Gemerincing...
Dengan mata masih mengantuk, Cheng Yun mematikan keran air. Setelah mengelap tangannya di handuk, ia menopang kepala dengan tangan sambil membuka pintu.
Baru lewat pukul sepuluh pagi.
"Aku tidak tahu apakah Tua Master Hukum sudah pergi." gumam Cheng Yun pada dirinya sendiri, lalu menggelengkan kepala dengan keras.
Baru sampai di lantai dua, ia langsung bertemu enam siswi yang tadi malam belajar bersama. Kebetulan mereka juga sedang turun, entah apakah sempat mengulang pelajaran tadi malam atau tidak, yang jelas semuanya terlihat segar bugar.
Hao Nianwen yang pertama melihatnya, langsung berseru girang: "Hei! Bos ganteng!"
"Pagi." Cheng Yun menyunggingkan senyum tipis, "Tidur nyenyak semalam?"
"Wah enak banget! Aku sudah lama nggak merasakan tidur sedalem ini!" senyum puas merekah di wajah Hao Nianwen, "Tempatmu ini mengingatkanku pada suasana kampung halaman. Sunyi malamnya bikin tenang, tanpa sinyal hp juga, jadi pas di ranjang ya cuma bisa tidur, nggak kebanyakan mikir atau insomnia. Bangun pagi rasanya fresh banget! Kalau nggak harus bayar, penginnya ngekost selamanya di sini!"
"Syukurlah kalau begitu." jawab Cheng Yun dengan lesu.
“Hmm, bos sepertinya istirahatnya kurang nyenyak ya.” Hao Nianwen memiringkan kepala dengan manis saat bertanya, sementara Cheng Yun hanya membalas sepatah kata meski dia sudah bicara panjang lebar.
“Soalnya aku jaga malam.”
“Oh, sudah bekerja keras ya.”
“Bisnis mah emang gak ada yang gak butuh perjuangan.”
“Ngomong-ngomong! Barusan setelah bangun, kami berlima sepakat kalau AC asrama sampai sore belum diperbaiki, kami akan menginap lagi di sini. Jadi mungkin malam ini kita bakal ketemu lagi lho.”
“Silakan silakan.” Cheng Yun tersenyum, berusaha terlihat ramah, “Tapi kamar akhir-akhir ini lumayan penuh, lebih baik kalian reservasi lebih awal.”
“Hm!”
Enam gadis berjalan beberapa langkah di depannya. Hao Nianwen mengeluarkan kwitansi deposit dan kartu kamar dari tas untuk proses check-out di resepsionis, sementara lima gadis lainnya duduk menunggu di sofa.
Cheng Yun masuk ke area resepsionis dan duduk di sebelah gadis kecil Yu Dian, bertanya: “Sudah sarapan?”
“Sudah.” Suara gadis kecil Yu Dian terdengar lembut. Ekspresi wajahnya terlihat jauh lebih baik dibanding beberapa hari lalu, putih dan bersih, sangat cocok dengan fitur wajahnya yang bersih dan menawan.
“Oh.” Cheng Yun mengangguk, lalu bertanya lagi, “Apakah tamu kamar 202 sudah keluar?”
“Hah? Pria tua yang ramah itu?” Yu Dian tertegun sejenak sebelum menjawab, “Dia baru pergi sekitar lima menit yang lalu dan sudah melakukan check-out. Tapi katanya dia tidak membayar deposit.”
“Lima menit lalu...” Cheng Yun melihat jamnya. Lima menit yang lalu tepat pukul sepuluh.
“Hm.” Yu Dian mengangguk sambil mengeluarkan uang seratus yuan dan menyerahkannya kepada Hao Nianwen, berkata dengan sopan, “Deposit silakan disimpan baik-baik. Jika merasa nyaman menginap di sini, silakan datang lagi lain waktu.”
“Baik, terima kasih.” Hao Nianwen mengangguk, lalu tersenyum kepada Cheng Yun, “Bos ganteng, Selamat jalan.”
