5 Juli, senja. Cuaca terasa langka sejuknya.
Cheng Yun akhirnya tidak perlu jaga malam lagi, memberinya lebih banyak waktu di malam hari - dulu dia terbiasa jalan-jalan melihat pemandangan malam, berolahraga di gym, atau lari-lari.
"Kita latihan stamina dulu atau latihan kepalan tangan?" Cheng Yun bertanya pada Yin Nuxia.
"Sembarang aja." Jawab Yin Nuxia.
"Kalau gitu ayo latihan stamina dulu di luar! Kebetulan Cheng Yan si gadis itu terus-terusan minta ikut lari bareng, sekarang saatnya tunjukkan stamina asliku biar dia gak sembarangan menyebutku ayam lemah." Cheng Yun berkata tegas, "Lagipula kalau latihan bela diri sekarang, takut menarik perhatiannya. Nanti kalau latihnya malem, kan dia udah pada tidur. Setuju kan, Nuxia?"
"Oh... oh." Yin Nuxia mengangguk sambil mata berkunang-kunang.
"Kalau begitu aku akan naik memanggilnya, sekalian ganti sepatu lari dan baju lari." Cheng Yun sambil menoleh melihat kaos oblong di badan Yin Nuxia, "Kamu tidak ganti baju?"
"Ah? Tidak perlu diganti kali ya?"
"Maksudku pakaian dalam... bagian dalammu." Cheng Yun mengulurkan jari menunjuk lekuk dada Yin Nuxia yang cukup signifikan, "Aku ingat pernah membelikanmu bra olahraga. Seharusnya kamu pakai itu, kalau tidak 'aset berharga'-mu ini... pakaian dalam biasa kemungkinan tidak bisa menahan, sekali mulai berlari pasti akan bergoyang parah."
"Hmph! Apa yang kau bicarakan ini?! Kok berani..." Pipi Yin Nuxia memerah, dengan sorot mata setengah marah menatapnya, langsung melesat naik ke lantai atas.
Tak lama kemudian, ketiga orang itu berdiri di depan pintu lapangan atletik Universitas Yi——
Pukul enam di tengah musim panas masih jauh dari gelap, kira-kira waktu baru saja selesai makan malam. Para mahasiswa yang energinya meluap-luap tak habis terkuras, sama sekali tak peduli dengan konsep kesehatan bir goji. Sebagian pemuda setelah makan langsung berkeringat deras di lapangan hijau, sementara sebagian siswi bahkan tak makan malam demi lari diet. Ditambah staf pengajar yang menuntun cucu atau anjing peliharaan berjalan-jalan, serta pasangan "anjing" yang berpegangan tangan sambil menebar makanan anjing sambil jalan-jalan, lapangan atletik yang luas ini dipadati kerumunan, hampir seluruhnya manusia - kontras yang mencolok dengan kunjungan terakhir Cheng Yun dan Yin Nuxia!
Cheng Yun memegang sebotol teh susu berkalori tinggi di satu tangan dan sebotol air mineral di tangan lainnya, keduanya masih tersegel.
Cheng Yan mengangkat sebotol air mineral dan meneguknya dengan gesit, lalu melangkahi pintu gerbang lapangan atletik dengan mantap.
Yin Nuxia di belakang memeluk sekaleng Sprite sambil berlagak imut, menyesapnya perlahan dengan mulut kecil, mengikuti langkah mereka sambil membelalakkan matanya mengamati lapangan olahraga ini.
"Banyak sekali orang di sini!" ujarnya.
"Iya," Cheng Yun mengangguk, lalu menambahkan, "Kan sudah kubilang seharusnya pergi ke Taman Lahan Basah."
"Lintasan plastik tidak terlalu melukai lutut," Cheng Yan menatapnya tajam dengan nada dingin, "Masa muda tak menghargai tubuh, tua nanti lumpuh hanya bisa menangis."
"Hei, bukankah bait puisi itu tidak dibaca seperti itu?"
"Jangan banyak omong, lakukan pemanasan!" Cheng Yan diam-diam memulai peregangan, matanya tetap fokus ke depan tanpa menghiraukan sorotan mata pria dan wanita di lapangan yang tertuju padanya.
Dia mengenakan celana pendek olahraga longgar dengan sepatu lari santai, pergelangan kaki mungilnya diikat tali merah yang beberapa tahun lalu Cheng Yun dapat saat membeli sesuatu di Taobao. Kulit kedua kakinya putih menyilaukan, ramping dan tegak, bentuk kaki yang sempurna ditambah postur tinggi yang menonjol di antara wanita selatan, membuatnya mustahil tidak menarik perhatian di lapangan olahraga dengan kadar hormon berlebih ini.
Yang lebih kesal, wajahnya juga sangat cantik!
Maka saat dia melakukan pemanasan, semua pria dan wanita yang berlari di lintasan memandanginya. Ketika Cheng Yun yang bertubuh tinggi besar dan berwajah ganteng berdiri di sampingnya, jumlah pria yang menatapnya berkurang drastis, sebaliknya wanita yang melirik justru bertambah banyak!
