Pada Era Jia Yu dari Dinasti Mingchuan, kegagalan diplomasi dengan Zhou De membuat marah Kaisar Zhou De. Di era ketika kekuasaan kerajaan memimpin masyarakat, hal ini secara langsung menyebabkan retaknya kembali hubungan kedua pihak.
Catatan sejarah menyebutkan, saat itu kedua pihak saling menempatkan pasukan ratusan ribu di perbatasan, hingga perang meletus pada tahun ke-11 Era Jia Yu.
Tidak diketahui sudah berapa kali perang terjadi antara kedua belah pihak.
Pertempuran ini berlanjut melalui dua generasi kaisar, hingga puluhan tahun kemudian ketika Kaisar Youren naik takhta Dinasti Mingchuan. Di bidang politik, ia giat melakukan reformasi, di militer merekrut jenderal-jenderal kompeten, sekaligus mendukung penuh kelompok shaman. Akhirnya Dinasti Mingchuan perlahan meraih keunggulan dalam perang. Namun Kaisar Youren tidak ingin perang berlanjut, sehingga di akhir masa perang, skala pertempuran menyusut drastis dan pembagian kepentingan mulai dibahas di meja perundingan.
Tahun ketujuh Era Youren, Marquis Zhenbei Mingchuan ketahuan berkolusi diam-diam dengan Khanate Zhou De. Terpaksa, seluruh keluarganya melarikan diri melintasi perbatasan ke Zhou De.
Di pihak Zhou De, untuk menjemput Zhenbei Hou, mereka memerintahkan pasukan di Gerbang Selatan Langit untuk mendorong ke perbatasan Mingchuan sambil memberikan tekanan. Di sisi lain, mereka mengirimkan Pasukan Kavaleri Elang menyusup diam-diam ke wilayah Mingchuan untuk menjemput Zhenbei Hou.
Semua ini hanyalah kamuflase. Faktanya, pihak Zhou De telah lama mengaktifkan jaringan bawah tanah untuk menyelidiki penyebaran pasukan Mingchuan di perbatasan dan arah pengepungan terhadap Zhenbei Hou. Mereka mengirim pesan rahasia agar Zhenbei Hou menyelundup keluar melalui Gurun Bulan Sabit di Gerbang Yueya di barat, menunjukkan perencanaan matang.
Saat itu, Dinasti Mingchuan hanya memiliki seribu pasukan di Gerbang Yueya. Namun ada seorang jenderal muda yang mulai mencuat namanya di perbatasan——
Li Jing!
Pihak Zhou De juga mengerahkan seorang jenderal berpengalaman dengan belasan pengawal pribadi untuk diam-diam melintasi perbatasan menjemput Zhenbei Hou. Jenderal ini cukup terkenal, pernah memimpin puluhan ribu kavaleri menghantam formasi pasukan Mingchuan dan kembali dengan kemenangan gemilang, membuktikan keberaniannya.
Gunung Elang Berkicau——
Ini adalah salah satu oasis langka di gurun, tempat para pedagang singgah untuk beristirahat dan mengisi persediaan.
Zou Ci mengendarai makhluka unta-kuda berukuran raksasa, tubuhnya terbungkus jubah kuning. Telinga dan hidungnya dibalut kasa, matanya refleks menyipit menghindari badai pasir. Di sampingnya mengikuti belasan penunggang dengan kostum serupa, meninggalkan jejak kaki raksasa di gurun yang sekejap mata lenyap diterbangkan angin.
Berjalan melawan angin sakti, sungguh merupakan kesulitan yang tak terperi.
Regu seperti ini sangat mencolok di gurun pasir, sebab kelompok ini: pertama tidak membawa barang, kedua tidak mengenakan mantel bulu, ketiga tidak menunjukkan identitas. Jelas mereka bukan pedagang biasa, bukan penduduk gurun, bahkan bukan pula pasukan patroli.