“Hati-hati di jalan.” kata Cheng Yun.
Kemudian gadis-gadis lainnya pun satu per satu mengucapkan terima kasih padanya, dan ia pun membalas satu per satu.
Ketika mereka semua telah pergi, Yu Dian baru berbisik kepada Cheng Yun: "Ngomong-ngomong, Cheng Yan pagi ini saat keluar bilang dia pergi jalan-jalan dengan teman, baru pulang sore nanti. Jadi siang ini tidak makan di sini. Dia juga bilang..."
"Bilang apa lagi?" Cheng Yun bertanya.
Gadis kecil Yu Dian memerah wajahnya, terlihat sangat malu-malu. Setelah terhenti sejenak, baru melanjutkan: "Dia menyuruhmu mengirim uang sarapan pagi tadi lewat WeChat, total delapan belas ."
"Oh." Cheng Yun mengangguk, lalu langsung merebahkan diri di kursi, menyipitkan mata perlahan.
Hao Nianwen dan beberapa siswi lainnya justru mengingatkannya untuk segera memulai pekerjaan pemasaran hotel kecil - Cheng Yun memang sudah punya rencana ini, namun beberapa hari terakhir kondisinya mentalnya hampir terkuras habis oleh mimpi-mimpi malam, sementara waktu lainnya juga dipenuhi urusan masing-masing, sehingga sampai sekarang belum mulai menyusun petunjuk.
Meski Cheng Yun pemalas, namun idenya jauh lebih brilian dibanding dua profesor. Dia sangat paham betapa pentingnya pekerjaan pemasaran di era sekarang. Uang yang dia hasilkan semasa kuliah sebagian besar berasal dari strategi pemasaran yang jitu. Walau kini yang dikelolanya cuma hotel kecil di luar kawasan wisata, pemasaran yang tepat tetap bisa menyaring pelanggan sesuai kriteria. Bisnis akan lebih laris, pekerjaannya pun jadi lebih ringan.
Sambil menyipitkan mata merenung, perutnya mulai keroncongan. Dia membuka kulkas melihat stok bahan mentah, lalu pergi ke pasar belanja tambahan sebelum akhirnya naik ke dapur untuk memasak.
Siang ini hanya ada dia, gadis kecil Yu Dian, dan Yin Nuxia yang makan. Cheng Yun cuma masak dua lauk pauk sederhana ala rumahan dengan porsi super jumbo.
Pukul tiga sore, cahaya keemasan menyengat bagai racun mematikan.
Cheng Yun mengenakan celana pendek olahraga hitam, kaos oblong ketat untuk lari yang dibeli sebelumnya, dan sepatu lari. Dengan perasaan gentar, ia berdiri di pintu hotel sambil menatap jalanan yang disinari cahaya matahari menyilaukan. Baginya, kaca pintu itu seolah memisahkan dua dunia berbeda—di dalam adalah ruangan ber-AC yang sejuk dan nyaman, sementara satu langkah keluar berarti menginjak jurang api yang siap melahap manusia.
"Itu... Apa kita benar-benar harus pergi sekarang? Cahaya keemasan ini saja sudah membuatku merinding!"
"Aku saja tidak takut, masa kamu yang gentar?" Yin Nuxia juga mengenakan celana pendek olahraga, dengan kaos oblong putih di bagian atas tubuhnya, serta sandal jepit ringan di kakinya.
"Bagaimana kalau kita pergi malam saja?" Cheng Yun ragu-ragu. Meski telah mengoleskan sunscreen milik Cheng Yan, ia tetap merasakan kekuatan dahsyat sang matahari.
"Omong kosong!" Yin Nuxia menyelipkan dua kaus kaki baru di kedua saku celana pendeknya, langsung mendorong pintu kaca sambil berkomentar, "Mau latih silat tapi takut kuxiushi, di seluruh jagat mana ada hal sebaik ini? Lagipula kau sudah punya industri sendiri, tiap hari ada urusan begini-begitu. Kalau tak punya ketekunan tanpa henti setiap hari, kapan rencanamu mau mulai latihan?"
