Telepon tersambung sebelum dua kali dering.
“Halo, saya bos Hotel Anju, nama saya Cheng Yun.” Cheng Yun membuka percakapan.
Di seberang telepon terdiam sejenak, kemudian muncul suara perempuan yang agak malu-malu, terdengar berusia muda: “Bapak... Bapak Cheng, permisi, nama saya Yu Dian.”
Cheng Yun mengerutkan kening, lalu berkata tegas: “Halo Nona Yu, mengenai persyaratan kasir depan, lingkup pekerjaan dan standar gaji sudah saya tulis semua di pengumuman rekrutmen. Saat ini kami juga belum menemukan kandidat yang cocok. Jika Anda merasa memenuhi syarat, bisa datang kapan saja untuk melihat. Saya sangat menyarankan Anda datang langsung, karena beberapa hal sulit dijelaskan lewat telepon, sekaligus memudahkan Anda memahami lahan dan lingkungan hotel.”
Kembali ada keheningan di seberang telepon, baru kemudian: “Kalau... kalau saya datang sekarang, Bisa?”
“Cepat sekali!” Cheng Yun terlihat heran, “Tentu boleh, silakan kapan saja. Anda bisa cari lokasinya langsung di peta dengan nama hotel, letaknya dekat Gerbang Utara Kampus Yi Da.”
“Saya tahu, saya tinggal di sekitar sini.” Yu Dian berkata, “Kalau begitu… saya tutup telepon ya?”
“Baik, selamat tinggal.” Cheng Yun merasa agak lelah.
Dari suaranya, gadis ini paling tinggi lulus kuliah, hmm, seumuran dengannya. Tapi dari telepon terasa dia tidak punya keyakinan dan tidak pandai bersosialisasi, membuat Cheng Yun ragu: Apakah gadis ini benar-benar cocok untuk pekerjaan kasir resepsionis hotel...
Tapi pekerjaan kasir resepsionis sebenarnya sederhana, selama IQ tidak rendah dan karakternya baik, tidak ada masalah.
Saat itu, Cheng Yun menerima SMS lagi——
Halo Bos Cheng, saya perkirakan sampai satu jam lagi, tidak mengganggu waktu makan siang kalian kan?
Cheng Yun kembali menggelengkan kepala, membalas: “Tidak.”
Lalu dia membuka aplikasi ponsel, membuka data profil gadis itu. Foto profilnya terlihat bersih dan menawan, perkiraan usia sekitar 20-an. Tapi setelah dilihat datanya, ternyata sudah 24 tahun, dua tahun lebih tua dari Cheng Yun.
“Hmm…”
Sudahlah, gadis ini cukup sopan, lagipula ini cuma hotel kecil, mana bisa banyak permintaan!
Rekrut satu saja untuk sekadarnya!
Sambil berpikir, Cheng Yun menoleh ke Cheng Yan dan berkata: "Yang ini cukup memadai, katanya mau datang melihat. Kalau pekerjaan terselesaikan, kamu juga bakal merdeka."
Cheng Yan memalingkan wajah menatap tajam padanya, diam cukup lama, baru mengeluarkan kalimat: "Itu yang terbaik!"
Disebut satu jam, tapi paling setengah jam, Yu Dian sudah tiba di pintu hotel—
Pertama ia berputar di jalan seberang hotel, lalu dengan hati-hati mengintip lewat pintu kaca ke Cheng Yun dan Cheng Yan yang duduk di etalase. Lama sekali baru menggigit gigi bertekad, menghindari kendaraan lalu-lalang, menyeberang jalan menuju ke sini.
Cheng Yun melihat pintu kaca hotel didorong terbuka oleh tangan yang agak pucat, disusul seorang cewek berbaju putih dan rok hitam masuk. Tingginya sekitar 1,6 meter, posturnya kurus lemah, wajahnya bersih dan menawan meski terlihat agak pucat seolah mengalami malnutrisi kronis.
Begitu masuk, ia langsung canggung menatap Cheng Yun dan Cheng Yan, suaranya gemetar penuh keraguan: "Permisi, apakah Bapak adalah Bos Cheng?"
Cheng Yan mengamatinya sejenak, lalu melirik ke arah Cheng Yun.
