Hari itu, sore hari.
Sudah pukul tujuh tapi langit belum menunjukkan tanda-tanda gelap. Pejalan kaki memadati jalanan, aroma harum makanan dari kedai jajanan dan pedagang kaki lima memenuhi udara.
Cheng Yun mengayuh sepeda Mobike menyusuri jalur sepeda di tepi jalan raya, perlahan melintas di bawah naungan pohon beringin yang rimbun. Di belakangnya, Yin Nuxia mengikuti dengan sepeda kuning kecil.
Angin sore menerpa daun-daun di permukaan tanah, menggoyangkan cabang-cabang pohon beringin hingga gemerisik.
"Lumayan sejuk hari ini!" kata Cheng Yun.
"Tidak benar, tadi siang juga sempat panas sebentar." Yin Nuxia sedikit mempercepat kecepatan kayuhnya, menyusul sejajar dengannya sambil menoleh, "Hukum lalu lintas yang kau maksud cuma menyusuri pinggiran jalan ini ya? Tidak boleh ke pusat jalan ya, sana itu wilayah mobil-mobil besar."
"Benar, tapi tidak hanya itu." Cheng Yun mengurangi kecepatannya, "Kau kendarai lebih lambat, akan kujelaskan perlahan."
"Oh."
Yin Nuxia tidak lagi mengayuh, membiarkan sepedanya meluncur.
"Pertama-tama, saat bersepeda kamu harus tetap di jalur sepeda di kedua sisi jalan. Seperti yang kamu lihat tadi, di persimpangan yang baru kita lewati ada gambar sepeda di permukaan jalan—itu menandakan jalur sepeda. Jalur ini sengaja dipisahkan, bahkan di beberapa lokasi menggunakan warna khusus untuk penanda. Tapi jika melewati jalan kecil dan tidak menemukan jalur terpisah, kamu tetap harus bersepeda di pinggir jalan. Intinya bagian tengah jalan adalah untuk kendaraan besar yang melaju cepat—kalau kamu ke tengah, mereka bisa menabrakmu!"
"Benarkah?" Yin Nuxia menoleh melihat Jeep yang mengaum melintas di sebelah. Menurutnya kecepatannya biasa saja!
"Liat jalan!!" Cheng Yun mengingatkan.
"Oh iya." Yin Nuxia buru-buru menarik kembali pandangannya.
“Bersamaan itu kamu juga harus berjalan di sisi kanan jalan. Lihat kita sekarang berjalan di kanan, sementara orang di seberang jalan kebanyakan bergerak berlawanan arah dengan kita! Kalau kamu berbalik arah sekarang, itu artinya mengarah ke kiri, disebut Melawan Arus, bakal bikin orang lain repot.” Cheng Yun menjelaskan, “Kalau mau ke seberang jalan, kamu harus menyusuri kanan dulu sampai ada tempat penyeberangan, baru menyeberang, lalu muter dikit buat balik.”
“Repot sekali muter-muter jalannya.” Yin Nuxia mengernyitkan alis.
“Tapi kalau lagi rame, jamin semua orang satu arah lebih hemat waktu, sekaligus bisa hindarin kecelakaan lalu lintas.” Cheng Yun bertanya lagi, “Lalu cara menyeberang yang benar gimana?”
“Lewat jembatan penyeberangan, terowongan bawah tanah, sama zebra cross.” Yin Nuxia cepat menjawab, sambil terus mempertanyakan, “Logikanya aku paham, tapi kenapa harus di kanan jalan sih?”
“……Segala hal pasti punya aturannya! Kalau bersandar di kiri, kamu malah nanya kenapa harus kiri!” Cheng Yun membalikkan mata, “Beberapa aturan tidak terletak pada kebenarannya, tapi pada koordinasinya. Membuat semua orang tetap konsisten, itu sudah cukup!”
“Oh! Paham!” Yin Nuxia langsung mengangguk, lalu merenung sejenak, baru melanjutkan dengan serius, “Mendengar wejangan Tuan... Mendengar Tuan... Sungguh masuk akal ya!”
“……” Cheng Yun menggelengkan kepala pasrah, baru melanjutkan, “Selain itu, di jalan tidak boleh mengayuh terlalu cepat, harus mengalah pada pejalan kaki.”
“Oh, ingat.”
“Tidak boleh melaju tanpa henti. Setelah pakai sepeda kuning kecil harus parkir di pinggir trotoar, tapi jangan sampai menghalangi jalan.”
“Masih ada lagi?”
“Masih...”
