Andy berlari sejauh beberapa kilometer tanpa henti. Di tengah labirin gang-gang yang berantakan, ia tak tahu sudah berapa belokan dilalui, pernah menginjak sesuatu yang lembek dan menjijikkan, dikejar anjing liar, dan hampir jatuh ke parit.
Ia terus mempertahankan kecepatan tinggi tanpa boleh lengah. Berkat kebiasaan berolahraga dan latihan tinju selama ini, nyawanya terselamatkan dari kelelahan mematikan!
Baru ketika paru-paru terasa terbakar seperti api, ia berhenti. Kepalanya menengadah memandang sekumpulan bangunan rendah di depan-
Masih berada di kawasan kota, tapi bangunan di sini tak terlalu padat. Perasaan takutnya pun berkurang.
Dua kilometer ke depan terdapat Taman Rawa Basah. Di sana tidak hanya tidak ada kamera pengawas, medannya pun kompleks dengan semak belukar lebat. Begitu menyelam masuk ke dalamnya, polisi pasti kesulitan melacaknya. Dia hanya perlu memanfaatkan malam untuk menembus taman rawa itu, lalu mencapai pinggiran kota. Adapun setelah itu...
Urusan selanjutnya biar dipikirkan nanti!
Yang penting saat ini bisa selamat dari tribulasi ini!
Andy mulai menangkap suara sirene samar-samar. Entah ilusi atau bukan, ini membuatnya sangat tegang.
Kota di atas tengah malam terasa sunyi senyap, terutama di area ini. Di jalan hampir tak terlihat kendaraan. Hanya ada seorang perempuan muda menyandang tas mengayuh sepeda kuning kecil terhuyung-huyung di bawah lampu jalan redup. Oh ya, di jembatan penyeberangan depan juga berdiri siluet seseorang. Dari penampilannya tampak seperti gadis di bawah umur bertubuh pendek. Anehnya di tengah malam begini ia masih berdiri kaku di jembatan, sama sekali tidak bergerak.
Dan sepertinya... matanya sedang menatap tajam ke arahnya...
Andy tak bisa menahan napas panjang, menyusuri jalanan terus berlari sambil menyesuaikan postur dan langkah agar tidak terlihat panik, seperti seorang pelari malam.
Pandangannya tak terkendali melirik ke gadis kecil di jembatan penyebrangan itu. Ia yakin gadis mungil dari Tiongkok itu sedang menatapnya tajam — bahkan sorot mata itu membuatnya merinding, seolah dirinya adalah seekor antelop kecil yang sedang diawasi cheetah.
"Brengsek, kenapa aku malah mikirin Animal World!" Andy memaki dalam hati dengan amarah.
Dengan cepat ia berlari mendekati jembatan penyeberangan. Saat menengadah, sosok perempuan itu kini terlihat jelas—benar-benar seorang gadis bertubuh pendek. Ia mengenakan kaos oblong putih biasa dan celana pendek, rambut panjangnya terurai di punggung. Bagian atas tubuhnya tampak kontras di bawah sorot lampu jalan, lekuk tubuhnya yang menggairahkan justru semakin jelas. Karena pencahayaan, wajahnya tampak gelap dari sudut pandang Andy, namun hal ini tidak mempengaruhi penilaiannya akan tingkat ancaman yang dipancarkan gadis itu.
Di saat yang sama, Andy menyadari bahwa perempuan itu memang terus menatapnya—dari awal hingga sekarang, pandangannya tak pernah lepas!
Ini kembali menimbulkan kegelisahan dalam dirinya.
Logikanya mengatakan perempuan ini tak ada hubungannya dengannya, bahkan mustahil mengancamnya—Andy yakin bisa mengalahkan dua puluh orang sekaligus! Namun intuisi berbisik bahwa di sana bersembunyi seekor harimau buas...
Tiba-tiba, pupil mata Andy menyempit.
Secara insting ia menghentikan langkahnya, dilanda kengerian yang luar biasa!
Ia melihat siluet kecil itu menopang pagar pengaman jembatan penyeberangan dengan satu tangan, lalu dengan lincah melompati pagar dan terjun ke bawah.
