Saat ini bagi mahasiswa, sudah memasuki masa ujian akhir, waktunya ujian semakin dekat.
Di sebelah, Asrama Dongyuan Universitas Yizhou, Gedung 9.
Di dalam kamar berenam bergaya feminim, beberapa siswi terlunglai tak karuan di lantai yang baru saja dipel, merasa diri mereka hampir meleleh oleh panas.
"Bego banget sih, udah dua hari dilaporin tapi teknisi AC belum dateng juga!" bentak seorang siswi bertubuh gemuk. Dengan persentase lemak tubuh tinggi yang mudah memicu kenaikan suhu dan keringat, ia benar-benar merasa nyawanya terancam.
"Mending numpang AC kamar sebelah saja," ujar siswi berkacamata berpenampilan kalem sambil mengangkat dua buku. "Ujian tinggal hitungan hari, kalian siap?"
"Nggak."
"Nggak."
"Nggak."
“……”
"Panasnya bikin nggak bisa belajar, begini terus bakal hancur lebur nih." Siswi gemuk itu menatap langit-langit dengan sorot mata kosong. "Ada yang serius dengerin materi waktu kuliah?"
"Nggak."
“Tidak.”
“……”
“Ah, aku punya 80% keyakinan bisa lulus, tapi...” Siswi berkacamata yang tenang menepuk dahinya, “Aku juga ingin dapat beasiswa semester depan.”
“Ah.”
“Ah.”
“……”
Gemuruh helaan napas bergelombang tak henti.
Asrama mereka agak unik – enam orang ini ada yang sibuk persiapan ujian masuk pascasarjana, ada yang hobi hura-hura tak terkendali. Dasar-dasar pelajaran sama sekali tak dikuasai. Satu-satunya yang nilainya agak bagus pun mengaku tak sanggup menanggung lima lainnya. Lagipula tiga di antaranya berbeda jurusan.
Ironisnya di saat genting yang seharusnya digunakan untuk belajar marathon ini, AC asrama malah rusak. Di tengah teriknya musim panas, ini benar-benar menyiksa.
“Aku kira AC hari ini sudah diperbaiki, ternyata... Andai tahu begini, lebih baik aku terus saja ngekost sama pacar.” Seorang gadis bertampang manis berbaju boxer berkata.
“Sial!” Siswi gemuk yang baru saja dicekoki "makanan anjing" membalikkan matanya, “Bukannya kamu semalam baru pulang dari ngekost sama pacarmu?”
“Iya, tapi semalem rasanya rugi banget.”
“Gimana? Pacarmu nggak bisa memuaskanmu ya?” Siswi gemuk itu kembali membalikkan matanya.
“Enyahlah!” Siswi cantik itu membentak, lalu melanjutkan, “Kita kan sudah ngebooking hotel dari kemarin dulu, awalnya memang mau ngindar dari panas karena AC rusak, sekalian... Siapa sangka cuaca kemarin segitu adem! Kalau tahu bakal begini, mending ganti hari ini aja.”
“Iya, kemarin emang adem banget. Kita buka pintu balkon, tengah malem diam-diam buka pintu kamar juga, angin sepoi-sepoi yang lewat bikin betah.” Siswi pendiam itu berkata sambil memegang buku pelajarannya.
“Makanya aku merasa rugi!” protes siswi cantik itu. “Seandainya aku tetap di kamar aja nikmatin angin.”
“Aku aja pengin ngekos di warnet buat belajar semalem.” Siswi gemuk itu mengeluh lesu. “Kalau capek belajar bisa main game bareng.”
“Ide bagus!” Seorang siswi yang duduk di tanah bersandar pada lemari langsung melompat, "Langsung berangkat! Bawa bukumu, jangan lupa panggil aku kalau mau main game!"
"Plak!" Siswi bersih menampar ubun-ubunnya, "Bagus apanya? Daripada buang duit di warnet, mending kita sewa kamar hotel! AC hotel lebih kenceng, lebih nyaman pula. Total per orang cuma 10-20 rebu, kan asyik?"
"Hah?"
"Hah?"
"Usul bagus, cari yang murah meriah!" Siswi tenang masih menatap bukunya sambil mengangguk, "Kamu kan sering ngajak pacar ngehotel, ada rekomendasi hotel murah, lingkungan bagus, ruangan luas gak?"
"Minta ini itu terus, mending terbang ke langit aja!" Siswi gemuk mencibir.