Demikianlah, Cheng Yun mengajaknya bersepeda menyusuri tepi sungai selama sekitar satu jam sambil merasakan hembusan angin malam, sekaligus menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan saat bersepeda di jalan. Ia juga membiarkannya bersepeda sendiri di depan, dan selain kebiasaannya menengok diam-diam untuk melihat ekspresi Cheng Yun guna memastikan apakah ia melakukan kesalahan, performanya secara umum cukup baik.
"Baik, langkah berikutnya adalah menghafal rute. Asalkan kau sudah familiar dengan lingkungan sekitar dan beradaptasi dengan dunia kita, aku bisa memberimu izin mengendarai sepeda."
"Oh..." Yin Nuxia melirik jalan-jalan yang menjalar ke segala penjuru dan deretan toko yang serupa, merasa akan langsung tersesat begitu melewati persimpangan. Maka, sang pendekar yang dulu yakin takkan pernah tersesat ini mulai merasa ragu.
Pukul delapan malam, mereka kembali ke hotel saat langit telah gelap.
Yu Dian gadis kecil duduk di resepsionis diam-diam menonton film, dia memakai earphone. Cheng Yan duduk di sebelahnya, memegang buku jilid benang yang punya kemiripan aura dengan manual rahasia ilmu bela diri sambil mengerutkan kening membaca.
Cheng Yun mendekat dan melirik. Film yang ditonton Yu Dian adalah film cinta remaja penipu uang yang disutradarai bintang terkenal dua tahun lalu. Saat itu Cheng Yun masih muda dan naif, bahkan sempat menyumbang box office.
Sedangkan buku yang dibaca Cheng Yan hampir seluruhnya berisi bahasa klasik yang rumit. Di bawahnya hanya ada beberapa anotasi sporadis tanpa terjemahan, terlihat dia juga agak kesulitan membacanya.
"Nonton apa?" tanya Cheng Yun.
Cheng Yan mengangkat kepala meliriknya sebentar, menutup buku dan memperlihatkan sampulnya, baru kemudian membuka kembali dan melanjutkan bacaannya.
"《Youyang Zazu》?" Cheng Yun tertegun, "Kau bahkan tertarik dengan buku jenis ini? Katanya siang tadi kau sedang baca Dream of Red Chamber?"
"Membaca Dream of the Red Chamber bikin capek otak, juga agak membosankan. Kalau sudah jenuh, aku baca kisah-kisah supranatural ini untuk menyegarkan pikiran." Cheng Yan menjawab tanpa mengangkat kepala, seolah sudah tahu pertanyaan yang akan dilontarkan, lalu melanjutkan, "Beberapa hari lalu Kun Da Ye menyebutkan cerita pendek dari Youyang Zazu, kebetulan lewat perpustakaan jadi sekalian kupinjam."
"Kun Da Ye..." Cheng Yun menarik sudut bibir, bertanya lagi, "Tapi nggak capek beli versi aslinya? Lebih enak beli yang versi bahasa vernakular!"
"Hm?" Cheng Yan mengangkat kepala, menatapnya curiga, "Ada versi bahasa vernakular? Nggak ketemu."
"Ada serial buku berjudul 'Night of Tang Dynasty', jilid pertama isinya hampir seluruhnya terjemahan Youyang Zazu."
"Oh." Cheng Yan mengangguk, cepat-cepat menyelesaikan cerita itu, lalu menutup buku dan meletakkannya di meja, "Lagipula mau keluar belanja, aku cari sekalian!"
"Perpustakaan sudah tutup kan."
“……”
“Hari pertama sekolah sudah dekat, nanti kamu bisa pinjam di perpustakaan kampus, gratis.” Cheng Yun menuangkan air ke gelas sambil berkata, “Kalau sudah selesai baca, cepatlah berangkat. Nanti malah mall-nya tutup.”
“Masa masih pagi!” Cheng Yan melangkah keluar dari balik etalase, kembali menunduk melihat sandal di kakinya, “Apa aku perlu ganti sepatu?”
“Cuma jalan-jalan sebentar, ngapain ribet! Pakai sandal kan nyaman!” Cheng Yun membalas.
“……” Cheng Yan mengerutkan kening, tapi akhirnya menurut, “Baiklah.”
Cheng Yun menatap Yin Dan: “Kita mau ke mall beli perlengkapan kuliahnya, kamu mau ikut tidak?”
Cheng Yan berwajah dingin: “Dia cuma mau Kak Yin Dan jadi kuli angkat barang.”
“……” Cheng Yun memandangnya dengan pasrah, “Mana ada! Justru aku yang jadi kulinya selama ini!”
Yin Dan sama sekali tak ambil pusing, matanya berbinar: “Naik sepeda kuning kecil ya?”
“Hm.” Cheng Yan juga suka mengayuh sepeda.