Di balik jubah longgar kuning mereka, sesekali terlihat kilau zirah berkualitas tinggi. Senjata yang dibawa unta-kuda terlihat sangat tidak wajar, aura kegarangan yang tak tersembunyikan. Jika ada pedagang yang berpapasan, pasti akan segera memilih menghindar jauh-jauh.
"Jenderal, di depan sudah Gunung Elang!"
"Hm, jika tak ada halangan, keluarga Zhongzang pasti sudah tiba lebih dulu. Kita hindari saja," kata Zou Ci.
"Tapi persediaan air dan 'makanan' kita sudah menipis. Kita juga tidak tahu apakah Zhenbeihou membawa logistik yang cukup. Jika tidak, perjalanan pulang kita pasti menyiksa!"
"Kalau begitu kerahkan satu orang untuk mengisi ulang di oasis, sisanya ikut saya ke bagian timur Gunung Elang untuk menjemput Zhongzang!" Zou Ci mengerutkan alis. Postur tubuhnya yang tinggi besar dengan suara bergema menciptakan aura wibawa alami, "Meski intel menunjukkan tidak ada aktivitas mencurigakan di Gerbang Bulan Sabit, ini tetap wilayah Mingchuan. Perhatikan untuk tidak membuat onar! Biarlah mereka 'menyembelih' kita sedikit, urusan resmi yang utama!"
"Siap!" Kapten Pengawal Pribadi di sampingnya mengendarai kuda ke belakang, mencari seorang pemuda lincah dan memberikan semua instruksi detail.
Tak lama, pengawal tersebut membawa dua ekor kuda tambahan. Dengan cambukan yang bergemuruh, ia menjauh dari rombongan.
Saat tiba di sebelah timur Gunung Eagle's Cry, hari sudah sore. Angin jauh lebih kencang dibanding pagi, badai pasir mengganggu. Di puncaknya, mereka bahkan hampir tidak bisa melihat apapun, terpaksa menutupi mata dengan tangan. Di gurun yang nyaris identik tanpa penanda, mereka tidak tahu persis di mana Zhenbei Hou menunggu di area timur Gunung Eagle's Cry. Hanya mengandalkan posisi matahari untuk memperkirakan arah, lalu mencari perlahan.
Tak lama kemudian, kapten pengawal pribadi menutup mulut dengan tangan sambil berkata pada Zou Ci: "Jenderal, di depan sepertinya ada orang!"
Zou Ci berusaha memahami ucapannya di tengah deru badai. Ia mengangguk lalu menatap ke depan, dan benar melihat beberapa bayangan berdiri diam dalam badai pasir.
Alisnya seketika berkerut: "Ada aura mistis di sini!"
Kapten pengawal juga menambahkan: "Mereka tidak menunggang kuda atau membawa gerbong. Tidak seperti rombongan Zhenbei Hou."
"Cuma sekitar sepuluh orang, maju periksa!" Zou Ci memacu kudanya lebih cepat, penuh keyakinan akan kemampuan tempur pasukannya, "Pasukan Bulan Sabit mustahil dikerahkan. Jika ada yang menghalangi, habisi saja sekalian!"
"Siap!"
Namun saat mendekati rombongan itu, perlahan mereka bisa melihat jelas kesepuluh orang tersebut. Pupil mata mereka serentak menyempit.
Terlihat sosok setinggi 1,85 meter dengan postur proporsional berdiri tegak di pasir, mengenakan zirah baja ringan. Wajahnya yang bertekstur tajam mengingatkan pada Jenderal Li, namun dengan kesan lebih muda dan kurang berotot.
Tanpa kain penutup wajah, ia membiarkan badai pasir menerjang tubuhnya. Matanya tak berkedip sedikitpun.
Desau angin gurun menderu di sekeliling.
Akhirnya pengawal pribadi Zou Ci tak tahan berteriak: "Gerbang Bulan Sabit, Jing—Li!"
"Suara Jenderal Li berat: 'Benar!'"