"Penginapan murah memang banyak, losmen kecil di gerbang sekolah semuanya cukup murah. Tapi soal lingkungan dan ruang... Lagipula ini kan medan tempur, buat apa perlu lingkungan dan ruang?" Gadis bersih dan menawan berbicara ceplas-ceplos, "Tapi penginapan yang kutinggali semalam cukup bagus, sangat hening, sekitarnya juga bukan pusat keramaian. Kelihatannya seperti baru dibuka, fasilitas dalam kamar semua bersih, dan ada... ada perasaan yang sulit diungkapkan!"
"Apa? Perasaan apa? Afrodisiak?"
"Bukan!!" Gadis itu membalikkan mata.
"Terus apa dong?"
"Begitu masuk langsung terasa ada aroma khusus di kamar... Lao He jangan ikut komentar, ini bukan bau kaki! Rasanya seperti wewangian tak terdefinisi yang membuat hatimu langsung tenang. Lebih tenang daripada di rumah sendiri, lebih tenang daripada kafe yang memutar musik instrumental. Tapi kalau dicium lebih seksama malah tidak tercium apa-apa. Kukira... mungkin semacam dupa khusus atau sejenisnya ya?"
“Dupa Pemikat Jiwa?”
“Dasar Mini, sudah dibilang jangan bicara!!”
“Pemilik pastinya sudah minta Orang Suci periksa feng shui!”
“Jangan bicara!!”
Siswi tenang mengerutkan kening, membalik halaman buku di tangannya: “Semisterius itu? Ingatanmu kok bisa sedetail ini, kayak lagi beriklan saja!”
“Utamanya karena… karena biasanya… kamu tahu lah… kalau kamu dan pacarmu sudah buka kamar dan masuk, reaksi psikologis dan fisiologisnya tidak perlu kujelaskan detail. Tapi waktu masuk kamar itu tidak ada perasaan itu, kami berdua justru merasakan ketenangan yang sangat nyaman.” Siswi bersih dan menawan menggerakkan tangannya ke dalam celana dalam sambil menggaruk pantat, melanjutkan, “Semalam aku dan pacarku herannya hanya sekali, biasanya sih sampai… Hmm!”
“Agak malu-malu, aku masih perawan.” Siswi tenang menutup bukunya dengan tenang.
“Sumimasen!” Siswi bersih dan menawan membungkuk 90 derajat.
“Aku memang harus ganti lokasi, entah buka kamar di hotel atau ngepak semalam di warnet, gimana menurut kalian?” Perempuan bersih menawan menyapu sekeliling.
“Berapa semalamnya?”
“Kamar mini Meituan 99, kamar standar sama tipe standar 120, semalam kita nginep di kamar standar.”
“Kita yang segini banyak harus sewa dua tiga kamar kali ya?”
“Sewa satu kamar juga bisa, bawa selimut buat tidur di alas tidur darurat!” Perempuan itu menunjukkan pengalaman berpengalaman, “Cuma nggak tahu bosnya setuju atau enggak, harus tanya dulu.”
“Kalau nggak boleh?”
“Ya nanti aku yang sewa satu kamar, kalian diam-diam naik aja.”
“Ide bagus!”
……
Pukul delapan malam, Cheng Yun duduk di balik etalase.
Enam siswi berdiri di pintu hotel, memandang merek dan hiasan buatan resepsionis dengan ekspresi berbeda-beda.
“Itu bosnya? Ganteng banget!” Perempuan gemuk langsung tergila-gila paras.
“Iya, waktu aku datang kemarin juga merasa dia cukup ganteng, cuma kemarin pacarku ada di sini jadi agak malu-malu memperlihatkannya.” Siswi bersih dan menawan itu masih mengenakan celana boxer, kaos oblong olahraga, dan sepasang sandal jepit, terlihat sangat santai.
“Gaya dekorasi resepsionisnya lumayan keren.” Siswi tenang itu mendorong kacamatanya, membaca deretan kata seni di latar belakang resepsionis, "'Hanya untuk memberikan pengalaman istirahat terbaik bagi Anda'... Sepertinya apa yang kamu katakan kemungkinan besar benar."
“Hmm, waktu aku datang semalam belum melihat tulisan-tulisan ini. Baru ditempel ya?” ujar siswi bersih dan menawan itu.
“Jangan bacot, masuk aja!” seru salah satu siswi.
“Gimana caranya masuk?”
“Suruh Lao He dan Nian Wen yang duluan masuk. Satu brengsek, satu sudah berpengalaman.”
“Maksudmu apa sih... Brengsek itu bagaimana?”
“Lebih baik kalian berhenti berdebat. Bos ini terlihat bisa diajak negosiasi, ayo masuk bersama-sama!” Siswi tenang itu berjalan mendahului menuju pintu hotel. Yang lain buru-buru mengikuti.
Satu menit kemudian——
Cheng Yun tertegun memandang enam siswi yang berdiri di hadapannya.
