Sebuah gerai minuman berantai bernama Pelabuhan Angin.
Cheng Yun memesan jus lemon, Guan Yue dan Li Huaian minum teh susu. Ditambah kuaci dan sosis panggang yang dibeli di luar, mereka menikmati cahaya keemasan matahari sore yang menyinari jalanan sambil mengobrol dan makan, membiarkan waktu berlalu dengan indah.
Li Huai'an sambil menggigit sosis panggang diam-diam mengamati dua gadis kecil yang segar berseri satu-satunya di toko ini, sambil berkata pada Cheng Yun dan yang lain: "Selama periode ini aku akan terus menetap di Jinguan, setelah itu mungkin pergi ke Yanjing, tidak tahu berapa lama harus tinggal di sana sebelum kembali."
"Ke Yanjing buat apa?" tanya Cheng Yun. "Apakah keluargamu punya perusahaan di sana?"
"Bisa dibilang begitu." Li Huai'an mengangguk. "Ada cabang yang kinerjanya sangat buruk di sana."
"Hebat! Ambil alih bisnis keluarga!" Cheng Yun menyeringai. "Kalau nanti melihatku mengemis di pinggir jalan, ingat untuk melempar uang kertas seratus yuan."
"Iri." Guan Yue juga berkomentar.
"Jangan nyinyir gue!" Li Huaian menghela napas, "Gue cuma jadi sales di sana doang, gaji emang lebih tinggi dikit daripada di Jinguan, tapi konsumsi di Ibukota... apalagi sewa rumah, kalian tau lah! Gue beneran nggak mau pergi, tapi brengsek dipaksa juga! Tante-tante dan paman-paman bergiliran mengkritik habis-habisan, bilang gue nggak punya ambisi, masa depan suram, takut jadi kuxiushi, bla bla bla, bikin pusing aja!"
"Dapet untung malah ngeluh!" komentar Guan Yue.
"Bener," Cheng Yun juga menyetujui.
Li Huaian memutar matanya, lalu menunjuk Cheng Yun sambil berkata ke Guan Yue: "Elu masih bisa nyinyirin gue? Di sebelah elu ada bos sungguhan, masa nggak nyinyir dia!"
"Aku?" Cheng Yun terkekeh, "Usaha kecil-kecilan begini aja elu masih mau ikutin! Nilai hotel ini cuma segitu, itu juga warisan ortu gue yang udah mati. Elu tuh generasi kedua orang kaya beneran."
"Sampai sekarang aku masih naik sepeda motor listrik bekas yang dibeli pas kuliah tahun kedua..."
Cheng Yun menggelengkan kepala sambil tersenyum, tidak berdebat dengannya, lalu menatap Guan Yue dan bertanya, "Setelah mengundurkan diri kali ini, di mana rencanamu mencari pekerjaan?"
"Masih di Jinguan lah, di antara kota-kota sekitar cuma perkembangan software dan industri internet Jinguan yang agak bagus." Kata Guan Yue, "Di kawasan baru sebelah sana, aku sudah cari sebelum resign. Awal bulan depan langsung kerja, sengaja menyisakan durasi blank di tengah-tengah untuk jalan-jalan satu putaran! Hasilnya brengsek，！"
"Masih di bidang profesionalmu?"
"Hm, pengembangan lapisan terdalam."
Li Huaian tiba-tiba bertanya, "Pengembangan lapisan terdalam itu ngapain sih?"
"Mengukir bug!" Cheng Yun langsung membalas dalam hitungan detik.
“Pergilah kau!” Guan Yue refleks memberikan pukulan ke Cheng Yun. Setelah memukul, ia tertegun sejenak, meremas-remas lengan Cheng Yun, lalu memukul lagi dengan sedikit lebih keras. "Hei, tubuhmu kok sepertinya lebih kokoh dibanding saat tingkat dua? Gimana bisa? Aku yang badannya kekar ini saja merasa hampir tak bisa dipulihkan setelah setahun lulus, masa tubuhmu malah lebih baik daripada masa tingkat empat atau tiga?"
"Jangan ditanya. Kalian tidak tahu seperti apa hidup yang kujalani belakangan ini." Cheng Yun menggelengkan kepala.
"Hidup seperti apa? Badan terkuras habis?" Li Huai'an bertanya dengan bingung, lalu melanjutkan, "Minumlah tablet ginjal Huiren! Kembalikan ginjalmu yang hilang!"
"Sial!" Cheng Yun tak tahu harus berkata apa.
"Apa itu?"
“Lari belasan kilometer setiap hari, beberapa hari terakhir ini sprint saja harus beberapa kilometer, masih harus melakukan ratusan pull-up, push-up tak terhitung jumlahnya! Kalian bisa seperti ini, aku jamin tubuh kalian juga akan sangat sehat!” Cheng Yun mengingat hari-hari gelap itu sampai merinding, “Benar-benar setiap hari merasa tubuh terkuras habis!”