Apa yang terjadi di sini?
Ketinggian jembatan penyeberangan ini mencapai lima meter! Jadi apakah gadis Tiongkok ini berniat bunuh diri di sini tengah malam? Tapi mengapa dia baru melompat ketika aku mendekat?!
Andy terpaku, namun fakta berikutnya melampaui dugaanannya - matanya melebar tak percaya -
Tidak ada suara teredam tubuh menghantam tanah atau desahan plasma darah pecah. Andy yang pernah berkali-kali mendengar suara itu, kini hanya mendengar decit nyaris tak terdengar saat mendarat - seperti kucing melompat dari lemari. Siluet pendek itu benar-benar mendarat, tapi tetap berdiri tegak!
Yin Nuxia terlihat bertelanjang kaki dengan kulit putih bersinar, tangan kirinya menjepit dua sepatu olahraga hanya menggunakan jari telunjuk dan jari tengah. Alih-alih langsung memperhatikan Andy, ia malah membungkuk dengan fokus untuk menata rapi sepatunya di tanah.
Kemudian barulah ia berdiri tegak sambil mengangkat kepala.
Dua manusia ini saling berpandangan di tengah malam.
Satu sosok menunduk dengan wajah panik dan ngeri, sementara yang lain mendongak dengan ketenangan luar biasa.
Kesunyian ini segera pecah——
Bum! Perempuan pengendara sepeda kuning kecil itu terjatuh ke tanah! Namun meski sudah duduk di permukaan jalan, matanya masih terbelalak memandang ke arah ini dengan ekspresi ketakutan yang membeku!
Andy menarik napas dalam-dalam, mendengarkan suara sirene di belakang yang semakin mendekat. Akhirnya ia yakin itu bukan ilusi, berarti ia tak boleh lagi menunda. Pengalaman dari pelajaran tinju membuatnya masih mempertahankan ketenangan, mulai mengamati perempuan di hadapannya.
Perempuan itu memang sangat pendek, bahkan tak sampai setinggi dadanya. Meski tidak kurus tapi juga tidak berotot, diperkirakan berat badannya hanya sepertiga miliknya. Biasanya ia bisa dengan mudah menendang perempuan ini sejauh beberapa meter atau membunuhnya dengan satu pukulan. Tapi tadi perempuan ini langsung melompat dari jembatan penyeberangan, setiap gerakan dan tatapannya penuh cemoohan halus, bahkan bekas luka di pipi kiri dan tatapan tenangnya menimbulkan perasaan absurd bahwa perempuan ini pasti bukan lawan sembarangan!
"Permisi, Nona." Andy berbicara dengan Bahasa Mandarin terstandar sepanjang hidupnya.
"Hm?" Mata Yin Nuxia menyipit.
Pada sekejap itu, kekerasan pekat terlepas dari tubuhnya, menyebar ke sekeliling bagai berwujud padat, bahkan membuat Andy mundur selangkah secara insting, sorot matanya dipenuhi kengerian!
Jangan-jangan ini ahli dunia persilatan sejati dari legenda?
"Omong kosong! Kungfu Tiongkok cuma tipuan belaka! Para guru itu sendiri bisa kubunuh dengan sekali pukul!"
Andy menarik napas dalam, mengumpulkan keberanian sekuat tenaga. Ia meregangkan tulang dan otot di tempat, otot-otot eksplosifnya langsung menonjol saat sedikit mengencang, terlihat sangat mengerikan! Lalu ia mengambil posisi tinju, melangkah dengan langkah ringan yang tak sesuai postur tubuh raksasanya, persis seperti ahli bela diri yang telah menguasai serangan, pertahanan, dan penghindaran sempurna.
Tanpa keraguan lagi, dengan kasar ia menyerbu Yin Nuxia!
Tubuh raksasanya menghasilkan angin kencang!
Bagaikan seekor binatang buas!
……
Ketika Cheng Yun menumpang mobil polisi sampai ke lokasi, pria kulit hitam tinggi besar itu sedang berbaring di trotoar. Yin Nuxia dengan bosannya berjongkok di tepi jalan, menggunakan sebilah golok kecil memotong-motong rumput di dalam area berumput untuk bermain.
