Pukul delapan malam, langit telah gelap sepenuhnya.
Jenderal Li mengenakan baju yang dibelikan Cheng Yun, berdiri di depan cermin sambil mengamati siluet dirinya yang terlihat agak asing.
Dibandingkan saat pertama kali datang, seluruh tubuhnya telah dicuci bersih. Baju kain berlumuran darah telah dibuang Cheng Yun, diganti dengan kaos oblong cokelat dan celana pantai baru. Di cermin kini terlihat jelas sosok pria berusia sekitar tiga puluh tahun dengan keteguhan hati. Hanya saja posturnya yang terlalu tinggi membuatnya harus membungkuk saat bercermin.
Kaos oblong seperti ini pernah Cheng Yun lihat dipakai orang, tapi di tubuh wanita paruh baya dengan tinggi hanya 1,56 meter namun berat 200 jin. Saat mereka mengenakan kaos ini, ujungnya akan terseret sampai ke lutut, membuat seluruh tubuh mereka mirip bola. Dan memang sulit bagi mereka untuk menemukan baju yang lebih cocok. Tapi kaos ini seolah dibuat khusus untuk Jenderal Li, tidak kebesaran sama sekali, otot-otot kekarnya mampu menopang kain dengan sempurna. Kesempurnaan ini membuat Cheng Yun agak terkejut.
Di cermin terpantul sosok berambut pendek rapi, tatapan matanya luar biasa tajam, penampilannya sederhana namun rapi, garis wajahnya berbentuk tegas. Jika tidak setinggi ini, mungkin dia bisa disebut paman yang cukup tampan.
"Hm, masih kurang greget untuk disebut paman."
Jenderal Li mengulurkan tangan, jari telunjuk dan ibu jarinya tak sadar mengusap-usap ujung kaos, merasakan kenyamanan kain katun yang lembut. Matanya menatap tajam bayangannya sendiri di cermin.
Lama kemudian, barulah ia menghela napas: "Ternyata memang hidup yang sama sekali berbeda dari sebelumnya."
Jenderal Li melangkah keluar dari kamar mandi, berkata pada Cheng Yun dan Yin Nuxia yang duduk di ruang tamu kecil: "Sangat cocok."
"Cocok saja sudah bagus." Cheng Yun tersenyum, "Sekarang kami akan membawamu ke kamarmu."
"Menyusahkan."
"Tidak usah sungkan, ke sini." Cheng Yun langsung berdiri dan berjalan keluar sambil memimpin.
Kamar ranjang juga letaknya tidak jauh dari kamarnya, hanya beberapa langkah kaki. Pintu kamar juga tidak terkunci, Cheng Yun langsung mengulurkan tangan mendorong pintu: "Ini kamarnya, silakan pilih tempat tidur yang diinginkan, mulai sekarang bisa tinggal di sini terus."
Jenderal Li melangkah masuk ke kamar, mengamati lingkungan di dalam ruangan. Ruang ranjang tentu tidak seluas suite tempat Cheng Yun tinggal, juga tidak memiliki fasilitas semewah itu. Tapi ia memiliki pesona kompaknya sendiri. Setidaknya dari gaya dekorasi dan berbagai hiasan buatan, terlihat jelas ini sama sekali bukan kamar murahan yang hanya mengejar harga rendah. Bahkan sebaliknya, selain ruangannya yang lebih kecil dan jumlah ranjang yang lebih banyak, sepertinya justru memiliki tingkat kecantikan lebih tinggi daripada suite.
Jenderal Li segera menarik kembali pandangannya, berkata: "Terima kasih kepala stasiun. Li Jing pasti akan bekerja keras, berusaha melunasi semua utang pada kepala stasiun secepat mungkin."
Sambil berkata demikian, ia menarik-narik bajunya: "Termasuk baju ini dan setiap kali makan nasi kepala stasiun."