“Bual!” Guan Yue dengan tenang melontarkan satu kata. Ratusan push-up mungkin masih bisa dipercaya, tapi ratusan pull-up sudah termasuk kategori latihan ekstrem.
“Percaya atau tidak terserah.” kata Cheng Yun, “Setelah main bola mari kita cari gerai barbekyu, minum beberapa botol bir!”
Guan Yue hendak mengangguk setuju, Li Huai'an langsung berkata: “Jangan. Sebelum datang, adikmu sudah memperingatkanku. Dilarang membawamu minum alkohol, aku harus segera mengantarmu pulang.”
Cheng Yun tertegun: “Ada urusan seperti itu?”
“Sumpah seribu kali benar！”Li Huai'an hampir-hampir bersumpah, “Kamu tidak lihat ekspresi adikmu saat itu, persis seperti aku ini teman mabuk yang mau mengajakmu main pelacuran! Ia bahkan memperingatkanku, bilang aku dilarang membawamu ke tempat-tempat kacau-balau.”
“...Nih, si nona ini pernah se-lucu itu ya？”Cheng Yun menarik sudut bibirnya, melanjutkan, “Dia bilang tidak boleh ya langsung nurut? Kok kamu bisa se-panikan ini!”
“Tentu saja aku harus patuh pada walimu!”
“……”
Setelah menghabiskan semangkuk mi sebesar tadi, ketiganya sudah sangat kenyang, sehingga minum air pun jadi sangat lambat. Ditambah lagi dengan obrolan mereka, saat mereka keluar dari toko kecil ini, langit sudah gelap gulita. Lampu-lampu jalan di dalam kampus telah menyala semua. Meski pejalan kaki di bawah lampu jalan sedikit, tapi mayoritas adalah adik-adik junior perempuan yang sedang di puncak keremajaan dengan pakaian sejuk. Deretan paha putih mulus mereka seolah memantulkan cahaya, menarik pandangan segelintir siswa pria.
Li Huai'an berdecak kagum: "Sekarang adik-adik junior perempuan semakin jago berdandan, mana seperti waktu kita baru masuk semester satu dulu, siswi di kelas sekilas dilihat, riasan pun tidak dipakai, semuanya mengira wajah tanpa riasan mereka bagai Fu Rong yang baru keluar dari air!"
Guan Yue menyambung: "Sangat setuju!"
Setelah berkata demikian, ia menambahkan: "Dan apa kau tidak perhatikan, jumlah siswi sekarang sepertinya lebih banyak daripada dulu."
"Kakak sulung!" Cheng Yun merasa pasrah, "Karena siang hari panas sekali, ya wajar saja pada malam hari mereka pada keluar jalan-jalan!"
“Lalu kenapa cowok-cowok nggak keluar?” Guan Yue menunjukkan sikap meremehkan.
“Emang nggak bisa bertukar posisi mikir ya? Mana ada cowok yang keluar malem-malem buat jalan-jalan? Main game aja pada ngeluh listrik cepat diputus!” Cheng Yun menghela nafas, “Elu udah kuliah empat tahun, tiap malem ada waktu buat nongkrong atau nggak, di hatimu nggak ada hitungan paksa ya?”
“Lagipula sekarang kan lagi liburan musim panas, yang tinggal di kampus bukan yang ikut tes pascasarjana ya pekerja musim panas. Di kampus kita, dari kelompok-kelompok ini, jumlah cewek lebih banyak daripada cowok.”
“Bener banget.” Kata Guan Yue.
"Ekstrem itu omong kosong, jangan pedulikan dia, kita lanjut pantau aja!" kata Li Huaian, "Dia saja pernah punya pacar secantik itu, di rumah kita juga ada adik perempuan dewi sekolah, prasangka alaminya memang tinggi. Sedangkan kita berdua sampai bolak-balik momen sosial media juga nggak nemu cewek cantik, cuma bisa mikirin besok dengan nonton video pendek yang di-post teman-teman di substansi. Tak Tertandingi Tak Tertandingi."
Guan Yue tertawa riang: "Kamu masih lebih baik dari aku, setidaknya di sampingmu masih banyak cewek, sekelas bisa lihat sekilas banyak yang pakai wajah tanpa makeup. Kalau aku lihat sekelas cuma ada sekumpulan pria kekar yang jorok."
Cheng Yun mendengar, mulai tidak suka: "Ini siapa lagi yang nyalahin! Pria setinggi 1,88 meter, jago main bola basket, tapi terus-terusan terobsesi dengan forum pantangan seks sama materi-materi kotor, masa selama kuliah nggak mungkin dapat pacar! Lainnya generasi kedua orang kaya, diberi mobil Lamborghini sama ayahnya, nggak dipakai ngegombal cewek, nggak dipakai nongkrong di bar, malah disewain buat mobil pengantin! Ckck..."