……
Cheng Yan menyelesaikan 20 putaran lari tanpa henti, total delapan kilometer, dengan waktu tempuh kurang dari lima puluh menit. Kecepatan ini sudah tergolong sangat cepat untuk seorang wanita.
Selama berlari pun demikian, di seluruh lapangan atletik jumlah siswi yang mampu menyaingi kecepatannya tidak sampai lima orang. Entah para siswi lain sedang berlari seribu meter atau dua ribu meter, dengan kecepatan konstan ia bisa dengan santai menyusul mereka. Bahkan mayoritas pemuda pun kalah cepat, terus-menerus tertinggal di belakangnya. Hal ini tak pelak membuat siluetnya yang sudah mencolok semakin menjadi pusat perhatian.
Namun saat ia berhenti dan meletakkan kaki di pagar panjat untuk melakukan peregangan, pandangannya tetap terkunci dengan pasrah pada sosok yang masih berlari di lapangan.
Siluet itu juga terlihat sangat menonjol di matanya.
Ia masih terus berlari.
Cheng Yan benar-benar merasa tak berdaya.
Dalam lari jarak jauh, panjang kaki adalah faktor terpenting. Meski memiliki sepasang kaki jenjang, tinggi badannya hanya 1,7 meter. Mustahil menyaingi Cheng Yun yang setinggi 1,8 meter. Walau selama berlari ia berhasil menyusul banyak pria yang lebih tinggi, tapi kecepatan lari Cheng Yun benar-benar di luar nalar.
Awalnya dia masih dengan wajah terlalu serius memperingatkan Cheng Yun untuk jangan lari terlalu cepat, harus mempertahankan kecepatan konstan. Mulai lari terlalu cepat akan mudah menyebabkan kehabisan tenaga di belakang, otot tertarik atau hipoglikemia dan sebagainya. Tapi kemudian dia menyadari... inilah kecepatan konstan miliknya.
Ia telah menyalip dirinya tak terhitung banyaknya putaran. Dirinya rata-rata berlari dua putaran akan disalipnya satu putaran, tapi sekarang ia masih terus berlari.
Langit sudah mulai gelap. Entah berapa lama kemudian, lampu raksasa di satu sisi lapangan atletik tiba-tiba menyala, menerangi area tersebut dengan bayangan samar-samar. Cheng Yun masih terus berlari.
Siluet ini telah berlari lebih dari 30 putaran secara terus-menerus dengan kecepatannya tidak berkurang. Bukan hanya Cheng Yan yang memperhatikannya, bahkan banyak pria dan wanita yang juga sedang berlari mulai mengalihkan perhatian padanya, dan meragukan apakah mereka benar-benar berlari di lapangan yang sama dengannya.
Brengsek... Cheng Yun juga merasa lelah!
Tanda pada vest dapat menjamin otot dan tulangnya tidak terluka, namun tidak bisa menggantikan sistem tubuh dalam mengisi energi ke otot—ia berlari terlalu cepat. Dengan kondisi fisik saat ini, sangat dipaksakan untuk terus memberikan energi sebanyak ini ke otot kaki. Tapi dia juga tidak bisa berbuat apa-apa! Yin Nuxia tidak hanya duduk di lapangan sepak bola sambil memberi kode "terus lari", brengsek malah menyuruhnya mempercepat kecepatan!
Cheng Yan menyelesaikan peregangan, melatih kaki tanpa alat, melakukan pull-up yang bahkan banyak pria pun kesulitan—bahkan di bawah sorot mata seperti melihat dewi, dia melakukan belasan dips di palang ganda yang terutama melatih otot dada...
Saat ini, Cheng Yun akhirnya selesai berlari.
Dia melakukan dua gerakan peregangan sederhana, tanpa relaksasi berlebihan, lalu berjalan ke area palang tunggal/ganda.
Cheng Yan meliriknya, ekspresinya agak aneh, tapi berusaha tetap tenang sambil sedikit mengangkat rahang bawah: "Kembali?"
"Kalau kamu mau kembali duluan silakan." Cheng Yun berkata, "Aku mau main lebih lama lagi."
“Tidak perlu, aku juga tidak apa-apa, di sini saja menemanimu.” Cheng Yan ingin melihat seberapa monster sebenarnya dirinya, masa iya setelah sekian lama tidak latihan masih bisa mempertahankan stamina masa kejayaannya dulu?
“Baiklah.” Cheng Yun mengambil teh susu yang diletakkan di rumput, lalu menenggak separuh botol sekaligus.
Tak lama Cheng Yan menyadari kesalahannya - seharusnya dia tidak ikut lari dengan Cheng Yun, juga tidak tinggal menyaksikan latihan lanjutannya; selama ini dia sering fitness dan sangat percaya diri dengan kondisi fisiknya, sehingga akhir-akhir ini memandang Cheng Yun dengan prasangka "ayam lemah". Tapi keputusan salah hari ini tidak hanya menghancur kepercayaan dirinya sepenuhnya, tapi juga membuatnya tak bisa lagi menyematkan gelar "ayam lemah" itu pada Cheng Yun.
Rugi, rugi besar!