"Nuxia benar!" Cheng Yun mengangguk, menggigit gigi melangkah keluar. Seketika gelombang panas menyapu wajahnya.
"Hm, baru kali ini mirip!" Yin Nuxia tetap tenang, ikut melangkah keluar mengikutinya.
Sementara gadis kecil Yu Dian duduk hampa di dalam area resepsionis. Kedua tangannya masih terletak di keyboard komputer, tapi kepalanya menoleh memandang punggung mereka dengan tatapan tertegun. Setelah menyerap setiap dialog mereka, baru bereaksi setelah beberapa kali mengedipkan mata.
"Lebih baik fokus pada urusanku sendiri." Ia kembali menatap layar komputer sambil merenung.
Hari ini adalah hari yang disepakati Cheng Yun dan Yin Nuxia untuk mulai menghaluskan tubuh. Yang dimaksud "menghaluskan tubuh" sebenarnya adalah meningkatkan poin fisiknya. Proses ini bukan berarti menyuruhnya duduk di satu tempat mengalirkan metode pelatihan internal, atau menyiksa diri di bawah air terjun, sederhananya—ini adalah latihan fisik!
Latihan daya tahan, latihan kekuatan, latihan kecepatan, latihan reaksi... Segala macam pelatihan!
Begitulah cara jagoan dunia persilatan sejati ditempa.
Universitas Yizhou, lapangan olahraga.
Matahari awal Juli benar-benar terik luar biasa, sementara di waktu seperti ini pelajaran olahraga kampus sudah lama berakhir. Seluruh lapangan olahraga kecuali anggota klub sepak bola yang sedang latihan menendang bola, hanya ada beberapa orang yang duduk di bawah bayangan pohon selama dua hari, membuat lapangan luas itu terkesan kosong melompong. Cheng Yun tahu begitu malam tiba, tempat ini akan dipenuhi orang yang lari, main bola sepak, dan jalan-jalan. Pagi hari juga ramai pengunjung. Saat tingkat satu dan dua dulu ia sering ke sini, tingkat tiga hanya sesekali datang, sedangkan sejak tingkat empat sampai sekarang hampir tak pernah menginjakkan kaki lagi.
Saat itu dua siluet - satu tinggi satu pendek - berdiri di pintu gerbang lapangan olahraga. Matahari terik yang condong ke barat membayangi tubuh mereka di permukaan plastik lapangan, memanjang dan memendek.
"Ah." Cheng Yun menghela napas. Ia sudah tahu takkan ada orang yang nekat datang ke tempat hantu ini di terik matahari segila ini.
Yin Nuxia membuka mulutnya lebar-lebar, menggerakkan kepala dengan kaku sambil mengamati keseluruhan lapangan olahraga berbentuk oval——lintasan plastik merah dengan garis putih di area luar, begitu luas; di bagian tengah terdapat lapangan sepak berumput sintetis yang memantulkan warna hijau terang di bawah terik matahari; sekelompok pemuda berbaju olahraga sepak sedang berkeringat deras di atas rumput hijau, sesekali melontarkan bentakan tegas...
"Lapangan latihan di Tebing Asah Pisau Lembah Ikan Terbang pun mungkin tak sebesar ini!" Gumam Yin Nuxia dengan wajah takjub.
Cheng Yun hanya merasakan sengatan matahari yang menyengat: "Panas sekali."
Yin Nuxia berjalan masuk dengan langkah kagum, berat badannya yang bahkan melebihi Cheng Yun membuatnya merasakan elastisitas peredam kejut lintasan plastik, tak kuasa berkomentar: "Inikah tempat lari yang kau maksud?"
"Ya."
