“Selesai! Waktunya angkat wajan!”
Cheng Yun mengangkat wajan dan menuangkan lobster merah menyala ke dalam baskom, sementara gadis kecil Yu Dian berdiri diam di samping menunggu untuk membawanya. Kehadiran orang asing yang duduk di ruang tamu kecil sebelah membuat ekspresinya terlihat canggung.
“Kamu yang antarkan ke bawah, setelah itu tidak perlu naik lagi. Aku mau mencicipi apakah rasa kuahnya sudah cukup... Kalau sudah selesai langsung bawa turun!” Cheng Yun membuka tutup panci tanah liat di sebelahnya, terlihat jelas sup asam lobak dengan bebek tua yang menggugah selera. Menurut pedagang, bebek ini adalah bebek tanah lokal yang sudah dipelihara tiga tahun, meski dia tidak tahu kebenarannya. Yang pasti harganya cukup mahal. Usai membeli, Cheng Yan sempat memarahinya dengan kesal.
Sejak pukul sepuluh pagi tadi, dia pertama-tama menggunakan panci tekanan untuk memasak sebentar, lalu melanjutkan dengan panci tanah liat selama lebih dari satu jam. Dagingnya seharusnya sudah empuk semua.
Cheng Yun mengambil sendok dan mencicipi sedikit kuah sambil ditiup-tiup, langsung diminumnya. Setelah mengecap-ngecap bibir beberapa kali dan merasa bumbu yang ditambahkan tadi sudah pas, dia pun mematikan apinya.
Melirik ke ruang tamu kecil, Jenderal Li sudah selesai menonton film. Dia masih duduk termangu-mangu di sofa sambil mencerna kembali cerita yang baru ditontonnya.
Jelas film ini meninggalkan kesan mendalam baginya, sementara Cheng Yun merasa adegan-adegan dalam film seharusnya bisa memberikannya pemahaman yang cukup jelas tentang tingkat kemampuan beladiri di Bumi. Meskipun tingkat militer dunia pada masa Perang Dunia II sudah sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan abad ke-21.
Prajurit mungkin bukan kelompok yang memberikan kontribusi terbesar bagi kemakmuran negara, namun militer tetaplah garis pertahanan terakhir yang melindungi negara. Di medan perang, para prajurit juga merupakan kelompok yang paling langsung memberikan segalanya untuk negara. Karena itulah Cheng Yun memiliki rasa hormat yang sangat dalam kepada mereka yang mempertaruhkan nyawa demi perdamaian.
Ini bukan berarti ia ingin menjadi seperti mereka, tapi hal itu tidak mengurangi rasa hormatnya——
Dunia ini dipenuhi oleh orang pengecut sepertiku, namun yang menjadi tulang punggung penyangga langit adalah para pahlawan itu.
Kira-kira... Jenderal Li adalah orang seperti itu.
Cheng Yun merenung dengan tenang.
Seolah merasakan pandangannya, Jenderal Li akhirnya menarik kembali pandangan dari antarmuka "Pemutaran Selesai" di televisi. Melirik panci tanah liat di hadapannya, Jenderal Li buru-buru berdiri: "Oh! Permisi, Sang Kepala Stasiun, tadi saya agak menerawang. Perlu saya bantu mengangkut ini ke bawah?"
"Tidak perlu." Cheng Yun tersenyum, mengambil kain lap dan spons yang telah dibasahi lalu membungkus kedua pegangan panci tanah liat, namun tidak buru-buru membawanya pergi. "Mari Anda makan bersama kami di bawah, lagipula mereka sudah melihat kehadiran Anda."
"Ini... mungkin kurang nyaman." Tiba-tiba Jenderal Li tampak gugup, tangannya tak tahu harus diletakkan di mana, "Sepertinya... kebanyakan perempuan rombongan."
"Di zaman kami tidak ada pertimbangan seperti itu!"
“Uh... Tapi...” Ekspresi ragu masih terlihat di wajah Jenderal Li. Sejak kecil hingga dewasa, ia belum pernah benar-benar berinteraksi dengan perempuan. Kali ini sungguh merasa canggung! Perasaan itu seolah makan bersama beberapa gadis muda cantik lebih sulit daripada maju ke medan perang!
“Tidak apa-apa! Ayo pergi, cepat!” Cheng Yun langsung mengangkat panci tanah liat dan turun ke bawah, sambil merasa agak geli.
Jenderal Li pasti akan tinggal cukup lama di sini. Bahkan jika sang jenderal ingin tertanam sebagai akar dan hidup di dunia ini, Cheng Yun harus menunggu hingga memastikan watak penjelajah waktu ini tidak bermasalah, serta memastikannya telah beradaptasi dengan kehidupan dan budaya dunia ini, baru bisa membiarkannya hidup mandiri di luar pengawasannya.
