Dalam perjalanan pulang dari Gerbang Utara Kecil, Yin Nuxia mengusap perutnya yang membesar sambil mengeluarkan suara Hikk puas.
Dia kembali menyewa sepeda, namun hanya mengayuhnya perlahan sambil berjalan berdampingan dengan Sang Kepala Stasiun dan Jenderal Li.
Sepanjang hari ini terasa begitu mengesinkan baginya.
Pertama, Guru Tang Qingying membawakan permainan baru yang tidak terlalu memusingkan tapi tetap seru, ini seperti membuka pintu gerbang dunia baru baginya; Kedua, dia menemukan kesempatan ikut Kepala Stasiun main sepeda keliling dengan cuaca yang sangat mendukung; Dan yang sama sekali tak terduga, setelah sampai di lokasi dia bisa menikmati begitu banyak kue enak, bahkan bisa naik turun tangga berkali-kali untuk bermain...
"Hikk!" Yin Nuxia kembali bersendawa, lalu menoleh ke Jenderal Li sambil berkata, "Ngomong-ngomong, si Raksasa, selain jualan jianbing, apa kamu nggak punya ide lain? Misalnya jualan makanan kayak ulat-ulatan, iga babi asap, daging sapi bumbu, atau kalau nggak ya sate daging domba gitu!"
"Untuk sementara belum ada," jawab Jenderal Li dengan tulus. "Aku juga belum punya kartu identitas."
"Hah!" Yin Nuxia tertegun. "Lha kok aku punya?"
"Kamu punya?"
"Iya dong! Bukannya cuma kartu kecil persegi empat gini? Aku punya kok!" kata Yin Nuxia.
"Bagaimana kau bisa punya bukti identitas dunia ini? Bisa kulihat sebentar?"
"Kuserahkan ke kepala stasiun untuk dijaga, takut hilang!" Nuxia berkata sambil kembali terlibat dalam renungan, bahkan kecepatan sepedanya pun melambat, "Lho, dapat identitasku dari mana ya... Oh iya! Sepertinya suatu hari kepala stasiun yang memberikannya padaku!"
"Sang Kepala Stasiun?"
Keduanya langsung memandang Cheng Yun.
Cheng Yun melirik Yin Nuxia yang IQ-nya belum diisi ulang dengan pasrah, baru berkata: "Ini diberikan Tua Master Hukum padaku, jangan tanya aku, aku juga tidak tahu metode apa yang dipakainya, tapi diperkirakan... bukan yang bisa dipelajari orang biasa! Selain itu, saat mengayuh lihat jalannya, jangan lihat aku!"
"Oh, oh, rupanya usaha Guru Fa ya!" Yin Nuxia mengangguk, tak bertanya lebih lanjut.
"Teringat Tua Master Hukum sudah meninggalkan kami sudah beberapa waktu," sorot matanya redup sejenak—meski sepanjang hidupnya mengalami dua dunia, orang yang tulus baik padanya memang tak banyak. Dan hampir semuanya terkonsentrasi di dunia ini... di penginapan yang dulu terasa luas ini, kini tak lagi. Bukan di dunia asalnya tempat ia tumbuh dan hidup berkeliaran puluhan tahun.
"Sedangkan mereka yang baik di dunia sebelumnya... sudah mati semua."
Maka setiap orang di Hotel Anju kini terasa sangat berharga di matanya, membuatnya sangat menghargai.
Saat Yin Nuxia tenggelam dalam kesedihan, Jenderal Li di sebelah batuk dua kali: "Maaf mengganggu, siapakah Tua Master Hukum yang kalian sebut?"
Yin Nuxia menjelaskan: "Seorang penjelajah waktu sebelumku, tinggal bersama kami sekitar dua bulan. Ia pergi sekitar seminggu lebih yang lalu, tak lama sebelum kedatanganmu!"
"Kalian sepertinya punya hubungan cukup baik dengannya."
“Ya, ia adalah sosok yang sangat parah dan penuh kelembutan, seolah menguasai segalanya, juga sangat baik dalam memperlakukan orang.”
“Oh.” Jenderal Li berkata, “Apakah dia juga seperti dirimu… tiba melalui alat ruang-waktu bernama Kendi Transportasi Dimensi 'Kelas Kosong' ke stasiun perantara ruang-waktu milik Sang Kepala Stasiun?”
“Ya… Ah tidak, bukan. Miliknya bukan Kendi Transportasi Dimensi, melainkan gulungan rahasia ruang atau semacamnya.” Yin Nuxia mengerutkan alis mengingat-ingat, lalu menambahkan, “Lebih panjang dari Kendi Transportasi Dimensiku. Mungkin karena ini dia bisa cepat pergi. Tidak sepertiku yang harus menunggu beberapa waktu jika ingin pergi…”
“Oh begitu.” Meski Jenderal Li tidak memiliki alat ruang-waktu, ia diam-diam menyimpan ilmu pengetahuan ini di hatinya.