Cheng Yun tersenyum, melambaikan tangan: "Kamu tidak perlu menghitung begitu detail!"
Saat itu, Yin Nuxia melihat cuaca di luar, mengerutkan alisnya: "Kepala stasiun, sekarang saatnya kau menghaluskan tubuh!"
“Err…” Cheng Yun tertegun sejenak, tersenyum canggung, “Bagaimana kalau hari ini kita lewati saja, Jenderal Li sudah datang. Aku harus menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan padanya!”
Yin Nuxia mengerutkan kening dengan serius: “Tapi kamu sering sibuk! Selalu ada alasan ini itu. Sudah berkali-kali kamu tidak mengasah tubuh maupun berlatih teknik!”
“B-benarkah…”
“Ya!”
“Lalu bagaimana dengan Jenderal Li?”
“Cukup lempar dia di sini saja!”
Jenderal Li yang ketakutan melihat kesulitan Cheng Yun, ikut mengangguk: “Tidak apa-apa, Tuan Kepala Stasiun. Silakan urus urusanmu. Aku bisa sendiri di sini.”
“Ini tidak baik!” Jelas Cheng Yun tak mungkin mengizinkan situasi ini, “Aku masih harus mengajarinya cara menggunakan fasilitas di kamar! Lebih baik begini: Aku yang keluar untuk latihan fisik. Kamu tetap di sini mengawasinya agar tidak membuat masalah, sekalian beri dia pemahaman dasar tentang kehidupan di dunia ini.”
“Ini…” Yin Nuxia tampak serba salah, sejak awal dia memang sangat membenci pasukan pemerintah seperti ini.
“Kalau begitu aku akan pergi latihan nanti malam saja.”
“Tidak apa-apa! Biar aku saja yang urus!” Yin Nuxia yang telah lama menerima perawatan Cheng Yun merasa tidak enak hati jika menolak urusan kecil seperti ini.
“Baiklah, aku akan ganti baju dulu.”
“Cepat pergi!” Yin Nuxia melambaikan tangan, lalu mengerutkan kening menatap postur tubuh besar di hadapannya—jika mereka berdiri berdekatan, dia harus mengangkat kepala tinggi-tinggi untuk melihat wajah Jenderal Li, hal ini membuatnya yang selama ini merasa sudah cukup tinggi agak terpukul.
Setelah Cheng Yun pergi latihan, Yin Nuxia mulai menjelaskan dengan rinci cara menggunakan fasilitas dalam kamar kepada Jenderal Li. Yang perlu dijelaskan sebenarnya tidak banyak, terutama AC, lampu, dan kamar mandi, hanya dua tiga penjelasan saja semuanya sudah selesai.
"Ngomong-ngomong, sesuai permintaan Kepala Stasiun, kamu tidak boleh meninggalkan hotel ini." Yin Nuxia berkata, "Tapi menyuruhmu terus-terusan di kamar juga tidak baik. Kalau kamu betah di situ sih lebih bagus, tapi kalau merasa sumpek, naik saja ke atap gedung. Atapnya luas, dari sana bisa melihat sebagian kondisi kota ini. Waktu baru datang, aku juga sering ke atap buat cari udara segar."
"Kebetulan sekali, aku memang ingin melihat seperti apa wujud dunia ini." Jenderal Li menundukkan kepala sedikit ke arah Yin Nuxia, "Mohon Srikandi memberitahu cara menuju atap gedung."
"Ikuti koridor sampai ujung... Ah, lebih baik aku antar saja!" Nuxia ragu sejenak, akhirnya memutuskan untuk mengawasi si postur besar ini langsung. Bagaimana jika dia melompat dari atap dan kabur? Nanti Kepala Stasiun minta ganti rugi padanya!
"Terima kasih, Srikandi."
Tak lama kemudian, keduanya sudah berada di atap gedung.