Kapten pengawal pribadi tak lagi bicara, diam-diam mencabut pedang di kantong pinggangnya sembari mengambil perisai bundar di samping kuda besar. Matanya yang muram menatap tajam ke arah Jenderal Li... Seiring gerakannya, seluruh anggota pasukan seketika bersiap tempur!
Di saat bersamaan, para pengikut di belakang Jenderal Li juga telah mengeluarkan golok perang yang siap di tangan. Meski diam membisu, mereka jelas telah mempersiapkan pertempuran habis-habisan!
Sementara Jenderal Li tetap dengan raut wajak tenang, berdiri tegak sambil sedikit mengangkat kepala memandang pemimpin grup di hadapannya.
"Jenderal Kavaleri Serigala, Zou Ci?"
"Benar!" Zou Ci menyambar-nyambar kain penutup wajak, menaikkan dagu dengan angkuh menatap postur tegap Jenderal Li, lalu tertawa dingin, "Kalian berani melacak kami?!"
"Mingchuan sekarang lebih unggul dari kalian di segala aspek." Jawab Jenderal Li dengan datar.
"Ha!" Zou Ci kembali tertawa sinis, matanya menyapu sekeliling, "Di mana Zhong Zang?"
"Sudah mendekati ibukota kabupaten."
"Aksi kalian ternyata lebih cepat dari perkiraan kami, juga lebih tersembunyi dari dugaan. Rupanya kami meremehkan kalian!" kata Zou Ci. "Tapi bagaimana kau bisa menyembunyikan keberangkatan rahasiamu dari Gerbang Bulan Sabit dari pengawasan kami?"
"Aku tidak menyembunyikannya. Aku hanya lebih cepat dari mereka." Jenderal Li menunjuk ke langit.
Zou Ci mengangkat kepala dan melihat sekumpulan elang raksasa yang sedang berputar-putar di atas kepala. Tubuh mereka tertutup badai pasir hingga hanya menyisakan bayangan samar yang sulit terlihat jika tidak diamati seksama.
Ia terkejut: "Elang Busuk!"
Jenderal Li tetap diam.
Tiba-tiba seekor elang raksasa meluncur dari langit, hampir menyentuh tanah sebelum mengibaskan sayapnya untuk mengurangi kecepatan di ambang mendarat.
Dua prajurit berbaju zirah melompat dari punggung elang sambil membawa suatu benda, terguling di tanah satu putaran sebelum berhasil menstabilkan diri.
"Plak!"
Dua prajurit itu melemparkan benda di tangan mereka ke tanah. Zou Ci dan yang lain memandang lebih dekat—yang terbuka dengan jelas di depan mata adalah kepala pengawal pribadi yang baru saja pergi ke oasis untuk persediaan!
Raut wajak Zou Ci tak berubah, hanya berkata: "Tak disangka Kaisar Youren tega mengerahkan Burung Bangkai! Menikmati formasi ini, Zou pasti punya lebih banyak modal untuk bergaya setelah kembali!"
Jenderal Li dengan tenang menjawab: "Anda tidak akan kembali."
"Benarkah?" Zou Ci mengangkat kepala, "Anda datang khusus ke sini hanya untuk menahan saya?"
"Ya!" kata Jenderal Li, "Perang Zhou De Mingchuan belum berakhir. Sebagai jenderal musuh, Anda telah melintasi perbatasan... Meskipun pertahanan gurun sepi, perbatasan Mingchuan kami bukan tempat yang bisa dimasuki sembarangan!"
"Sudahkah Anda mempersiapkan diri untuk membeku di sini?" Zou Ci mengucapkan sambil mencabut tombak panjang di sebelahnya.
"Di atas tertulis, selama aku membawa kembali kepalamu, mereka akan mengizinkanku melepas zirah dan pulang kampung." Jenderal Li menggelengkan kepala, "Jadi aku tidak akan mati di sini."
"Benarkah?" Zhou Ci justru tertawa. Sebenarnya dia tidak membenci Li Jing, hanya berbeda pihak. Namun mendengar perkataan Li Jing, minatnya tiba-tiba muncul, "Susah payah naik pangkat jadi jenderal kecil, malah mau melepas zirah pulang?"