"Kami juga sudah kehabisan akal, Bos yang ganteng, tolong bukakan satu kamar untuk kami!" Siswi bersih dan menawan yang mengenakan celana boxer bertanggung jawab atas urusan merayu, "Kemarin aku sudah datang kemari, datang malam hari, dan kamu yang menerimaku! Aku langsung merasa lingkungan tempatmu sangat bagus, makanya kubawa semua teman sekamarku. Kamu harus mengerti bunga-bunga masa depan tanah air ini! Ganteng abis!"
"Hmm..." Cheng Yun tercengang, "Untuk apa sekalian banyak orang sewa satu kamar... Di kamar standar kan tidak ada mesin mahjong!"
"Belajar!" Siswi itu langsung menepuk buku matematika lanjutan di meja resepsionis.
Para siswi kemudian maju diam-diam, menumpuk contoh soal ujian masuk pascasarjana Bahasa Inggris, matematika, esai ujian CPNS, serta beberapa buku profesional di meja resepsionis hingga setinggi 20 sentimeter.
"Boleh, kan?" Para siswi memandapinya dengan tatapan memohon. Hawa sejuk di area resepsionis saja sudah membuat mereka enggan keluar, apalagi harus kembali ke asrama yang seperti tungku api besar.
"Berubah... Berubah jadi!" Cheng Yun meski terkejut, tetap tegas, "Tapi kalian yakin cuma enam orang ini kan?"
"Tentu saja!" Siswi berpenampilan bersih itu tertegun, lalu mengamatinya dengan tatapan 'ternyata ganteng kamu tipe begini', "Jangan-jangan kamu kira kami mau ajak teman sekelas cowok? Itu kan... tindakan kriminal!"
"Err, baguslah." Cheng Yun menunduk sambil berkata, "Kalau begitu tolong serahkan KTP dua orang untuk didaftarkan, sisanya tulis nomornya untuk backup ya?"
"Oke!" Siswi itu menyeringai, "Kamu baik banget, add WA dong?"
"Hah?"
Cheng Yun mengetuk-ngetuk kalender di meja resepsionis: "Di sini ada official account penginapan kami yang baru dibuat. Meski belum ada konten, kalau tertarik boleh scan dulu."
"Ck! Garing!"
Cheng Yun menerima KTP mereka, menahan diri untuk membandingkan foto dan aslinya, baru mulai mencatat data.
“Siswi bersih dan menawan itu bernama Hao Nianwen, siswi gemuk bernama He Qing, siswi tenang bernama Wu Wenshan, sedangkan tiga orang lainnya masing-masing bernama Fan Zirong, Lin Han dan Qi Wei. Tingkat kecantikan asrama mereka termasuk level biasa, mungkin hanya siswi bersih dan siswi tenang yang terlihat paling cantik.”
“Setelah cepat menyelesaikan prosedur check-in, Cheng Yun melihat mereka memasukkan kembali buku-buku ke dalam tas, baru berkata: ‘Jika kalian kekurangan tempat tidur di malam hari, bisa minta kasur kecil atau selimut tambahan dariku.’”
“Waah! Bagus sekali!”
“Bos, aku sangat mencintaimu!”
“Terima kasih!”
“Tidak usah sungkan.” Cheng Yun menjawab.
Memandang punggung mereka yang terus-menerus meninggalkan area, ia menggelengkan kepala lalu menunduk terus menonton drama televisinya.
“Lagipula meskipun terjadi sesuatu, beberapa gadis kecil itu sedang belajar semalaman dengan lampu, tak seorang pun bisa menyalahkan mereka bukan!”
Tiba-tiba, Hao Nianwen kembali berhenti di tangga, menatap Cheng Yun: "Bos ganteng, kamar di sini pakai dupa apa ya?"
"Dupa?" Cheng Yun tertegun, "Maksudmu?"
"Selalu ada perasaan seperti ada dupa penenang yang dipakai di sini?"
Cheng Yun langsung tersadar, tersenyum berkata, "Rahasia dagang, tidak boleh diajarkan ke orang lain."
"Hmph!"
Satu menit kemudian, Hao Nianwen menggesek kartu membuka kamar, enam siswi masuk. Mereka serempak menoleh mengamati dekorasi kamar, lalu serentak menarik napas dalam-dalam.
"Benar-benar ada perasaan jiwa yang tenang, tapi perasaan ini sudah ada sejak masuk hotel kan?"
"Sepertinya tidak mencium aroma apa-apa, selain bau renovasi samar-samar."
"Ada kok, aku menciumnya!"
"Kau mencium? Aroma apa?"
"Seharusnya dikatakan merasakan."
"Jangan lebay..."