"Manusia di dunia kalian benar-benar ahli menikmati hidup! Bahkan tanah untuk lari pun dilapisi bahan empak!"
“Karena tubuh kita lebih rentan.” Cheng Yun menggelengkan kepala dengan pasrah. Pelari rutin tahu pentingnya peredam kejut untuk lari, terutama lari jarak jauh. Orang rela mengeluarkan uang banyak untuk membeli sepatu lari bagus, salah satu tujuannya adalah mengurangi kerusakan pada sendi seperti lutut. Lintasan plastik dengan sistem peredam tentu jauh lebih nyaman dibanding lari di aspal.
Dulu Cheng Yun juga sering lari, kebanyakan lari malam. Saat itu dia bisa menempuh 10 kilometer, tapi sekarang...
“Baiklah.” Yin Nuxia tidak banyak bicara. Matanya menatap lintasan plastik di depan, setelah merenung sejenak dia berkata, “Satu putaran di sini kira-kira 100 lebih ka. Kau lari 30 putaran dulu sebagai contoh.”
“Hah!” Cheng Yun hampir muntah darah.
Lapangan ini memiliki lintasan standar 400 meter. Tiga puluh putaran berarti total 12 kilometer...
“Kenapa? Tidak bisa?” Yin Nuxia mengangkat alis.
“Bisa! Pasti bisa!” Cheng Yun menggigit gigi, mulai melakukan pemanasan, “Aku pemanasan dulu.”
"Hm, tidak usah buru-buru. Setelah lari, aku masih akan memberimu tugas tambahan," kata Yin Nuxia dengan datar. Matanya mengamati Cheng Yun dari ujung kepala hingga kaki. "Bukan maksudku menyinggung, Sang Kepala Stasiun, tapi tubuhmu ini sudah benar-benar rusak! Kalau Tua Master Hukum sudah memberikanmu jalan pintas, maka aku juga harus memberikan 'bom informasi' khusus. Jangan sampai nanti aku dianggap tidak adil karena membiarkanmu menginap di kamar Guru Fa sampai larut malam kemarin!?"
"Kok kamu tahu?" Cheng Yun langsung membeku.
"Aku... Ah sudahlah, jangan banyak omong! Buruan lari!" hardik Yin Nuxia dengan wajah keras. "Aku akan tetap berdiri di sini mengawasimu! Untuk permulaan, boleh lari pelan-pelan, tapi jangan berhenti! Kalau melanggar, kau akan kuhukum!"
"Err..."
Cheng Yun menyadari Yin Nuxia benar-benar bertekad bulat mengubah 'gumpalan daging' di tubuhnya menjadi otot dalam waktu singkat. Dengan menggigit gigi, ia mulai berlari di bawah terik matahari yang menyengat.
Cheng Yun yang bertubuh tinggi dan ganteng berlari di lapangan olahraga yang sangat luas di musim panas terik ini. Aksi larinya justru menarik perhatian banyak orang - beberapa murid yang duduk bercakap-cakap di bawah bayangan pohon sambil menonton sepak bola pun mulai membagi sedikit pandangan mereka ke arahnya, mungkin sedang berspekulasi ada cacat di kepalanya sehingga memilih lari di waktu seperti ini.
Fakta membuktikan kehidupan yang damai selama setahun lebih telah cukup menghancurkan tubuh yang kuat. Baru satu putaran berlari, Cheng Yun sudah merasakan kelelahan yang jelas. Dengan kondisi seperti ini, dia akan kehabisan tenaga setelah lari satu kilometer. Bahkan jika terus menggigit gigi, diperkirakan tak akan bisa melewati hambatan besar 2-3 kilometer.
Saat itu juga, tanda di punggungnya mulai terdingin es. Dingin itu dengan cepat menyebar ke seluruh tubuhnya, kemudian dia merasakan kesemutan ringan yang membuat tubuhnya sedikit kebas.
Kedua kaki, torso, rongga dada, bahkan mencakup lengan...