"Halo," Cheng Yun keluar dari balik etalase, meninjau Yu Dian yang tampak seperti pemula mencari kerja, "Anda pasti Nona Yu ya? Saya Cheng Yun."
"Halo, saya Yu Dian." Yu Dian bahkan tak berani menatapnya langsung, buru-buru menunduk dan mengeluarkan selembar kertas A4 terlipat dari tas tangan kecilnya. Kertas itu tampak disobek dari sesuatu, bagian pinggirnya sudah rusak, dengan empat huruf besar tercetak di atasnya—
"Pengumuman Rekrutmen"
"Saya datang melamar pekerjaan," katanya.
“Hm……” Cheng Yun mengedipkan sudut matanya.
Gadis ini mungkin terlalu banyak menonton adegan drama TV membuka pengumuman kekaisaran, kok malah merobeknya? Kalau gadis ini memutuskan tidak bekerja di sini, bukankah dia harus mencetak ulang dan menempelkannya kembali?
“Emm, ada... ada masalah apa?” Gadis itu menatapnya yang diam, “Bagaimana... Bagaimana bisa diam?”
“Tidak, tidak.” Cheng Yun buru-buru menyadari situasi, berkata, “Mengingat Anda sudah memutuskan datang, pasti sudah memahami persyaratan, gaji di muka, dan tugas pekerjaan di pengumuman rekrutmen.”
“Tidak, belum!” Yu Dian buru-buru melambaikan tangan, wajahnya memerah sambil menggelengkan kepala, lalu satu tangan memegang pengumuman rekrutmen, jari lainnya menunjuk bagian tertentu, “Aku... Aku tidak tahu apakah memenuhi kriteria Anda.”
Cheng Yun menunduk melihat ke arah yang ditunjuk.
Cheng Yan juga memiringkan tubuh sambil menoleh melihat.
Tertulis jelas di pengumuman rekrutmen: Lima organ indera proporsional, penampilan menarik, karakter optimis dan progresif, mampu bekerja keras.
Yu Dian menunjuk bagian ini sambil menunduk dan melirik ke atas dengan hati gelisah mencuri pandang Cheng Yun.
Cheng Yan langsung muram: "Cheng Yun, kau benar-benar hebat! Hotel besar lain hanya mensyaratkan lima organ indera sempurna, kau bahkan berani menuliskan kata 'menarik' di sini!"
"Ahem." Cheng Yun batuk kecil, lalu berkata pada Yu Dian, "Jangan terlalu memikirkan detail-detail ini."
"Oh." Yu Dian mengangguk.
"Akan kujelaskan dulu situasi hotel ini." Cheng Yun tersenyum, "Hotel ini baru dibuka, akulah bosnya, dan ini adikku, Cheng Yan."
"Halo-halo." Yu Dian buru-buru menunduk, "Saya Yu Dian, silakan perhatikan lebih banyak."
"Halo." Cheng Yan mengangguk sambil memaksakan senyum.
"Jangan terlalu formal." Cheng Yun menggerakkan tangan, melanjutkan, "Karena adikku baru saja menyelesaikan Ujian Nasional dan akan kuliah di Yan Jing, saat ini kenyataannya hanya ada saya dan seorang tante kebersihan bermarga Tang di hotel ini. Tante kebersihan juga tidak sering datang, jika kamu memutuskan bekerja di sini, untuk beberapa waktu ke depan mungkin hanya kita berdua yang bergiliran shift. Tentu saja, setelah semester baru mulai nanti, aku akan merekrut pekerja paruh waktu akhir pekan di kampus Yi Da sebelah, sehingga kamu dan aku bisa dapat libur akhir pekan. Untuk sekarang, semester ini sudah hampir berakhir, mungkin sulit mencari pekerja paruh waktu akhir pekan, jadi selama dua bulan liburan musim panas kamu mungkin harus bekerja lebih keras dengan shift penuh."
"Hm." Yu Dian mengangguk sambil berbisik, menunjukkan penerimaannya terhadap pengaturan ini.
Secara diam-diam ia juga melirik Cheng Yan, karena Cheng Yan memang sangat cantik dengan struktur wajah yang proporsional. Tanpa seragam sekolah, baik dari penampilan luar maupun aura, sama sekali tidak terlihat bahwa dia baru saja lulus dari Ujian Nasional.
