"Didi."
Pintu kamar Cheng Yun tiba-tiba terdorong terbuka. Cheng Yan masuk mengenakan celana pendek dan kemeja kotak-kotak longgar, kedua kaki putih salju yang tegak itu menarik perhatian.
Rambutnya terurai berantakan, matanya masih mengantuk, sepertinya baru saja bangun tidur.
Pandangan pertama Cheng Yan tertuju pada Cheng Yun yang sibuk memasak mi di dapur. Saat hendak menguap dan berkata sesuatu, sudut matanya menangkap pria berotot sebesar tiang listrik yang duduk di sofa ruang tamu kecil sambil menyantap semangkuk besar mi dengan lahap. Pria itu menyaksikan adegan Xiong Da, Xiong Er dan Guang Tou Qiang yang sedang adu strategi di TV dengan fokus tajam.
Dia langsung tertegun, memandang Cheng Yun dengan keterkejutan, pandangannya menyiratkan keraguan.
Selanjutnya, keraguan berubah menjadi ketidakpercayaan.
Cheng Yun juga mengangkat kepala melihatnya, tak sengaja mengerutkan kening, bertanya dengan ragu: "Ada apa? Mengapa kau memandangku dengan ekspresi seperti ini?"
Melihat pria berotot itu menoleh ke arahnya, Cheng Yan secara refleks mundur selangkah, menggelengkan kepala berulang kali: "Tidak... tidak ada apa-apa, aku hanya agak terkejut dengan seleramu."
Cheng Yun tertegun: "Eh?"
Cheng Yan menarik sudut bibirnya, penglihatan tepinya menangkap pria berotot itu yang cepat menarik kembali pandangan ke acara kartun TV. Barulah ia menunjuk Jenderal Li, menekan volume suara: "Kalian... berdua semalem tidur di sini?"
Cheng Yun tertegun beberapa saat baru bereaksi, langsung membalikkan mata: "Aduh, ya ampun, pemikiranmu terkontaminasi karya sastra dunia ya?"
"Aku yang sedang bertanya padamu!"
“Dia temen yang dulu aku kenal pas main basket, semalem nginep di kamar delapan anggota.” Cheng Yun terus menjelaskan dengan wajah pasrah, sambil menyentil-nentil mi di panci dengan sumpit untuk mengecek kelembutannya, “Kebetulan pagi ini juga masak, sekalian aja bikin satu mangkuk lagi.”
“Emang bener?” Cheng Yan menatapnya tajam.
“Masa enggak?” Cheng Yun benar-benar nggak tahu harus bilang apa.
“Oh!” Cheng Yan menghela ‘Oh’ panjang, di detik ini Cheng Yun menangkap secercah kekecewaan di sorot matanya.
“Lu dateng buat apa sih! Pagi-pagi buta muka aja belum cuci udah kesini gangguin gue!”
“Mengunjungi lokasi syuting.”
“Ini apaan lokasi syutingnya!”
“Liatin sarapan pagi lu masak apa dong.” Cheng Yan melirik mi di panci dan telur ceplok di sebelahnya, agak kecewa. Dia sebenarnya pengen makan pangsit buatan Cheng Yun.
“……”
"Sekalian pamit, adik iparmu tadi bilang dia akan segera datang sarapan. Suruh kamu masak lebih banyak." Nada Cheng Yan terdengar dingin. Awalnya ia tak ingin menyampaikan pesan Tang Qingying, tapi setelah berpikir di ranjang, menyadari bila menyembunyikan hal ini pasti akan dituduh tidak paham adat oleh Cheng Yun - justru menguntungkan si Tang Qingying.
Mana mungkin ia melakukan kesalahan konyol seperti itu!
"Oh," Cheng Yun mengangguk, "Kalau gitu aku rebus lebih banyak mi saja. Dasar, ngomongnya nggak dari tadi. Kalo dari tadi kan bisa kubuat pangsit."
“……”
Cheng Yan berbalik lalu keluar.
Baru saat itu Jenderal Li menoleh dengan keraguan: "Beliau adalah... Nyonya Kepala Stasiun?"
"Itu adikku..."
"Oh, Ternyata adik Tuan!" Jenderal Li mengangguk, "Apakah kehadiran hamba tidak merepotkan?"
"Tidak."
"Baik." Jenderal Li kembali menonton anime.
Cheng Yun segera merebus dua mangkuk mi lagi, menaruh telur dadar di atasnya, lalu memanggil Yu Dian dan Yin Nuxia untuk mengambilnya - mi telur buatannya memiliki rasa yang ringan dengan kuah gurih. Kecuali saat Cheng Yan tiba-tiba mengacau dengan menuangkan banyak minyak cabai matang, biasanya tak perlu menambahkan bumbu ekstra.