Cheng Yun jelas merasakan kaki pegalnya mulai pulih normal. Paru-paru yang membara seperti api, jantung berdenyut kencang perlahan tenang. Bahkan lengan yang melambai, otot dada dan punggung terasa sejuk, rasa kelelahan hilang sama sekali.
Satu kilometer berlalu, tidak merasakan apa-apa...
Dua kilometer, tiga kilometer...
Lari Cheng Yun tidak terlalu cepat, tapi juga tidak lambat. Putaran pertama ia menjaga kecepatan lari di angka lima — cukup cepat untuk lari santai. Dulu ia bisa lari 10 km dengan kecepatan ini dalam 50 menit. Kini tanpa keuntungan ekstra, maksimal hanya 1 km.
Kini saat program mantra diaktifkan, ia mulai sadar mungkin sulit merasa lelah. Dengan sengaja ia mempercepat lari. Larinya kian kencang, kecepatan lari mencapai sekitar 4 — kecepatan yang dulu hanya berani ia pakai saat tes fisik 1000 meter.
5 kilometer, 6 kilometer...
Cheng Yun ternyata memang tidak lagi merasakan otot yang mengencang, hanya merasa sedikit lemas, mulai ada sensasi kosong di kaki.
Pandangan pria dan wanita di bawah bayangan pohon terhadapnya berubah dari memandang orang bodoh menjadi memandang Dewa...
Hingga Cheng Yun menyelesaikan 30 putaran, waktunya bahkan kurang dari lima puluh menit - ini melebihi level puncaknya di masa lalu.
Sementara Yin Nuxia saat itu berdiri di pinggiran lapangan olahraga berlindung di bawah pohon, matanya tidak mengikuti Cheng Yun melainkan terpaku pada sekelompok orang yang sedang menendang bola di hamparan rumput, jari-jari kaki mungilnya bergerak-gerak gelisah dalam sandal.
Baru ketika Cheng Yun mendekatinya, dia heran berkata: "Sudah selesai? Tua Master Hukum memberimu makan apa, sampai sehebat ini!"
"Beres!" Cheng Yun merasakan perutnya kosong melompong, gelombang lapar menerjang - seolah bisa membayangkan lemak yang susah payah disimpannya sedang terbakar dahsyat.
Selanjutnya Yin Nuxia juga tidak melepaskannya, memaksanya melakukan berbagai aksi latihan otot berkesulitan tinggi. Sebagian merupakan gerakan umum di dunia nyata seperti push-up dan pull-up, sebagian lagi mirip dengan gerakan profesional dalam kursus kebugaran seperti "Pencabik Otot Perut", bahkan ada gerakan yang belum pernah Cheng Yun lihat sama sekali dan sulit dilakukan dengan kekuatan ototnya. Seolah-olah lari 12 kilometer tadi hanyalah pemanasan aerobik, makanan utama baru benar-benar dimulai sekarang.
Sekitar pukul empat setengah, Yin Nuxia baru melambaikan tangan: "Hari ini cukup sampai di sini, lusa kita lanjutkan lagi."
"......" Cheng Yun sudah tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.
Meski ia menggunakan Gua, energi pemulihan yang dilepaskan tanda di vest-nya membuat seluruh otot tubuhnya tetap dalam kondisi tidak lelah dan tidak terluka. Namun ia merasa tubuhnya tidak mampu menyediakan energi untuk latihan seintens ini. Kini perasaannya seperti kelaparan selama tiga hari tiga malam, seluruh anggota tubuhnya kosong sama sekali. Ia hanya ingin kembali, melahap dua jin daging dan tiga mangkuk nasi berminyak sebanyak-banyaknya.
Yin Nuxia kembali menjulurkan lehernya mengamati sekelompok murid yang sedang main bola sepak, baru kemudian berbalik arah.
Sementara Cheng Yun berjalan limbung mengikuti langkah sang Srikandi dengan ekspresi hidup tak berarti di wajahnya.