“Sebenarnya tidak ada yang rumit. Hotel kita ini tidak seperti hotel besar, bahkan jika semua kamar terisi penuh sehari hanya sekitar 30-an kamar. Beban kerjanya tidak berat, mungkin sebagian besar waktu Anda akan duduk di etalase sambil bermain. Bahkan saat kerja di akhir pekan, sebenarnya hanya berpindah lokasi untuk bermain.” Cheng Yun melanjutkan, “Dan aku tidak akan ikut campur dengan apa yang kamu lakukan saat tidak ada tamu, selama tidak berlarian tak terkendali. Saat ada tamu layani dengan baik, di waktu lain bisa lakukan apapun yang kamu inginkan.”
“Hm!” Yu Dian mengangguk kuat-kuat, lalu bertanya, “Kalau... bolehkah aku membawa komputer sendiri?”
“Tentu saja boleh.” Cheng Yun meliriknya.
“Hm.” Yu Dian yang sensitif menangkap pandangannya, ragu sejenak lalu membalas dengan suara rendah, “Aku selalu ingin mencari pekerjaan dengan banyak waktu luang yang bisa diatur sendiri selama jam kerja.”
“Tapi pekerjaan seperti itu biasanya gajinya sangat rendah.” kata Cheng Yun.
“Ti-Tidak apa-apa.”
“……” Cheng Yun memberi apresiasi atas kepolosannya yang blak-blakan, lalu bertanya, “Apa kamu punya urusan sendiri yang harus dikerjakan? Seperti pekerjaan sampingan online?”
Yu Dian tertunduk dengan pipi memerah, tidak menjawab.
"Kalau begitu, pekerjaan sebagai kasir resepsionis hotel kecil ini secara sempurna memenuhi persyaratanmu," kata Cheng Yun. "Kamu hanya perlu mengoperasikan sistem manajemen hotel dan dashboard situs reservasi hotel, menerima reservasi dan memproses informasi reservasi, menyelesaikan prosedur untuk tamu, serta menjaga kebersihan area resepsionis. Selain itu, ketika tamu mengajukan permintaan khusus dalam batas wajar, kita bisa memberikan pengalaman menginap yang lebih baik. Waktu luang di sela-sela tugas itu bisa kamu gunakan untuk aktivitas pribadimu."
"Aku... tidak bisa menggunakan sistem itu," jawab Yu Dian pelan.
"Akan ku ajarkan."
"Hm."
"Menurutmu ini cukup baik?"
"Hm."
"Mari kita bahas jam kerja, pembagian shift, pengaturan gaji, serta masalah makan dan tempat tinggal." Cheng Yun melanjutkan, "Untuk sistem shift, ada shift siang dan shift malam. Shift siang dari pukul tujuh pagi sampai pukul lima sore selama sepuluh jam. Shift malam dari pukul lima sore hingga pukul dua dini hari selama sembilan jam, tapi kalau ada tamu datang tengah malam, yang jaga shift malam harus bekerja lebih keras. Tentu saja jika kamu ada keperluan mendesak ingin menukar shift atau pulang lebih awal, kita bisa bernegosiasi. Aku mudah diajak berdiskusi."
"Saya... biasanya tidak ada perlu." Yu Dian berkata pelan.
"Sekarang tentang gaji. Sebelumnya kita sepakat gaji bulanan 2200 ditambah komisi. Karena dua bulan ini tidak ada libur akhir pekan, kami naikkan jadi 2400 plus komisi. Setelah ada libur akhir pekan kembali seperti semula, setuju?" tanya Cheng Yun.
"Setuju." Yu Dian mengangguk patuh.
“Hotel menyediakan makan dan tempat tinggal. Makan bersama aku, aku pasti tidak akan memperlakukan diriku sendiri dengan buruk. Untuk tempat tinggal, karena asrama karyawan sementara belum siap, prinsipnya kamu bisa menempati kamar mana saja yang kosong. Dengan begitu kamu bisa tinggal lebih nyaman, tapi kekurangannya kadang kamu harus rela pindah barang. Tentu saja, jika kamu kerja shift siang dan tidak ingin tinggal di sini, itu terserahmu. Soalnya sebelumnya aku dengar kamu tinggal di sekitar sini.” Cheng Yun berkata, “Tapi jika kamu tidak mau makan di sini, sebaiknya beri tahu aku sebelumnya untuk menghindari pemborosan makanan.”