Dan selama periode ini, tidak mungkin setiap hari membiarkan Jenderal Li menyembunyikan diri di kamar untuk makan!
Dengan cepat, ia membawa panci tanah liat ke lantai bawah, tak lupa berkomentar: “Hari ini lauknya banyak sekali, tapi kenapa hanya Yu Dian yang datang mengambil?”
Ia melihat Yu Dian bolak-balik lari dari lantai satu ke lantai tiga sendirian berkali-kali —— meski di pertengahan September suhu mulai turun, hari cerah masih terasa agak panas. Ditambah masakan yang masih mengepul, gadis kecil yang kurus ini sampai berkeringat. Tapi dia tetap naik turun berulang kali, sementara yang lain seolah lenyap tak berbekas.
Mendengar itu Yu Dian buru-buru menjawab dengan muka memerah: "Tidak apa-apa, aku juga tidak capek, lagipula memang tidak ada yang harus dilakukan."
Tapi Cheng Yun bagai tak mendengar ucapannya, tertegun menatap Yin Nuxia dan Tang Qingying yang sedang berkerumun di resepsionis: "Hmm, kalian ini..."
"Tembak dia tembak dia, tembak orang ini!"
"Oke, apa yang pakai baju merah ini?"
"Bukan dia, itu , jangan dekat-dekat! Lihat formasi lawan, tembak barisan depan! Tidak mungkin tembus ke belakang! Kan tidak bisa menembak lengkungan!"
"Oh oh! Ah dia serang ke sini!"
"Cepat geser posisi!"
“Aku tembak-tembak terus... Hah kok tiba-tiba jeda, aku... Apa aku sudah mati!”
“Tadi lag.”
“Kebangkitan kembali butuh waktu lama banget!”
Terlihat Yin Nuxia duduk di belakang resepsionis sambil menunduk, kedua tangan memegang ponsel lama Cheng Yan, kedua ibu jarinya menempel di layar, fokus membatu tanpa berkedip. Posturnya terlihat kikuk, tapi seolah sama sekali tidak mempengaruhi pengalaman bermainnya. Sementara Tang Qingyang yang bertubuh lebih tinggi duduk di sampingnya, dengan mudah melihat konten di layar ponsel Yin Nuxia sambil berperan sebagai mentor gadungan + penasihat kampret.
Cheng Yun tertegun mengedipkan mata dua kali: "Kalian... Kalian ini sedang apa sih?"
Tiba-tiba——
"Benteng Pertahanan Tinggi kita sedang diserang!"
"Oh!!"
Cheng Yun langsung paham, mendekat dan melihatnya memang benar. Ekspresinya berubah menarik: "Bukannya kamu baru belajar main Candy Crush dua hari lalu? Pagi ini aku masih lihat kamu main, kok tiba-tiba sudah bermain... game ini?"
Yin Nuxia tetap tak mengangkat kepala: "Candy Crush terlalu susah!"
"Oh." Cheng Yun mengangguk, lalu menepuk-nepuk tangan, "Makan! Makan! Semua masakan sudah dihidangkan di meja!"
"Hmm?" Yin Nuxia tiba-tiba mengendus-endus, lalu melirik ke meja kopi. Di permukaan meja sudah terhampar berbagai hidangan besar berwarna menggoda, memancarkan aroma pekat yang menggoda.
Yin Nuxia teringat pesan serius Tang Qingying tadi: "Ini permainan tim! Selain kamu, masih ada sembilan orang bertempur di game. Kalau kamu keluar, rekan tim akan menghadapi kesulitan luar biasa dan mungkin kalah! Lawan juga kehilangan keseruan permainan. Jadi sepuluh juta jangan keluar di tengah permainan!"
"Pertarungan ini belum selesai." Yin Nuxia terhisap masuk ke dalam pusaran keraguan yang dalam, "Tang... Eh mana si Tang Qingying?"
Ia mengangkat kepala, melihat guru Tang Qingying yang sudah menghilang dari sampingnya tak tahu sejak kapan kini sudah berada di seberang, berdiri di sebelah Sang Kepala Stasiun sambil berlagak manis—
"Wah kok bisa mewah begini!"
"Kakak ipar jago banget, bahkan bisa membuat lobster kecil! Nanti siapa yang menikah denganmu pasti sangat beruntung!"
"Coba lihat, sup bebek tua dengan lobak asam, ayam rebus jamur shiitake, lobster pedas, ikan mas bumbu dingin, yang ini pasti sapi banteng rebus kentang..."