Saat dia mulai memasak bagian Cheng Yan dan Tang Qingying, Jenderal Li sudah menghabiskan semangkuk besarnya hingga bersih termasuk kuahnya. Dengan membawa mangkuk, dia dengan sadar datang untuk mencuci piring.
"Sudah kenyang? Kalau kurang bisa ku masak lagi." Cheng Yun tak tahu berapa banyak makanan yang dibutuhkan postur tubuh sebesar itu setiap hari. Setelah berkata, dia membeku sejenak lalu menambahkan, "Tak perlu sungkan, mi ini bahkan dibeli Cheng Yan di pasar dalam bentuk curah, harganya sangat murah!"
“Kekenyangan, kekenyangan.” Jenderal Li buru-buru melambaikan tangan, sebenarnya di era kelangkaan pangan dulu ia sudah lama tidak makan sekenyang ini, sangat ingin menambah satu mangkok lagi. Namun ia benar-benar malu merepotkan Cheng Yun lagi, "Basin sudah dicuci bersih. Setelah kepala stasiun selesai makan, saya akan bantu cuci bersama. Sekarang saya mau lanjut nonton dulu."
“Jangan terlalu segan.” Cheng Yun tersenyum.
Saat itu Jenderal Li sudah menyelesaikan satu episode Bear Out, program beralih ke pendidikan dasar dengan tokoh utama Bear Bear Brothers——
“Anak-anak, tadi seperti si Botak Qiang yang menyeberang jalan sembarangan itu tidak benar! Sekarang kami akan demonstrasikan cara menyeberang yang benar, harus diingat baik-baik ya!”
“……”
“Sekarang waktunya baca mantra——”
“Saat menyeberang, harus hati-hati/Hukum lalu lintas jangan dilupakan/Lihat kiri, lihat kanan/Lampu merah-hijau-kuning adalah perintah... Ayo anak-anak ikut menyanyi bersama!”
"Lampu merah berhenti, lampu hijau jalan, lampu kuning menyala harus diperhatikan..."
Jenderal Li tetap takjub, namun menyaksikan dengan sangat serius, bahkan bibirnya sedikit bergerak seolah mengikuti nyanyian!
Tak lama kemudian, pintu didorong terbuka lagi.
Cheng Yan masuk dengan ekspresi tak beremosi.
Tang Qingying mengikuti di belakangnya, tersenyum cerah dan langsung menyapa Cheng Yun: "Selamat pagi, Kakak Ipar!"
Cheng Yan menoleh tajam sambil melotot ke arahnya: "Perhatikan sebutanmu!"
Tang Qingying buru-buru membungkuk dan meminta maaf dengan tulus: "Maaf-maaf, aku tidak sengaja."
Melirik ke arah tungku, ia kembali menyipitkan mata hingga berbentuk bulan sabit: "Keterampilan tangan Kakak Ipar memang luar biasa, semangkuk mi saja bisa wangi begini!"
Cheng Yan hanya bisa menghela napas pasrah di samping, lalu memanggul mangkuk mi keluar tanpa sepatah kata.
Sementara Tang Qingying tidak buru-buru pergi, malah nempel di sisi Cheng Yun sambil memanggul mangkuk, melirik Jenderal Li di sofa, berkomentar: "Siapa itu, waah, terlihat tinggi dan kekar sekali! Pasti jago main bola basket ya!"
"Iya, dulu kenalan dari main bola basket," kata Cheng Yun. "Namanya Li Jing."
Jenderal Li langsung menarik kembali pandangan dari TV, berdiri sambil berkata: "Ini pastilah Nyonya Kepala Stasiun. Hormat saya, Li Jing."
Tang Qingying tertegun sejenak mendengarnya, lalu menatap Cheng Yun. Susah payah baru bereaksi, menutupi mulut sambil tertawa: "Hahaha, Cheng Yun, temanmu ini lucu sekali! Terlihat sangat menarik! Tapi kenapa dia memanggilmu kepala stasiun?"
Wajah Cheng Yun menghitam: "Bukannya kamu selalu memanggilku kakak ipar..."
"Hmm..." Senyum Tang Qingying langsung membeku. "Ini... ini kan karena sebelumnya tidak sadar, tadi Cheng Yan baru mengingatkan. Mana berani aku mengulangi kesalahan itu lagi..."
Cheng Yun: "......"
Jenderal Li di sebelah justru terjebak dalam momen memalukan, sambil menggaruk-garuk kepala berkata: "Ternyata Li Jing yang salah input, permintaan maafku."
Cheng Yun belum sempat bicara, Tang Qingying sudah dengan lapang melambaikan tangan: "Tak apa tak apa, tak perlu malu! Sebenarnya dia bukan kakak iparku, kakakku sudah lama putus dengannya, jadi salah sebut pun takkan bikin canggung..."