Di sebelahnya ada seorang perempuan muda berbaju kuning yang sedang mengacungkan ponsel sambil melambai-lambaikan tangan ke arah mobil polisi.
Dua mobil polisi berhenti mendadak dengan suara decit. Beberapa polisi dan Cheng Yun turun dari mobil, lalu semuanya mendekat.
Yin Nuxia berbalik lalu berdiri, masih memegang golok kecil itu. Pria kulit hitam terbaring di bawah lampu jalan. Adegan ini membuat semua polisi yang berada di lokasi terpaku.
"Dia teman saya!" teriak Cheng Yun buru-buru, "Dia tadi membantu saya mengejar tersangka bersama kalian!"
"Letakkan golok itu!" lanjutnya berteriak ke arah Yin Nuxia.
"Oh." Yin Nuxia melipat goloknya kembali, lalu menyimpannya ke dalam saku celananya.
Zhou Jiaxing dan Lao Chen saling pandang, lalu berjalan mendekati Yin Nuxia. Anggota lain melihat situasi ini dan memilih tidak mengganggu Yin Nuxia, beralih memeriksa kondisi pria kulit hitam itu.
"Temanmu ini benar-benar bisa mengejar anak buah ini!" Zhou Jiaxing memandang Yin Nuxia dengan ekspresi tak percaya, berkata pada Cheng Yun sambil melirik pria kulit hitam yang terbaring, menelan ludah. "Bahkan... berhasil menjatuhkannya!"
"Luar biasa!" Lao Chen menambahkan, "Benar-benar srikandi sejati!"
Cheng Yun mengabaikan kekaguman mereka, buru-buru mendekati Yin Nuxia dan bertanya: "Bagaimana keadaannya?"
"Apa yang dimaksud 'bagaimana'?"
"Kau tidak sampai membunuhnya kan?! Dan dari mana asal pedang ini?"
"Oh si pedang melengkung ini? Jatuh dari tubuhnya." Yin Nuxia sambil mengeluarkan kembali pedang kecil itu, membukanya dengan santai di depan umum, berkomentar: "Harus kuakui ini cukup tajam, plus bisa dilipat lagi. Seru! Aku ambil ya!"
"Aku sedang bertanya padamu!"
"Aku sudah jawab!"
"Masih ada satu kalimat lagi!"
"Tidak, cuma pingsan!" Yin Nuxia melambaikan tangan.
"Simpan goloknya baik-baik!"
"Oh." Yin Nuxia menyelipkan kembali golok itu.
Zhou Jiaxing dan Lao Chen menyalakan sebatang rokok, berdiri di sebelah sambil berkata: "Kali ini berkat kalian. Meski dia tetap takkan bisa kabur, tapi kami pasti akan jadi bahan lelucon dan harus menulis laporan pemeriksaan. Kalau mau golok ini, bilang saja bawaan pribadi! Kasus si bocah itu dasarnya sudah fix, benda ini kalau kami simpan cuma akan berkarat di gudang."
"Hm." Cheng Yun mengangguk, "Kalau begitu, terima kasih banyak."
Liang Bo yang juga di lokasi segera memeriksa pria kulit hitam yang terbaring, menemukan dia tidak mati, langsung tanpa basa-basi memberikan dua tamparan hingga membuatnya sadar.
Pria kulit hitam itu merintih dan berteriak dua kata yang jelas berarti "rumah sakit", tapi tak seorang pun menghiraukannya.
Liang Bo berteriak menyuruh orang memborgol dan melemparkannya ke dalam truk, lalu menghampiri perempuan berbaju kuning itu: "Tadi kamu yang melaporkan ke polisi?"
"Dia yang menyuruhku melapor." Perempuan itu menunjuk Yin Nuxia, mengingat kembali adegan tadi, masih merasa seperti dalam mimpi.
Liang Bo mengangguk, melanjutkan: "Bagaimanapun juga hanya dua menit, sudah larut begini kami tidak enak mengajakmu membuat laporan. Rumahmu di mana? Kami akan mengantarmu!"
