha mengingat mimpinya, tapi sama sekali tak tersisa. Membalikkan badan, rasa kantuk hilang tanpa jejak. Di ruang pemanfaatan sudah pukul 8 pagi. Dengan tegas ia bangun dari tempat tidur.
Kesadarannya menyusup perlahan. Yang Yang sedang mengantar dua anak melintasi jalan menuju pulau keamanan. Kedua anak tertawa riang. Wajah Yang Yang penuh konsentrasi. Zhang Yifan menyimak adegan ini dengan serakah. Andai ia duduk di kursi penumpang depan, tentu keluarga ini sedang menikmati kebahagiaan bersama.
Mobil melaju cepat masuk ke pulau keamanan, langsung menuju sekolah. Adegan familiar terulang kembali. Zhang Yifan memandang dengan sedih dan perih, sampai Yang Yang kembali ke dermaga dengan penuh semangat.
Zhang Yifan menarik diri dari ruang pemanfaatan, wajahnya dipenuhi penyesalan.
Setelah lama, Zhang Yifan baru bangkit berdiri dan menuju bagian depan kapal udara. Segalanya sunyi senyap, pabrik yang sedang dibangun di kejauhan pun telah terbenam dalam kesunyian kegelapan. Setelah mengamati beberapa saat, Zhang Yifan mengaktifkan kapal udara.
Di bagian barat negara utara, melewati dataran Siberia, populasi menjadi relatif lebih padat. Ibu kota mereka terletak di barat, beberapa kota internasional terkenal juga berada di bagian barat negara. Zhang Yifan yakin kekuatan militer mereka akan lebih terkonsentrasi di area ini.
Meski pengetahuan asli Zhang Yifan terbatas, fragmen ingatan Xu Wenqiang telah menyatu sempurna dengannya. Konten yang diamati oleh kecerdasan buatan langsung jelas bagi Zhang Yifan. Kapal udara melintasi dataran Siberia Barat menuju barat laut. Data di layar mulai terus-menerus berubah, lampu indikator berkedip semakin rapat. Ekspresi Zhang Yifan perlahan menjadi tegang - berbagai bukti menunjukkan adanya transmisi sinyal jelas di langit wilayah ini.
Kecerdasan buatan mulai mengintercept sinyal-sinyal ini, menganalisis sumbernya dan memecahkan kode informasi. Segera, Zhang Yifan memperoleh data yang dibutuhkan: Di bawah langit bumi yang diselimuti awan hitam ini, masih ada satelit yang tidak kehilangan kontak dengan tanah. Di dekat pegunungan Ural, terdapat alat penerima sinyal berdaya sangat kuat di permukaan tanah.
AI terus-menerus memberikan umpan balik informasi intercept. Ini adalah satelit pengintai beroperasi di orbit rendah milik negara utara, berputar pada orbitnya sendiri, mengelilingi bumi setiap 10 jam, dan mengirimkan informasi observasi ke alat penerima di darat Pegunungan Ural. Artinya, negara utara bisa memanfaatkan satelit ini untuk memahami situasi di wilayah lain bumi.
Zhang Yifan mengamati dengan cermat informasi yang dikirim satelit. Datanya tidak lengkap, adegan terputus-putus, sebagian besar gambar gelap gulita. Tapi kadang terlihat medan tempur atau bangunan ikonis di darat. Tak lama satelit meninggalkan Pegunungan Ural, sinyal semakin melemah lalu terinterupsi total. Zhang Yifan menyadari bahwa ini adalah temuan kebetulan. Andai kapal udara tidak tepat tiba di Pegunungan Ural pada segmen waktu ini, AI mungkin tidak akan menemukan fakta bahwa negara utara masih punya satelit yang bisa berkomunikasi dengan darat.
Apakah ini satu-satunya satelit negara utara yang masih tersambung, atau ada lebih banyak? Zhang Yifan mengetuk layar bawah. Semua satelit Negara Z telah kehilangan koneksi dengan darat. Mengapa satelit negara utara masih bisa? Apakah karena lokasi ini di utara, sudah hampir mendekati Kutub Utara?