“Bagus! Aku belum pernah jalan-jatan di mall!” Yin Nuxia yang baru bisa bersepeda sedang berada di masa paling seru dengan aktivitas ini. Padahal baru satu jam mengayuh malam ini, sama sekali belum puas!
Cheng Yun menatap Yu Dian: “Ada sesuatu yang ingin kamu beli, perlu kubawakan?”
“Tidak ada.” Yu Dian menggelengkan kepala.
“Kalau camilan? Ada makanan ringan favorit? Bisa kubelikan sedikit untuk stok, dimakan saat jaga shift membosankan.” Cheng Yun tersenyum, melanjutkan, “Bos jarang bagi tunjangan karyawan lho!”
“Tidak perlu juga.” Gadis kecil Yu Dian buru-buru melambaikan tangan. Ekspresinya malu-malu sekaligus tak berani berutang budi, “Aku... aku tidak suka camilan.”
“Kalau begitu, aku akan sembrono membeli sedikit.” Cheng Yun langsung berjalan keluar.
Ia merasa sangat bosan saat menjaga shift, dan suka mengemil atau makan buah-buahan saat menonton drama. Lagipula harganya murah. Tapi jika harus membeli camilan lalu menyantapnya sendirian, hal seperti ini sekali-kali tidak akan dilakukannya. Jadi lebih baik bermurah hati, membeli banyak untuk dinikmati bersama-sama. Lagipula takkan menghabiskan banyak uang!
Cheng Yan mengenakan sandal jepit mengikuti di belakangnya.
Dulu dia pasti akan bertanya mengapa Cheng Yun begitu baik pada resepsionis, apakah ada niat tersembunyi. Tapi setelah dua bulan lebih bersama Yu Dian, dia tahu kakak yang lemah karakter ini benar-benar menjalankan tugas dengan baik, bekerja tanpa mengeluh. Seringkali malah membantu menjaga front desk di luar jam jaga. Perlahan Cheng Yan pun merasa wajar jika Cheng Yun harus lebih memperhatikan gadis ini.
Wanda Plaza——
Ketiga orang memarkir sepeda di tepi jalan. Yin Nuxia mengunci sepedanya lalu berdiri menunggu di samping. Baru setelah mendengar bunyi 'did' kuncian, dia baru pergi dengan tenang.
Kemudian, ia mengangkat kepala dan mengamati bangunan ini.
"Terasa sangat besar ya!" Yin Nuxia membuka mulutnya sedikit, pandangan tertancap pada angka ② yang bercahaya di pintu Nomor Dua.
"Ayo pergi, supermarket ramai. Ingat untuk selalu mengikuti di samping kami." Cheng Yun menepuk bahu Yin Nuxia, "Kalau... maksudku kalau, bagaimana jika tidak bisa menemukan kami, tanyakan arah keluar ke orang lain lalu tunggu di sana. Aku akan datang menjemputmu."
"Oh." Yin Nuxia tiba-tiba merasa gelisah - Memalukan sekali kalau sampai tersesat!
Dirinya ini kan pendekar yang mengembara seorang diri di dunia persilatan, bahkan pernah menempuh perjalanan 1.000 li sendirian tanpa tersesat... beberapa kali. Apalagi sebelumnya sudah berjanji pada kepala stasiun, entah masih diingat atau tidak...
Bagaimana kalau tersesat... Jangan-jangan ia akan menjadikan ini bahan olok-olok?
Dengan hati berdebar, Yin Nuxia mengikuti dari belakang sambil bertekad bulat tidak akan menjauh lebih dari 5 meter dari kepala stasiun!
Masuk ke pusat perbelanjaan, belok di sudut, tiga tangga yang sedang bergerak ajaib langsung menyergap pandangannya. Banyak orang berdiam diri di atasnya, namun ikut naik-turun otomatis mengikuti gerakan tangga. Adegan ini membuat matanya melotot tak percaya.
"Hati-hati, jangan sampai kakimu menginjak celahnya! Pastikan menginjak anak tangga yang utuh!" Cheng Yun menoleh dan berbisik padanya, lalu mendemonstrasikan cara berdiri di tangga berjalan, "Nah, seperti ini."
Yin Nuxia mengamati dengan seksama pola gerakan tangga berjalan, dan segera memahami maksud Cheng Yun. Ia pun melangkah naik.
Tubuhnya perlahan turun mengikuti gerakan tangga, sementara sorot matanya semakin berbinar-binar.
Saat Cheng Yun mengingatkannya untuk melangkah turun, ia masih menoleh tajam dengan rasa enggan -
Ingin sekali naik sekali lagi...