"Kekalahan Zhou De sudah pasti. Dua tahun terakhir kalian memang sombong, tapi sebenarnya sudah tak mampu melintasi perbatasan. Dulu masih ada Marquis Zhenbei yang diam-diam mendukung, sekarang dia sudah tiada. Perang ini waktunya diakhiri. Paduka berhati lembut, pasti tak akan memulai konflik lagi. Di dalam negeri Mingchuan juga butuh kedamaian. Aku sendiri sudah muak dengan kehidupan pertempuran sehari-hari ini."
"Tak ada perang, pulang kampung nanam jagung?" Zhou Ci menyipitkan matanya, benar-benar tak paham. Jika prajurit tak bisa mengandalkan perang untuk memuliakan leluhur, lalu bisa apa?
“Menanam jagung lebih baik daripada berperang.”
“Mereka akan membiarkanmu pergi dengan mudah begitu saja?”
“Karena itu, aku perlu kepalamu!”
“Hm! Menarik sekali! Kau Li Jing yang cuma punya popularitas kecil ini berani mengorbankan kepalaku untuk hidup tenangmu, hahaha!”
“Bukan cuma itu.” Jenderal Li berkata dengan samar sambil menyibak jubahnya, mencabut golok perang yang berkilauan dari kantong pinggang. Suaranya tiba-tiba menjadi berat—
“Pasukanmu menghasut bangsawan kami, melanggar perbatasan dengan zirah lengkap. Wajah keluarga kerajaan ternoda. Atasan membutuhkan jawaban, atau Pasukan Zhou De akan kembali dikerahkan demi menjaga murka langit! Kematian jenderal musuh adalah jawabannya. Aku tak mau memberi alasan pada para penyuka perang untuk memulai konflik lagi! Juga takkan mentolerir invasimu ke wilayah kami!”
“Gesek!”
Golok perang memantulkan cahaya terang bagai salju!
……
Senja mulai tenggelam, badai pasir perlahan mereda. Cahaya keemasan menyelimuti padang gurun, beberapa Elang Raksasa melengking keras sambil melambung ke langit, meninggalkan belasan mayat dan pasir yang ternoda Merah di hamparan gurun.
Tak butuh waktu lama bagi serigala untuk membersihkan jenazah-jenazah tersebut. Kira-kira besok pagi, pasir baru akan menutupi jejak hari ini.
……
Cheng Yun terbangun dengan rasa berat di ubun-ubunnya yang membuatnya limbung, persis seperti sensasi setelah mabuk berat.
Tepat seperti dugaan, ia memimpikan Jenderal Li. Meskipun sosok Jenderal Li dalam mimpinya sangat berbeda dengan versi sekarang, dan tak ada jawaban yang ia dapat dari mimpi itu, Cheng Yun bisa memastikan bahwa itu benar-benar Jenderal Li.
Sampai sekarang Cheng Yun masih belum bisa memahami pola dari mimpi ini, hanya tahu bahwa ia masih ada, namun tidak terjadi setiap hari. Terkadang ia bisa melihat banyak hal, di waktu lain hanya ada fragmen singkat, atau satu adegan khusus. Tapi semua ini tidak memiliki hubungan langsung dengan tingkat kelelahan yang ia rasakan keesokan paginya.
Contohnya sekarang, fragmen kenangan yang ia lihat sangat jelas, dan masih membekas jelas dalam ingatan, membuat kepalanya pusing luar biasa.
Adegan dalam mimpi terasa cukup mendadak, Cheng Yun juga harus menguras banyak tenaga otak baru bisa memahami kisah seperti apa yang diceritakannya. Namun satu adegan khusus seperti ini jelas-jelas tidak bisa membuatnya langsung yakin akan moral dan karakter Jenderal Li.
