Malam itu, Cheng Yun hanya memasak bubur daging dengan telur pindang, ditambah acar sayur, tahu busuk, dan sepiring mentimun asam sebagai makan malam.
Utamanya ia merasa semua orang sudah makan guokui dari pagi sampai malam, diperkirakan sekarang tidak terlalu lapar. Lagipula makanan berbahan tepung memang cukup mengenyangkan, orang selatan yang tiba-tiba makan banyak bisa kehilangan nafsu makan. Mungkin membuatkan makan malam yang ringan dan lezat akan disambut meriah.
Saat semua orang duduk melingkari meja kopi, Jenderal Li tiba-tiba memanggul piring guokui lagi, wajahnya penuh harapan memandangi hadirin: "Ini sisa terakhir hari ini. Aku sudah memodifikasinya sedikit berdasarkan resep jianbing ala keluarga kami dulu. Butuh waktu seharian mencoba-coba baru berani membuat versi ini. Coba kalian cicip enak atau tidak? Kalau yakin enak, nanti bisa kujadikan resep standar untuk jualan!"
Cheng Yun menelan air liur, bukan karena ngiler, tapi lebih karena merasa agak trauma dengan benda ini.
Ya ampun! Hari ini saja dia sudah melahap lebih dari sepuluh guokui!
Ia tak sengaja menyipitkan mata ke arah Yu Dian, mendapati gadis kecil itu juga samar-samar menunjukkan ketakutan. Tapi dia tak berani mengatakan apapun, hanya diam-diam menundukkan kepala menatap tajam beberapa guokui itu, tanpa menunjukkan perubahan ekspresi, juga tidak mengulurkan tangan...
Sebaliknya Yin Nuxia yang sudah makan guokui seharian seolah tidak pernah bosan, hingga kini masih penuh semangat bertanya pada Jenderal Li: "Maksudnya guokui ini adalah rasa baru?"
Sepertinya dia terlalu terbiasa dengan hari-hari menderita kelaparan, sehingga selama tingkat makanan lebih tinggi dari "roti kukus basi", dia bisa makan sebanyak apapun tanpa pernah merasa jenuh!
"Sama saja." Jenderal Li mengangguk, membeku sejenak lalu melanjutkan, "Tapi perubahan yang kubuat sangat sedikit, karena dasarnya sudah sangat lezat, jadi... kurasa seharusnya langsung meminjam dasar sebelumnya."
"Aku coba!" Yin Nuxia segera mengambil satu guokui, memasukkannya ke mulut lalu menggigit. Kruuk! Rasa renyah langsung menyebar.
Di bawah kulit guokui yang renyah tersembunyi isian yang lembut, memungkinkan bibir dan gigi merasakan secara bersamaan dua sensasi: kekokohan dan kelembutan. Namun dengan sedikit gigitan, kulitnya langsung retak berubah menjadi serpihan halus yang memenuhi rongga mulut, bersama isian yang gurih membentuk cita rasa uniknya.
Mata Yin Nuxia langsung berbinar!
Kemudian, Cheng Yan yang juga penyuka guokui dengan semangat tak berkurang mengambil sepotong guokui, menggigitnya lalu mengunyah perlahan.
Jenderal Li buru-buru bertanya: "Bagaimana keadaannya?"
Cheng Yan menelan isi mulutnya, membeku sejenak, baru memberikan komentar: "Rasanya sangat enak! Memang rasa asli guokui ini, tapi saat dimakan muncul sensasi baru. Perasaan ini tidak banyak, tapi sangat jelas, juga tidak bertentangan dengan rasa asli guokui, malah saling menyatu... Secara keseluruhan, rasanya tidak kalah dibandingkan cabang Hualian, dan jika nanti setelah terbiasa, atau bisa melakukan modifikasi lebih lanjut, mungkin bisa lebih enak dari cabang Hualian!"
Yin Nuxia terus mengangguk: "Iya iya, memang begitu, enak enak..."
Jenderal Li tak bisa menahan senyum bangga, seolah baru memenangkan pertempuran.
Cheng Yun mencoba bertanya dengan tatapan pada gadis kecil Yu Dian, tapi mendapati Yu Dian juga sedang mencuri pandang lemah ke arahnya, seolah sedang melakukan penyelidikan diam-diam.
Maka ia menarik sudut bibir, tetap mengambil sebuah guokui, berkomentar: "Roti dipadukan bubur juga enak, waktu kecil di rumah kita sering makan seperti ini..."
Gadis kecil Yu Dian melihatnya sudah mulai makan, pun mengulurkan tangan mengambil satu, dengan suara lemah menyantapnya bersama bubur.
Sementara Cheng Yan masih dengan ekspresi takjul berdiskusi dengan Jenderal Li tentang bagaimana caranya pertama kali membuat guokui bisa seenak ini...
"Kalau begitu, bukankah Li Jing besok sudah bisa buka?" Cheng Yun tiba-tiba berseru.