Cheng Yun perlahan tertinggal di belakang, diam-diam mengamati dua siluet di depan yang posturnya berbeda lebih dari setengah meter dan ukuran tubuhnya berbeda beberapa kali lipat. Satu mengayuh sepeda, satu berjalan kaki, namun kecepatannya hampir setara. Ia merasakan kontradiksi yang pekat. Sementara itu, ia terus mendengarkan dialog orang bodoh mereka berdua tanpa ikut campur.
……
Setelah berjalan beberapa langkah, Jenderal Li tiba-tiba mengerutkan kening ke arah depan, bertanya dengan nada ragu-ragu: "Kedua orang itu sedang..."
Yin Nuxia mengangkat kepala, melihat seorang gadis berbaju gaun dengan tas kecil model perempuan hitam tergantung di punggungnya. Gadis itu mengenakan earphone nirkabel sambil mengayuh sepeda dengan santai - model sepedanya sama dengan miliknya. Tapi Yin Nuxia merasa itu bukan fokus pembicaraan Jenderal Li. Menurut perkiraannya, sorotan utama adalah dua pria yang mengendarai sepeda motor listrik, mengikuti dari samping belakang gadis tersebut sambil mengulurkan tangan mencoba membuka resleting tas ranselnya.
Yin Nuxia terkejut sejenak, memiringkan kepala dengan ragu berkata: "Diperkirakan... siapa tahu... mereka saling kenal ya!"
"Menurutku... kurang mirip?" Jenderal Li juga ragu-ragu. Meski baru datang di dunia ini dan belum sepenuhnya paham adat istiadat setempat, pemahamannya tentang dasar-dasar interaksi sosial masih utuh, IQ-nya masih berfungsi.
Kebodohannya terletak pada keputusannya menyerahkan penilaian kepada Yin Nuxia - menurutnya Yin Nuxia yang sudah 70 hari lebih dulu datang tentu lebih memahami dunia ini. Bagaimana jika di sini memang biasa melakukan hal seperti ini! Apalagi Yin Nuxia adalah orang dunia persilatan, dan dia sendiri pernah berinteraksi dengan banyak pendekar sebelumnya, yakin Yin Nuxia lebih paham trik-trik pencurian kecil seperti ini.
Sama sekali tidak disadarinya, sang Srikandi di hadapannya sudah lama dibutakan hatinya oleh minyak dunia nyata!
"Saat itu, pria yang duduk di kursi belakang telah membuka resleting tas sang gadis, mengeluarkan ponsel berwarna pink dari dalamnya dan menyelipkannya ke saku, sambil terus mengikuti dari jarak aman."
Bahkan hati Yin Nuxia yang dihalangi pun mulai merasakan sesuatu yang tidak beres, tanpa sadar mempercepat kayuhan sepedanya: "Ayo dekati dan tanya langsung!"
Setelah mengayuh sekitar sepuluh meter, ia menoleh tajam dan mendapati Jenderal Li masih setia mendampingi.
"Bagaimana jika mereka benar-benar pencuri?"
"Harus bagaimana lagi? Tentu kita bertindak heroik!" Bendera brokat Yin Nuxia masih tergantung di tembok sebelah ranjangnya, setiap malam sebelum tidur ia memandanginya penuh kagum. Perasaan saat pertama menerima bendera itu masih membekas jelas dalam ingatannya, bahkan kini saat diingat kembali tetap terasa manis.
"Bukannya katanya harus menelepon paman polisi...?"
"Dengar dari siapa kau ini? Baru datang ke dunia ini berapa lama!" Yin Nuxia membalikkan mata, dalam hatinya tetap yakin tindakan heroik spontan lebih memuaskan. Tak hanya diakui pejabat, juga bisa dapat ucapan terima kasih dan penghargaan - kali ini mungkin bahkan ada bonus!
"Xiong Da yang bilang." Jenderal Li menjawab jujur.
"Xiong Da siapa? Jangan dengarkan dia, dengarkan aku! Kepala stasiun... Kalau kepala stasiun tak dengar, akulah yang berwenang!"
"Baiklah."
Sementara mereka berbincang, kedua mantan rekannya telah menyusul gadis pengayuh sepeda dan dua pria pengendara motor listrik di depan. Sebenarnya bukan menyusul, tepatnya karena semua berhenti di persimpangan lampu merah. Yin Nuxia dan Jenderal Li lah yang mendekat.
Kedua pria pengendara motor itu bersikap percaya diri, seolah tak melakukan kesalahan. Bahkan berhenti persis di belakang sang gadis. Rencana mereka: setelah lampu hijau, lihat situasi. Bila ada kesempatan, cari lagi dompet di dalam tas - lagipula resletingnya sudah terbuka. Kalau tak memungkinkan, tinggal gas motor kabur.