"Kau ngerti apa?! Sewa sehari bisa ribuan keping, cukup buat biaya hidupku berbulan-bulan!" Wajah Li Huaian menghitam, bicara ini bikin emosi, "Ayah beliin mobil tapi brengsek nggak ngasih duit bensin! Uang saku perbulan cuma seribu keping bisa ngapain? Satu semester cuma nyetir dua kali aja udah bikin sakit hati, masa buat ngegombak cewek! Lelucon!"
"Lagi pula mobil brengsek itu, sebelum beli ngiler banget pengen, susah payah minta sebagai kado ultah kedua puluh, eh malah nggak kepengen nyetir! Duduknya bikin pegel, tidak diinjak pedal gas malah diam, muter balik bisa bikin mati lelah, nyetir seratus kilometer nggak teriak pegel pinggang kuanggap kau menang!"
Guan Yue juga tertawa pendek, berkata: "Pacar mana ada yang lebih seru dari konten daring, para netizen bisa bercanda bisa menangis manja, buat apa butuh pacar!"
Cheng Yun menggelengkan kepala, sama sekali tak tahu harus berkata apa pada dua anak ini.
Tak lama kemudian, mereka tiba di lapangan basket. Cahaya lampu menerangi area tersebut dengan jelas, namun terasa agak sepi. Biasanya di sini pasti ramai dengan murid-murid yang berkeringat deras berlatih.
"Di sebelah sana ada grup sedang bermain, ayo kita ikut satu ronde." Li Huai'an mengunyah permen lolipopnya.
"Bagus!"
Ketiganya pun berjalan mendekat.
Sekitar dua jam kemudian, para pemain basket lainnya pun pergi membawa bolanya. Cheng Yun dan kedua temannya hanya bisa duduk di kursi tunggal pinggir lapangan, mengelap keringat.
"Sial!" Guan Yue mengumpat, "Sekarang tubuh benar-benar tak sekuat dulu. Dulu main full court dua jam seperti bermain saja, sekarang baru setengah lapangan sudah terengah-engah."
Li Huai'an terlalu lelah untuk bicara, tapi merasa sangat puas.
"Tapi saat menoleh melihat Cheng Yun, ia merasakan ketidakadilan yang pekat — meski anak ini juga sedang mengelap keringat dengan tisu, wajahnya tidak memerah dan napasnya tetap teratur, seolah tak melakukan apa-apa! Apalagi selama bermain, stamina lari dan lompatannya justru lebih baik daripada dulu. Meski akurasi tembakannya agak kurang, tapi tenaga fisiknya benar-benar melawan kodrat langit!"
"Sudah hampir lewat jam sepuluh, waktu berlalu begitu cepat." Cheng Yun mengeluarkan ponsel dan melihatnya, "Cheng Yan biasanya tidur lebih awal, aku harus segera pulang."
"Malam memang sudah pendek dari sananya." kata Guan Yue.
"Lalu kalian ngapain aja siang tadi?" tanya Cheng Yun.
"Mau ngapain lagi!" Li Huai'an menyambung ucapan, "Mantan pacarmu sudah bilang semalam, katanya sore ini dia mau berangkat. Jadi kami dilarang mengajakmu keluar, biar kamu bisa mengantarnya ke bandara dan merasakan suasana perpisahan!"
"Iya." Guan Yue mengangguk, "Kami bisa apa? Terpaksa janjian malem lagi sama lo!"
"......" Cheng Yun semakin tak tahu harus berkata, "Ayo, kita pulang!"
Saat Cheng Yun membawa karton besar kembali ke hotel, Cheng Yan sedang duduk di resepsionis membaca buku. Yin Nuxia yang patuh meringkuk di kursi di sampingnya, earphone menempel di telinga, matanya tak berkedip menatap layar komputer.
"Aku kembali!" kata Cheng Yun.
"Plak!" Yin Nuxia langsung menekan tombol jeda. Matanya masih tertancap di layar komputer, tapi telinganya sudah berdiri tegak menyimak.
Cheng Yan mengangkat kepala memandang Cheng Yun: "Kaki babi dan guokui-ku mana?"
"Di sini." Cheng Yun meletakkan kantung di tangan ke meja kopi, "Bibi penjual guokui sudah pulang. Hanya ada kaki babi. Kubawa empat porsi, ambil sendiri."
Mendengar ini seperti mendengar dekrit kerajaan, Yin Nuxia langsung menarik pandangan dari layar. Ia bangkit mendekati meja, mengeluarkan mangkuk pertama yang disodorkan ke Cheng Yan, baru kemudian menyeringai: "Terima kasih Kepala Stasiun."
“Masih ada dua porsi, pergilah berikan satu porsi ke Yu Dian dan Guru Fa.” Cheng Yun berkata, “Tidak boleh serakah.”
“Siap!” Yin Nuxia buru-buru mengambil dua mangkuk, lalu melesat secepat kilat menuju lantai atas.
Dalam sekejap mata, dia sudah turun, mengangkat mangkuk terakhir yang tersisa, menarik napas dalam-dalam, lalu berkata: “Wangi sekali!”