"Tidak perlu, gedung itu di depan sana."
"Baiklah, kalau begitu pulanglah cepat dan istirahat!" Liang Bo mengibaskan tangan dengan datar, lalu langsung menuju Cheng Yun sebelum memandang Yin Nuxia.
"Kau yang mengejarnya?" tanyanya.
"Memang kenapa?" Yin Nuxia mengerutkan kening.
"Dan kau juga yang menumbangkannya?"
"Ada keberatan?" Secara alami Yin Nuxia tidak menyukai aparat pemerintah, ditambah sikap Liang Bo yang kurang sopan, membuat nada bicaranya menjadi tajam.
"Bagaimana cara kau menumbangkannya?"
“Kau berani mendekat, akan kudemonstrasikan!”
“Ahem!” Cheng Yun buru-buru menariknya, lalu berbisik pada Liang Bo, “Dia latihan bela diri sejak kecil.”
“Cih!” Liang Bo mengejek.
Data pria kulit hitam ini sudah ia pelajari semua. Jika tradisi kungfu bisa membuat gadis kecil membalikkan petinju hitam tinggi besar, panah pun bisa menang melawan senapan mesin berat!
“Sudah, sudah, Bereskan tim!” Ia tak banyak bicara, melirik bekas luka di wajah Yin Nuxia, pandangannya turun ke kaki telanjangnya, “Mau ikut kami untuk catatan laporan?”
“Jangan tanya aku, aku orang bodoh, tak tahu apa-apa!” Yin Nuxia langsung menengadah ke langit hitam pekat.
“Harus pergi?” tanya Cheng Yun.
“Tak dipaksakan, sudah larut.” Ia mengangkat alis, “Kami masih ada urusan lain, mungkin sibuk sampai larut malam. Personel kurang. Kalian bisa datang besok siang.”
“Baik.” Cheng Yun mengangguk.
“Kalau begitu kami akan bawa dia dulu, kalian……”
“Kami akan naik taksi!”
“Baiklah.” Liang Bo mengangguk, terhenti sebentar, “Maaf ya, kami benar-benar sibuk. Mobil juga sudah penuh.”
“Kami paham, Bapak-bapak sudah bekerja keras.”
Liang Bo melambaikan tangan tanpa banyak bicara, langsung menuju polisi. Petugas lainnya mengikuti di belakangnya.
Secara samar masih terdengar suaranya yang kesal: “Jangan kira sudah menangkap orang lalu kalian bebas! Dasar brengsek, sampai bisa kabur beberapa kilometer begini! Muka gue ikut malu! Pulang nanti semua tulis laporan pemeriksaan!”
Setelah mereka pergi, Cheng Yun baru mengeluarkan ponsel memesan Didi. Yin Nuxia berdiri di belakangnya sambil membawa sandal.
Cheng Yun menoleh: “Kenapa tidak pakai sandal?”
“Kakiku kotor, nanti dicuci dulu baru dipakai.” Bisik Yin Nuxia, “Ini sandal baru lho!”
“Bukannya ada kaus kaki?”
“Kaus kaki baru juga.”
“Banyak pertimbangan!” Cheng Yun membalikkan matanya.
“Ngomong-ngomong itu apa sih?” Yin Nuxia menunjuk sepeda kuning kecil yang tergeletak tak jauh, “Kelihatannya seru ya.”
“Itu namanya sepeda.”
“Kenapa bisa nggak jatuh? Aku lihat banyak orang naik benda beroda dua itu.”
“Nanti kalau ada waktu, aku ajari kamu.”
“Asyik!” Yin Nuxia langsung menyeringai lebar.
Tak lama kemudian mobil datang. Cheng Yun menarik tangan Yin Nuxia untuk naik.
Yin Nuxia yang pertama kali naik mobil terlihat antusias, tangannya meraba-raba interior sambil matanya melotot penuh keheranan. Sensasi di dalam ternyata berbeda dengan bayangannya.
Sejak datang ke dunia asing ini, dia cuma melihat "kotak-kotak" ini berlalu-lalang di jalan, belum pernah mencoba naik.