Melihat sekeliling gelap gulita, Zhang Yifan memerintahkan AI-nya untuk mengubah arah, sementara tidak melewati Pegunungan Ural terlebih dahulu dan terbang menuju Kutub Utara. Selain Islandia, tidak ada gunung berapi besar di Arktik. Seluruh wilayah kutub yang terbengkalai termasuk area tak berpenghuni khas. Suku Eskimo yang bertahan hidup di sini jumlahnya sedikit dan sangat terpencar. Zhang Yifan sambil memeriksa jejak kehidupan di tanah, juga memperhatikan pencarian sinyal langit oleh AI.
Yang menggembirakan Zhang Yifan, awan hitam di atas Kutub Utara jauh lebih tipis dibanding daerah lain. Meski suhu tetap rendah, semakin mendekati langit Arktik, semakin terlihat jejak cahaya samar di langit. Di tanah terlihat bayangan beruang kutub yang aktif, dan sebagian air laut belum membeku.
Sekarang bulan Agustus, saat midnight sun mulai masuk di Arktik pada saat senja. Cahaya samar di ufuk berarti manusia benar-benar mungkin kembali ke cahaya. Selain itu, beruang kutub di sini belum lenyap maupun bermutasi, membuktikan masih ada zona aman di bumi selama bencana ini.
Zhang Yifan menahan perasaan gembira, merekam bentang alam dan lingkungan alami Arktik satu per satu. Satelit masih melintas di atas Arktik. Kali ini Zhang Yifan menyimpulkan dengan jelas: Begitu awan hitam menipis, koneksi dengan satelit di darat akan tersambung.
Kapal udara tidak berlama-lama di wilayah kutub, tidak mengganggu orang Eskimo dan beruang kutub di tanah, terbang ke selatan. Perjalanan pulang, fokus mengamati Pegunungan Ural. Pegunungan Ural membentang di utara negara, sebelah baratnya adalah dataran Eropa Timur yang juga wilayah padat penduduk negara utara. Pegunungan ini bagai pembatas raksasa yang membelah negara utara terpecah-pecah, wilayah barat padat penduduk dengan kota-kota utama negara.
Kapal udara menyisir setiap jengkal tanah dan gua batu di bawah Pegunungan Ural dengan cermat. Zhang Yifan tidak kecewa - di kedalaman pegunungan raksasa ini, terdapat lagi pangkalan militer atau penerbangan besar yang skalanya jauh melampaui Pegunungan Nov.
Di layar, semua isi pangkalan dikembalikan ke keadaan semula oleh kecerdasan buatan. Diperbesar, bayangan manusia yang sedang berjalan terlihat. Aset ini jika diberikan ke Komandan Wu, apa yang akan mereka lakukan? Bagaimana kita harus memperlakukan negara utara?
Negara utara pernah bersahabat dengan Negara Z, bersama-sama menahan Negara M, juga pernah membantu Negara Z mengalahkan negara kepulauan. Meski tujuan mereka masih perlu dimusyawarahkan, kita tak bisa memperlakukan mereka seperti negara kepulauan.
Sisa waktu, Zhang Yifan hanya duduk diam di kapal udara sambil berpikir, hingga sistem memberi tahu sudah sampai di ibukota.
Tiba jauh lebih awal dari biasanya. Kolonel Qian bergegas datang dengan mata-mata penuh darah dan wajah berjanggut kusut. Dari jauh sudah tersenyum: "Zhang Laoshi, hari ini sangat pagi. Jangan buru-buru pergi nanti, kita harus berterima kasih dengan baik."
Zhang Yifan tersenyum menyapa: "Bagaimana cara berterima kasih padaku? Aku harus memikirkannya baik-baik, mau minta apa dari kalian? Nah, akan kuberi kabar baik lagi." Sambil berkata demikian, ia menyodorkan rekaman pencitraan dari otak pintar.
Kolonel Qian terkejut menerimanya: "Zhang Laoshi, Anda juga tidak tidur semalaman? Ini tidak boleh. Anda adalah andalan kami sekarang. Jangan terlalu kelelahan. Jika Anda sakit, itu akan menjadi kerugian besar bagi kami. Anda harus menjaga fisik dengan baik."
Zhang Yifan tersenyum: "Antarkan ini kembali dulu. Aku belum akan pulang. Benar-benar agak lelah. Setelah menurunkan sayuran dan bahan-bahan ini, aku akan istirahat di sini." Zhang Yifan tahu, begitu materi yang baru direkamnya diserahkan, mereka pasti tidak bisa diam.