Baru saja melangkah keluar pintu koridor, Jenderal Li langsung memicingkan matanya. Entah karena luasnya atap gedung atau pemandangan malam kota, membuatnya langsung menarik napas dalam-dalam!
Yang terpantul di pupil matanya adalah panorama malam yang terang benderang. Gedung-gedung pencakar langit megah menjulang, sebagian berpermukaan kaca memantulkan kilau jalanan kota, sebagian lain dipenuhi kotak-kotak kecil berhiaskan lampu. Papan neon raksasa di kejauhan seolah ada di depan mata. Di permukaan bumi, jalan-jalan berpendar bagai pita cahaya diterangi lampu jalan, sedikit pejalan kaki menyusuri trotoar dengan santai, lalu lintas kendaraan yang sibuk tak henti mengalir!
"Hush!"
Jenderal Li langsung terpana takjub!
“Terakhir kali ia terpana oleh kota, adalah saat Mingchuan belum jatuh. Saat itu ia pergi ke ibukota kabupaten untuk menerima gelar, dan dari sebuah bukit kecil melihat ibukota yang terencana rapi dengan dinding putih genteng hijau berbentuk persegi yang tak henti-hentinya. Saat itu ia merasa kemegahan dunia ini tak ada bandingannya…”
“Tapi dibandingkan kota metropolitan ini, itu semua tak ada artinya!”
Samar-samar, pandangannya seperti terhipnotis. Ingatan akan kota-kota masa lalu yang hancur oleh perang, “benteng militer” yang terdiri dari rumah-rumah kecil berantakan yang tersebar, seolah bertumpuk dengan gedung pencakar langit tak berujung di hadapannya.
“Tapi yang satu sunyi sepi, yang lain megah bagaikan mimpi…”
Beberapa saat kemudian, barulah ia menarik kembali pandangan. Ia melirik Yin Nuxia di sebelahnya, seolah takut mengganggu sesuatu.
“Ini… kerajaan damai, ya?”
“Bagaimana kau tahu?”
“Kelihatan.” Jenderal Li perlahan menengadah ke langit malam yang disinari cahaya jingga. “Karena kita sudah mendambakannya lama sekali.”
“……”
Yin Nuxia seolah juga sangat tersentuh akan hal ini. Setelah diam sejenak, barulah memberikan jawaban tegas: "Iya, ini adalah kerajaan damai. Aku sudah tanya ke Kepala Stasiun, negara ini sudah belasan tahun tidak mengalami perang. Rakyatnya makmur dan bahagia, hidup tenang dan sejahtera. Lagipula hukum mengikat perilaku setiap orang. Sejak aku datang ke sini, cuma pernah lihat satu kasus pembunuhan saja yang dianggap kejahatan besar. Selain itu, bahkan satu kali pencurian atau perampokan pun tak pernah kujumpai."
Jenderal Li mendengar itu pun terhisap masuk ke dalam diam yang berlama-lama.
Yin Nuxia tiba-tiba bertanya lagi: "Kalau kalian begitu ingin perdamaian, mengapa harus terus-menerus berperang?"
"Tepat untuk perdamaian yang kita dambakan." Jenderal Li membuka mulut dengan nada datar, berjalan ke tepi pagar pengaman sambil memandang kejauhan. Dari sudut pandangnya, terlihat jelas sepasang kekasih saling menggenggam erat sepuluh jari, mengayunkan tangan sambil berjalan dari ujung jalanan ke arah sini. Pasangan itu sepertinya sama dengan yang pernah ia temui di koridor sebelumnya.
Tentu saja ia tidak menyimpan perasaan tidak enak pada gadis itu, hanya merasa iri. Bukan iri pada kemesraan dan kebebasan pasangan kekasih ini, melainkan iri pada perdamaian dan stabilitas yang tersirat di baliknya.
Di era kacau tempat mereka berasal, jangankan bercinta seolah tak ada orang lain seperti ini, seekor burung kecil yang turun minum air pun terlihat panik.