Berdasarkan fragmen mimpi tersebut, ia mulai memahami dari sisi tertentu tentang situasi dunia milik Jenderal Li sebelumnya——
Setidaknya ia yakin dunia Mingchuan bukan sekadar dunia feodal kuno biasa, melainkan tempat yang dihuni kekuatan supernatural. Kekuatan ini dikuasai oleh kelompok mirip dukun, pemimpin ritual, atau peramal. Setelah berpikir sebentar, Cheng Yun memilih menerjemahkan sebutan mereka sebagai "Shaman". Namun fisik para Shaman sendiri justru kurus lemah, bahkan sering menderita penyakit dan berumur pendek karena efek samping penggunaan kekuatan ini. Karena itu, meski mendapat status terhormat dan dihargai di dunia ini, nasib mereka sudah pasti tak bisa menjadi penguasa yang stabil.
Di era sekarang, Shaman yang memiliki kekuatan tempur dahsyat sudah punah. Mayoritas Shaman yang tersisa bekerja untuk kekuasaan kerajaan, karena cara ini memudahkan pertukaran dengan kekayaan dan kehormatan.
Mereka menggunakan teknik mengukir mantra untuk menanamkan kekuatan ini ke tubuh orang biasa atau senjata. Dengan ini, manusia normal bisa mendapat kemampuan tempur superior seperti tenaga raksasa atau pertahanan baja. Zirah Jenderal Li juga memiliki mantra semacam ini.
Cheng Yun berspekulasi perubahan postur tubuh Jenderal Li yang dramatis mungkin juga terkait dengan ini, sebab selain Samān dengan peran kompleks seperti itu, dunia itu seolah tidak memiliki aspek supernatural lain.
Elang raksasa jelas tidak termasuk dalam kategori itu.
Ia duduk di ranjang sambil berpikir panjang, hingga bel alarm berbunyi kedua kalinya barulah menggelengkan kepala, mengenakan sandal lembut dan mulai mandi.
Yin Nuxia—anak kecil yang tidak pernah begadang main ponsel dan selalu penuh energi—tentu bangun lebih pagi darinya. Saat dia keluar kamar, Yin Nuxia sudah mengepel lantai hingga bersih, kini duduk memeluk pel di tangga lantai tiga sambil asyik main game puzzle di ponsel. Jenderal Li yang tak pernah mengalami hiruk-pikuk malam modern juga sudah bangun sejak tadi.
Cheng Yun diam-diam mendorong pintu kamar hostel, menyembulkan kepala untuk mengintip ke dalam. Dua tamu masih tertidur lelap, sementara Jenderal Li duduk di kursi balkon menatap ke luar tanpa fokus.
Dengan sengaja ia batuk kecil: "Ahem."
Ketika Jenderal Li menoleh ke belakang, ia baru menggerakkan jari memanggilnya, lalu berjalan menuju kamarnya sendiri.
Jenderal Li pun mengikutinya dari belakang.
"Saya akan mulai menyiapkan sarapan. Untuk sementara kamu bisa menunggu di kamarku. Di sana juga ada balkon dengan pemandangan yang hampir sama." Cheng Yun membuka pintu kamarnya sambil berkata, "Sekalian kubukakan TV untukmu. Pertama untuk mengusir kebosananmu, kedua bisa mempelajari pengetahuan dasar tentang dunia kita."
"Terima kasih atas perhatian Kepala Stasiun."
"Tak perlu."
Cheng Yun memberi isyarat agar ia duduk di sofa, sambil menyalakan TV LCD dan memutar ke saluran anak-anak.
Jenderal Li yang bertubuh seperti menara besi itu duduk rapi di sofa, meletakkan tangan di lutut, matanya terpaku pada layar datar yang tiba-tiba menampakkan gambar. Sorot matanya dipenuhi kehampaan dan keterkejutan.
"Dengan binatang buas yang berdiri di layar, suara berat bergema: "Hari ini Xiong Da akan mengajari anak-anak, apa yang harus dilakukan jika tiba-tiba bertemu orang jahat di jalan..."