Melemparkan unggas bulanan (ayam, bebek) dan ternak (sapi, kambing) keluar, kemudian mengeluarkan sayur dan buah. Menyaksikan para pekerja sibuk mengangkut, Zhang Yifan kembali masuk ke dalam kapal terbang.
Ternyata, kurang dari satu jam, Kolonel Qian buru-buru kembali. Yang datang bersama Kolonel Qian adalah Komandan Wu. Zhang Yifan menyambut dengan senyuman, namun senyum itu adalah senyuman yang terasa ribuan li jauhnya.
Komandan Wu mengangguk paham, memberi isyarat tangan. Zhang Yifan memasukkan keduanya ke dalam ruang pemanfaatan, lalu menyusul masuk.
Kali ini Komandan Wu tidak menikmati pemandangan khas. Melihat Zhang Yifan masuk, tanpa menyembunyikan kepanikannya, ia langsung bertanya: "Zhang Laoshi, bisakah Anda menyusup ke jaringan basis militer bawah tanah di Pegunungan Ural, Utara?"
Zhang Yifan berpikir sejenak, lalu mengangguk: "Masalah tidak besar."
"Kalau begitu, Guru Zhang, silakan masuk ke sistem kendali utama mereka. Kita perlu materi analisis dari sistem kendali utama." Komandan Wu berkata dengan wajah penuh harap dan panik.
Zhang Yifan tersenyum: "Komandan Wu, untuk mencapai tujuan tidak hanya dengan mencuri data. Basis militer sebesar ini, kalau dibiarkan akan jadi bencana besar. Menghancurkannya pun tidak butuh tenaga banyak."
Komandan Wu menggelengkan kepala: "Guru Zhang, masalahnya tidak sesederhana itu. Sinar satelit Negara Utara terus melakukan pengawasan ke negara kita. Begitu misil kita luncur, pasti akan memicu perlawanan sengit dari mereka. Tindakan yang membuat kita rugi 800 meski musuh rugi 1.000 tidak boleh dilakukan."
Zhang Yifan heran: "Mengapa harus merugi 800? Lebih baik hancurkan semua basis militer penting mereka. Lihat saja apakah masih bisa membalas dendam!"
Komandan Wu dan Kolonel Qian tertawa. Kolonel Qian berkata: "Guru Zhang, selain militer, ada disiplin ilmu yang disebut politik. Selain itu, kita tetap menganut perdamaian."
Zhang Yifan tersenyum sinis: "Di Negara Z ada pepatah 'Ingin menjadi pelacur tapi juga ingin mendirikan tugu kesucian'. Bukankah perilaku kalian bisa digambarkan begitu? Perang ya perang. Kalau punya kekuatan, lakukan saja. Apa untungnya hanya terus menarik diri? Aku tidak percaya orang-orang asing itu punya niat baik pada kita."
Komandan Wu dan Kolonel Qian saling pandang. Kolonel Qian menatap Zhang Yifan hati-hati: "Kekuatan kita tidak cukup untuk melawan seluruh dunia."
Zhang Yifan menatap balik Kolonel Qian: "Kolonel Qian, Anda tahu saya tidak suka berbelit-belit." Kemudian menatap langsung Komandan Wu: "Anda sudah melihat, negara pulau itu telah lenyap. Di sana akan menjadi basis peternakan makhluk mutan raksasa milik Anda. Saya rasa Anda tidak ingin negara utara atau lainnya ikut berebut. Buatlah rencana global, saya akan membantu sebisanya di bidang militer."
Senyuman mengembang di wajah Komandan Wu: "Guru Zhang, saya akan sampaikan perkataan Anda kepada Ketua Tang. Saya yakin Ketua Tang akan sangat senang."
Zhang Yifan menghapus senyumnya: "Komandan Wu, bukan saya suka perang. Tapi dalam krisis global ini, saya sangat khawatir dengan Negara Z. Makhluk mutan di bawah tanah belum bisa diberantas tuntas. Negara tetangga mungkin mengintai. Masalah luar dan dalam bersatu. Sebagai guru," gelengnya pelan, "seharusnya saya tidak kejam, tapi belas kasih kepada musuh adalah kerugian terbesar bagi diri sendiri."
Ruang itu sunyi sejenak. Komandan Wu akhirnya memecah keheningan: "Guru Zhang, terima kasih."