Mendengar daftar menu yang disebut Tang Qingying, Yin Nuxia menelan ludah dengan keras. Dengan ketegasan ia melemparkan ponsel, melesat dari resepsionis ke pinggir meja kopi. Segera mengambil bangku kecil dan duduk manis, air liur meleleh menatap hidangan mewah di atas meja. Ia merasa ini adalah fragmen kenangan yang bahkan tak pernah terbayang dalam mimpinya dulu!
Pada saat itu, Cheng Yan turun dari lantai atas mengenakan celana pendek kasual dan kaos oblong abu-abu. Rambutnya masih basah kuyup sepertinya baru mandi, sambil memegang handuk dan menyeka rambutnya dengan kepala miring.
Cheng Yun meliriknya dan bertanya heran, "Kau tadi ke mana? Kok sepanjang pagi seperti tak terlihat bayangannya."
"Lari pagi," jawab Cheng Yan dengan nada dingin.
"Lari seharian?"
"Dua puluh kilometer."
"Sekencang itu! Dua puluh kilometer!" Cheng Yun menatapnya tertegun, "Apa kau sedang mengacau hari ini?"
"Melampiaskan emosi!" Cheng Yan tetap tak beremosi.
"Ehh..." Cheng Yun menggelengkan kepala, merasa adiknya pasti sarafnya ada yang kambuh lagi. Lalu bertanya peduli, "Maukah kau mengeringkan rambut dulu sebelum makan?"
"Tak perlu! Cuaca panas!"
"Rambut basah takkan meneteskan air?"
"Tak apa! Baju warna gelap!" Cheng Yan langsung mengambil bangku kecil dan duduk, sambil matanya tak sengaja menyapu sekilas hidangan yang hampir memenuhi meja.
Ia tertegun sejenak, hanya merasakan ketidakberdayaan yang mendalam——
"Ah!"
Tak lama kemudian, Cheng Yun melihat Jenderal Li turun dengan ragu-ragu. Ia segera maju menariknya dan menekannya ke bangku kecil: "Duduklah di sini."
"Perkenalkan, ini temanku, si raksasa. Namanya Li Jing."
"Ini Yu Dian, dan ini..."
Setelah saling memperkenalkan semua orang dalam satu putaran, barulah ia duduk dan menyuruh semua orang Buka makan!
Cheng Yan langsung menjepit lobster ke mangkuknya. Hatinya geram melihat Cheng Yun menyiapkan meja berwarna hanya untuk menjamu Tang Qingying, tapi harus mengakui penampilan hidangan ini benar-benar menggugah selera.
Tak berapa lama, Cheng Yun bertanya penuh perhatian: "Apakah rasanya sesuai selera Anda?"
Mulut Tang Qingying memerah darah, kontras dengan pipi putih salju nan sempurna yang terlihat sangat manis. Dengan napas Whoosh... ia mengangguk: "Enak sekali, cuma... agak-agak pedas."
Cheng Yun batuk dua kali: "Berani ulangi aku akan mengurangi jumlah cabe."
Cheng Yan langsung melontarkan sorot mata berani bacot ke arahnya.
Ia yakin masakan Cheng Yun hari ini sudah jauh lebih mild dibanding biasanya, sampai-sampai dirinya sendiri merasa belum puas—Dulu saat Cheng Yun memasak kelinci cabe segar, separuh porsinya adalah cabe. Dulu saat Cheng Yun membuat ikan mas bumbu dingin, di atasnya bertumpuk cabe rawit merah darah. Dulu Cheng Yun... Dulu Cheng Yun tak pernah memasakkan lobster untuknya...
"Ikan mas yang dibeli hari ini lumayan segar, cuma lobster musim ini sepertinya sudah tak berisi." Cheng Yun melirik ke arah semua orang di meja, "Kalian setuju kan?"
“……”
Cheng Yan sama sekali tidak berminat mengobrol dengannya. Tang Qingying masih sibuk mengipasi mulut terbakar pedas. Yu Dian yang lidahnya tak bisa membedakan tekstur daging lobster pun malu-malu memberi komentar. Adapun Yin Nuxia dan Jenderal Li... Keduanya barangkali baru pertama kali mencicipi lobster tiga belas rempah seumur hidup.
Cheng Yun dengan canggung menggaruk ubun-ubunnya, terpaksa menyerahkan mangkuk di tangannya ke Cheng Yan yang berada dekat panci nasi, sambil berusaha menutupi rasa canggung: "Tolong ambilkan nasi untukku!"
Cheng Yan menarik napas dalam-dalam, baru saja melepas sarung tangan sekali pakai di tangannya. Saat hendak menerima mangkuk itu, tiba-tiba Tang Qingying di sampingnya lebih dulu merebut mangkuk tersebut.
"Kakak ipar, aku bantu ambilkan!"
“……”