“Hm.”
“Sepertinya tidak ada lagi yang perlu dibahas. Hotel ini tidak besar, semua kamar ada di lantai dua dan tiga gedung ini. Ruang penyimpanan ada di pintu tangga lantai satu ke dua, juga tidak ada yang istimewa.” Cheng Yun menatapnya, “Jika kamu setuju, kita tanda tangani kontrak, lalu aku akan mencabut pengumuman lowongan.”
“Hm.” Yu Dian terus mengangguk sambil menatap lantai, “Lalu kapan aku bisa mulai bekerja?”
“Ini kamu yang tentukan, sebaiknya secepat mungkin.” Cheng Yun melirik Cheng Yan, lalu berkata lagi, “Karena kita memang kekurangan seorang resepsionis kasir.”
“Besok bisa? Aku juga tidak ada urusan.”
“Bisa.” Cheng Yun tersenyum, “Kalau sore ini kamu kosong? Aku bisa mengajarmu mengoperasikan peralatan dan sistem, halaman web dashboard, sekalian situasi hotel dan hal-hal yang perlu diperhatikan juga bisa kujelaskan.”
“Aku selalu kosong.” Suara kecil Yu Dian.
“Kalau begitu baiklah!” Cheng Yun melanjutkan, “Ngomong-ngomong, kamu sudah makan siang? Mau makan di sini? Sekalian merasakan kemampuan masakku.”
“……” Yu Dian ragu sejenak, akhirnya mengangguk, “Baik.”
Sementara Cheng Yan berdiri di sebelah, memandang mereka dengan pasrah saat semuanya berjalan lancar hingga kontrak ditandatangani.
Kemudian Cheng Yun naik ke atas untuk memasak, meninggalkan mereka berdua di resepsionis - satu duduk di depan sambil asyik dengan ponselnya, satunya lagi sibuk mengamati sekeliling, tetap diam tanpa memulai percakapan.
Cheng Yun, selain semester satu pernah tinggal di asrama, waktu lainnya selalu menyewa rumah di luar. Awalnya pemahamannya tentang memasak hanya sebatas level tomat tumis telur dan kentang iris goreng, tapi karena lama tinggal sendirian dan tak bisa terus-terusan memesan makanan online, terpaksa perlahan belajar memasak.
Sampai kemudian punya pacar... semakin membuat kemampuan masaknya meningkat pesat.
Tak lama, tiga hidangan sederhana plus satu sup sudah dihidangkan.
Satu piring iga babi rebus kentang, satu terong cincang daging, ditambah sayuran hijau, dan sup bakso tomat.
Bertiga menumpang menggunakan meja kopi depan sebagai meja makan. Yu Dian dan Cheng Yan duduk di dua sofa, sementara Cheng Yun membawa bangku kecil. Karena meja kopi cukup rendah, bangku kecil malah lebih nyaman daripada sofa.
Hidangan sederhana ini justru membuat Yu Dian merasa kikuk di samping meja, diam-diam terus menelan air liur. Namun karena tata krama, ia hanya bisa makan dengan suapan kecil-kecil, bahkan hanya mengambil dari piring di hadapannya, sementara matanya terus menyapu sekilas seluruh permukaan meja.
Selama proses makan, Cheng Yun menjelaskan alur kerja dan peraturan detail kepadanya, sementara Yu Dian terus mengangguk sambil berseru "Hm". Cheng Yan yang duduk di samping kesulitan menyela, bagai sosok transparan.
Setelah makan, Cheng Yan disuruh mencuci piring.
Saat turun setelah mencuci, ia kembali melihat Cheng Yun sibuk mengajari Yu Dian mengoperasikan sistem di balik etalase, masih seperti tak memperhatikan kehadirannya.
Cheng Yan akhirnya tak tahan, mendengus keras: "Kalau kamu sudah dapat resepsionis, berarti aku tak dibutuhkan lagi! Bayar gaji tetap dan uang makanan online beberapa hari ini, aku akan berkemas lalu pulang!"
Cheng Yun melambaikan tangan: "Baik-baik..."
Cheng Yan tertegun sejenak, lalu berbalik dengan geram menaiki tangga.