"Oh begitu." Jenderal Li menatap Cheng Yun, namun justru menyaksikan wajahnya yang jelas-jelas sedang sangat tidak nyaman.
"Sudah cukup! Jangan mengganggu di sini. Membawa mangkuk panas begini tidak kepanasan? Cepat turun!" Cheng Yun menggerakkan tangan mengusir Tang Qingying ke lantai bawah, baru mulai memasak bagiannya sendiri.
Saat itu Jenderal Li telah selesai menyaksikan program pendidikan. Cheng Yun lalu mengambil remote control dan mengganti saluran ke Yizhou TV, sambil mengajarinya cara menggunakan beberapa tombol di remote untuk berganti channel.
……
Tang Qingying cepat menghabiskan semangkuk mi-nya. Untuk menunjukkan dukungannya pada kemampuan memasak Cheng Yun, dia bahkan dengan paksa meminum hampir setengah mangkuk kuah — padahal porsi makannya di rumah sangat kecil.
Kemudian dengan lihai dia membalikkan badan dan mencabut tas punggungnya, mengeluarkan kartu grafis tanpa kemasan dari dalamnya. Kartu grafis itu tampak cukup high-end, desainnya terlihat sangat mengesankan dengan tiga kipas angin dan ukurannya yang panjang, membuat Cheng Yun hampir yakin casing kecilnya takkan bisa memuat kartu sebesar itu.
Cheng Yan tertegun: "Apa ini?"
Tang Qingying memandangnya dengan bingung, seolah justru heran dengan pertanyaan itu: "Kartu grafis dong!"
"Oh ternyata bentuk kartu grafis seperti ini ya!" Cheng Yan berkomentar datar, tiba-tiba merasa dirinya kurang berpengetahuan.
“Ya!” Tang Qingying melihat beberapa orang masih makan, terutama Yin Nuxia yang memegang mangkuk besar tapi menyeruput kuah mi seperti minum teh, lalu berkata,＂Kalian lanjutkan makan dulu, aku akan pasang GPU ini! Habis makan jangan bergerak ya, nanti aku yang cuci piring!＂
Usai berkata demikian, ia gesit masuk ke balik meja resepsionis. Berjongkok sambil menarik casing CPU komputer sebelah kiri, bahkan tanpa obeng, tutup casing langsung dibongkar. Mulailah proses pemasangan GPU.
Setelah GPU terpasang, ia tak buru-buru menutup casing. Malah duduk bersila di lantai, dagu ditopang tangan sambil menatap konfigurasi dalam casing dengan wajah bingung, bergumam sendiri,＂Sepertinya masih kurang SSD. Ah, hari ini sementara pakai ini dulu. Besok aku bongkar SSD 120G dari asrama.＂
Cheng Yun yang sedang menyantap mi melirik ekspresi aneh Cheng Yan, menjelaskan singkat:＂Gadis Kecanduan Internet.＂
Cheng Yan mengangguk, tapi masih terlihat bengong.
Padahal saat baru kenal denganku, Tang Qingying selalu membicarakan filsafat klasik, sejarah manusia, fisika, matematika, dan sejenisnya. Kami bahkan pernah berjanji untuk belajar bahasa Spanyol bersama. Bagaimana bisa dalam sekejap dia berubah seperti ini? Dulu dia selalu memakai gaun bernuansa lembut dengan gaya elegan, bersikap anggun, dan berwatak tenang. Tapi sekarang, makhluk apa yang duduk di lantai sambil mengutak-atik perangkat keras komputer ini!
Tiba-tiba Tang Qingying berdiri, mengusap keringat di dahinya dengan punggung tangan, lalu langsung berkata pada Cheng Yun: "Kakak ipar, punya laptop spek tinggi nggak? Ayo main game bareng!"
Cheng Yan: "..."
Cheng Yun melambaikan tangan: "Sudah lama tidak main game."
"Oh." Ekspresi Tang Qingying sedikit kecewa. Dia mulai memasang driver kartu grafis sambil mengunduh game satu per satu. Suaranya berubah sendu: "Dulu kan sering nemenin aku main game... Janji mau bantu naik rank kalau aku sudah masuk kampus..."
Cheng Yun merasakan tatapan aneh dari adiknya sendiri, tidak bisa tidak merasa sedikit canggung.
Yin Nuxia akhirnya menghabiskan supnya, meletakkan mangkuk lalu mengangkat kepala dengan wajah polos: "Permainan apa yang kalian bicarakan? Mana yang lebih seru dibanding Candy Crush? Apa artinya main game bareng?"
Tang Qingying tersenyum mengembang: "Tentu saja Candy Crush lebih seru! Hanya orang ber-IQ tinggi yang bisa memainkannya!"
"Iya kan!!" Yin Nuxia juga tertawa, "Aku juga merasa lumayan seru, cuma agak susah."
"Semangat!"