"Sedangkan perempuan itu duduk di atas sepeda, satu kakinya menopang di tanah. Yang mengejutkan, ia bahkan masih mendengarkan lagu, sama sekali tidak menyadari resleting tas ranselnya sudah terbuka, dan ponselnya pun sudah tidak berada di sampingnya."
Yin Nuxia mendekat, wajahnya polos dan tampak bingung saat menatap pria yang duduk di kursi belakang sepeda motor listrik, bertanya, "Kak, boleh tanya sesuatu?"
Pria itu tampak agak kesal, tapi tetap menjawab, "Tanya apa? Aku bukan penduduk sini ya, kalau tanya jalan jangan tanya aku."
"Bukan nanya jalan, aku... aku tahu jalannya."
"Terus mau nanya apa?"
"Cuma pengen nanya, tadi kamu nyelipin tangan ke dalam tas gadis di depan ini buat apa sih?"
Saat itu Cheng Yun juga sudah menyusul. Dari belakang ia terus mengamati Yin Nuxia dan Jenderal Li, meski hanya bisa mendengar potongan percakapan samar-samar. Begitu mendekat, ia pun langsung paham situasinya.
Jika ia adalah pria ini, ia akan bermuka tebal mengatakan bahwa cuma melihat resleting tas si gadis terbuka, ingin membantunya menutupkannya. Lagipula saat ini si gadis masih asyik mendengarkan lagu, sama sekali tak menyadari apa yang terjadi di belakangnya. Dengan IQ Yin Nuxia dan ketidaktahuannya tentang dunia ini, mungkin saja bisa mengelabuinya.
Tapi pria itu sama sekali tak memahami Yin Nuxia, langsung berubah ekspresi wajah sambil marah: "Apa kau bilang? Aku nggak tahu! Jangan asal ngomong ya!"
Bersamaan dengan itu, pria yang menyetir melirik ke arah gadis depan, lalu melihat orang-orang yang jarang di sekitarnya, juga mengancam Yin Nuxia: "Gadis kecil, hati-hati kalau keluar rumah, jangan sembarangan bicara!"
Yin Nuxia langsung paham, tapi tetap tertegun sebentar, mengamati kedua orang ini dengan seksama.
Ia sudah tahu mereka adalah pencuri, tapi masih ada satu hal yang belum ia mengerti -
Dua ayam lemah ini... apa mereka tak ingin hidup lagi?
Saat itu, Jenderal Li yang kekar bagai menara besi juga berjalan mendekat dari belakang, memasuki bidang pandang kedua pria tersebut.
Ia menoleh ke Yin Nuxia: "Bagaimana caranya?"
"Kawal mereka, aku akan panggil gadis di depan." Ujar Yin Nuxia sambil melangkah ke depan.
Kedua pria itu secara refleks menelan ludah melihat postur tubuh Jenderal Li. Tatapan tajam sang jenderal yang telah terasah di medan perang membuat seluruh tubuh mereka bergetar ketakutan.
Tepat ketika Yin Nuxia menepuk bahu gadis di depan, pria pengendara memutar tuas gas dengan kasar.
Sepeda motor listrik langsung melesat ke depan dengan suara berdengung!
Namun refleks Jenderal Li lebih cepat. Tanpa gerakan jurus tendangan seperti Yin Nuxia, ia langsung mengarahkan tubuhnya miring untuk menghadang - dari sudut pandang orang biasa, ini adalah tabrakan keras yang disengaja.
"Ah!... Braak!"
Dua teriakan panik bergema, disusul suara sepeda motor terjatuh. Keduanya terkapar di tanah.
Jenderal Li baru tidak terburu-buru berjalan mendekat, menginjak punggung pria yang berusaha bangun dengan satu langkah kakinya, dengan mudah menghempaskannya ke tanah, lalu menatap Yin Nuxia: "Nuxia, apakah seperti ini caranya?"
"Bisa juga ditendang dua kali." Suara Cheng Yun tiba-tiba menyela.
"Oh, kupikir cuma orang dari dunia kita yang memperlakukan pencuri seperti ini." Jenderal Li berkata dengan nada ringan, tetap tak juga menendang. Ia khawatir kedua pria ini akan mati ditendangnya.
Saat mereka berbincang, mereka menoleh dan melihat Yin Nuxia di depan sedang menjelaskan situasi yang terjadi pada gadis itu dengan singkat. Gadis itu langsung membuka tas ranselnya, lalu terdengar suara terkejut. Setelah menyadari ponselnya dicuri, ia melirik dua pria yang tergeletak di tanah, lalu memandangi Yin Nuxia, Jenderal Li, dan Cheng Yun yang sedang merekam dengan ponselnya dengan tatapan memohon.