Mendengar itu, Jenderal Li tampak ragu: "Bagaimana kalau kita uji coba satu hari lagi? Menurutku rasa adonan saat ini belum cukup stabil. Lagipula aku sudah lama tidak membuat jianbing, apalagi jenis roti panggang seperti ini."
Cheng Yan langsung blak-blakan: "Berdasarkan pengalamanku, kamu sama sekali tidak perlu menunggu lagi, langsung saja buka. Karena manusia biasa tidak bisa merasakan perbedaan besar saat makan guokui, hanya ada dua standar penilaian: enak atau tidak enak. Kalau selisihnya cuma sedikit, mereka tidak akan bisa membedakan. Tidak percaya? Tanya Cheng Yun tentang guokui di Jalan Bei dengan yang di Hualian, mana yang lebih enak apa bedanya, pasti dia tidak tahu!"
"……" Cheng Yun merasa tersindir, "Kamu bisa saja bicara panjang lebar, tapi mana pernah bisa praktik? Bahkan tumis daging dengan paprika hijau saja tidak bisa…"
"……" Raut wajah Cheng Yan langsung membeku.
"Ngomong-ngomong, kenapa Yao Yao tidak ikut bersama kamu?"
"……" Sekali lagi raut wajah Cheng Yan membeku.
"Hmm?" Cheng Yun memandangnya dengan santai.
"Kamu sangat perhatian sama mantan adik iparmu ya?"
“Hmm! Aku cuma berpikir kalau dia datang, kita bisa punya satu orang lagi yang membantu mencicipi guokui... maksudku berbagi guokui. Bisa minta pendapat ekstra dari Li Jing.” Cheng Yun berkata, “Lagipula, makan sendirian tidak enak!”
“Ckckck...” Cheng Yan membuat ekspresi penuh kebencian, “Buruan aja, besok juga ketemu!”
“Oh!”
Cheng Yun mengangguk, meletakkan sendok, mengambil selembar tisu dan mengelap mulutnya: “Aku selesai! Mau tidur dulu di lantai atas, bangun nanti lari!”
Malam ini giliran jaga Yu Dian, dia bisa istirahat sebentar.
Kali ini tidur tanpa mimpi. Setelah memakai baju rapi, Cheng Yun langsung pergi lari bersama Yin Nuxia.
Sementara Jenderal Li tetap di kamarnya menonton film perang yang rilis dua bulan lalu berjudul The Founding of an Army. Saat Cheng Yun kembali, filmnya belum selesai.
"Jenderal Li menonton dengan penuh konsentrasi. Ia hampir menghafal setiap peran dalam film itu - baik sarjana yang penuh semangat muda, prajurit berketeguhan hati, maupun orang lain yang memiliki keyakinan, semuanya ia ingat dengan jelas. Menyaksikan orang-orang dalam film itu berjuang demi idealisme luhur, pasukan yang bertempur habis-habisan demi keyakinan, satu demi satu korban berjatuhan, untaian nyawa remaja yang penuh vitalitas digantung dan dibunuh, hatinya pun terasa tersentuh samar."
"Sampai Cheng Yun kembali ke kamar, adegan film terbekukan tepat saat pasukan Sang Proklamator dan Marsekal Zhu bertemu. Ini sudah merupakan bagian akhir dari film tersebut."
"Jenderal Li terus menonton sampai subtitle muncul. Baru kemudian ia memalingkan wajah ke Cheng Yun dan bertanya dengan terkejut, 'Ini akhirnya?'"
"Cheng Yun melihat sekilas layar film itu lalu menjawab, 'Hm, film ini memang berakhir di sini. Karena ini cuma rekaman video yang dibuat keturunan.'"
"'Lalu bagaimana dengan pasukan ini? Kisah dan perang mereka seolah baru saja dimulai.'"
Cheng Yun tersenyum pasrah, menjelaskan padanya: "Benar, sampai periode dalam movie ini, pertempuran mereka baru saja dimulai. Masih banyak kesulitan menanti di masa depan, tapi juga ada kejayaan tertinggi. Namun di zaman kita sekarang, perang mereka sudah lama berakhir."
"Hm? Bagaimana keadaan mereka sekarang?"
"Sekarang mereka adalah Tentara Pembebasan Rakyat kita. Dari dua orang terakhir itu, salah satunya adalah Sang Proklamator dinasti ini." kata Cheng Yun.
"Oh!" Jenderal Li terpaku.
Penjelasan ini seolah membuatnya memahami sebagian makna tersembunyi dari pemutaran movie tersebut.
Melalui rekaman video ini, ia tidak hanya memperdalam pemahaman tentang bentuk-bentuk perang di dunia ini, tapi juga mempelajari sejarah pendirian negara ini, memahami keyakinan yang dianutnya...
Sungguh dunia yang penuh keunikan tak terduga, sekaligus kerajaan yang membuat orang tergila-gila.
Jenderal Li segera menarik kembali pandangannya, seolah teringat sesuatu, bergumam pelan: "Jika ada kesempatan, aku benar-benar ingin menyaksikan perang di dunia kalian."
Mendengar itu, Cheng Yun terdiam sejenak.
