Cheng Yun duduk santai di resepsionis, sesekali menyaksikan Tang Qingying bermain game, hingga siang hari baru berhasil mengelola seluruh persiapan.
Gemuruh menggema dari sistem audio, kristal di layar meledak berantakan!
Tang Qingying melempar mouse ke meja: "Kalah lagi! Kenapa selalu dapat rekan se-tim brengsek!"
Cheng Yun asyik main ponsel tanpa mengangkat kepala, suaranya terdengar sangat membosankan: "Kalah terus nyalahin rekan tim itu salah, harus belajar cari penyebab dari diri sendiri."
"Gimana caranya?" Tang Qingying tertegun, "Aku sampai super dewa, tetap aja kalah karena dihancurkan tim!"
"Jumlah kill nggak ngejelasin apa-apa. Beberapa hero emang kemampuan panennya jago, bisa solo kill dapet kill, pas teamfight juga gampang rebut kill. Bahkan ada yang cuma perlu incar musuh buat dapet kill. Tapi selain ngumpulin kill, kontribusi mereka di bidang lain minim. Baik di teamfight maupun lane, malah suka rebut ekonomi orang. Akhirnya terjadilah situasi di mana statistikmu keren tapi kontribusi ke tim sebenarnya kecil..." Cheng Yun meliriknya, "Ngerti?"
"Maksudnya aku yang brengsek?" Tang Qingying cemberut.
"Salah paham." Cheng Yun menggeleng perlahan, "Aku lihat tadi permainanmu... Rekan setimmu, termasuk lawanmu, sama-sama brengsek."
“……”
"Candaan!" Cheng Yun menyeringai, "Tapi memaki rekan se-tim saat kalah memang tingkat rendah. Biasanya ahli sejati akan bertanya-tanya di mana letak kesalahan, misalnya kekeliruan dalam pertempuran tim di lokasi tertentu, timing serangan yang salah, atau ritme yang kacau di suatu titik. Bahkan jika benar-benar dikalahkan oleh satu orang, makiannya harus lebih spesifik agar tingkat kemampuan terlihat tinggi."
"Aku rasa pernah baca ucapanmu di suatu tempat." Tang Qingying memiringkan kepala sambil berpikir, tapi setelah lama tak juga ingat, akhirnya dibatalkan, "Kupikir aku sudah menemukan alasannya!"
"Oh? Apakah karena lawan bermain bagus atau tim kita payah?"
"Bukan keduanya. Aku menemukan alasan dari diriku sendiri!" Tang Qingying menarik lengan baju Cheng Yun dengan keras, sorot matanya penuh harap, "Alasannya adalah aku tidak mencari seorang Dewa untuk membimbingku, Kakak Ipar..."
Cheng Yun menghela napas pasrah: "Sudah lama aku tidak main game, juga tidak punya waktu."
Ekspresi Tang Qingying menunjukkan "Aku sudah melihat jelas semua, jangan coba membohongiku": "Tapi kau sudah duduk termenung di sini sepanjang pagi."
“Aku tadi pagi sedang merenungkan masalah, sampai-sampai pusing tujuh keliling. Lagipula satu hari kosong tak berarti setiap hari ada waktu luang. Benda ini kalau dimainkan akan menguras banyak waktu berharga saya...” Cheng Yun mengelus kepala gadis itu, “Dengar baik-baik, harus paham keadaan. Sekarang kakak iparmu ini harus cari nafkah untuk menghidupi keluarga. Di rumah masih ada Cheng Xiaoyan yang sedang kelaparan menunggu ku siapkan mas kawinnya...”
Tang Qingying memelas: “Tapi kan dulu kamu yang janji mau bantu aku naik rank. Demi ini aku latihan jadi support habis-habisan selama satu semester! Lihatlah betapa serunya kalau kita berdua jadi raja di jalur bawah! Oh ya, baru-baru ini ada dua hero baru, satu ADC bernama Xia, satunya support bernama Luo. Mereka sepasang...”
Sebelum Tang Qingying selesai bicara, Cheng Yan yang baru selesai mandi turun dari lantai atas langkah demi langkah. Sambil merapikan rambutnya yang baru dikeringkan, ia menatap Tang Qingying dan berkata datar: “Lanjutkan. Xia dan Luo sepasang, lalu?”
“……” Tang Qingying tiba-tiba merasa bersalah, berkata dengan suara lemah, “Jadi… skill kedua hero ini cocok banget, kalau main di jalur bawah bareng pasti jago…”
“……” Cheng Yan mendekat dengan ekspresi datar, langsung berdiri di belakang Cheng Yun, “Sudah hampir siang, masak belum?”
“……”
Cheng Yun berdiri dan berjalan ke luar.
Cheng Yan langsung duduk di kursi yang tadi ditempati kakaknya.
Baru beberapa langkah, Cheng Yun berbalik sambil berkata, “Kayaknya pangsit di kulkas sudah habis. Bagaimana kalau sore ini kita bikin pangsit? Kebetulan semua ada di rumah, sekalian bikin banyak!”
Cheng Yan melirik Tang Qingying di sampingnya——
Seperti diduga, Tang Qingying langsung bersemangat: “Ayo! Kami orang utara suka banget bikin pangsit!… Cuma aku belum pernah coba.”
Cheng Yan tetap tak beremosi: “Baik.”
Biasanya dia tidak ikut bikin pangsit karena hasilnya selalu mirip xiaolongbao. Tapi hari ini dia memutuskan untuk turun tangan dengan serius. Bukan sekadar membantu, tapi benar-benar mengerahkan seluruh keterampilannya.
“Kalau gitu aku duluan keluar beli kulit pangsit, sekalian beli daging dan sayur. Kalian mau isian apa?”
“Jamur shiitake campur babi.” Cheng Yan menjawab.
“Kubis.” Tang Qingying.
“Aku naik dulu tanya Yu Dian sama Nuxia, tapi kayaknya juga ga bakal dapet jawaban.” Cheng Yun menggelengkan kepala. Sifat Yu Dian memang terlalu tertutup, sementara Yin Nuxia di kehidupan sebelumnya sama sekali belum pernah makan pangsit.
……
Usai makan siang, matahari akhir September masih memancarkan sisa panas akhir musim panas. Pejalan kaki di luar relatif sepi.
Lewat pagi dan siang hari, Jenderal Li mungkin hanya bisa menunggu sampai senja atau malam. Karena orang yang nekat keluar di bawah terik matahari sore memang tidak banyak, apalagi kebanyakan bukan untuk mencari camilan. Akhirnya Jenderal Li hanya membuat beberapa guokui yang disimpan di rak besi lemari kecil sebagai persediaan, lalu masuk ke resepsionis dan ikut duduk melingkari meja kopi bersama yang lain. Tubuhnya yang besar mengambil tempat dua orang.
Cheng Yun segera membawa beberapa ember adonan pangsit turun, meletakkannya di meja kopi, lalu mencari tempat duduk sambil berkata: "Mulailah, bungkus semuanya dengan rapi ya!"
Tang Qingying langsung berseru gembira: "Mari kita bungkus pangsit!"
Cheng Yan di sebelah hanya meliriknya dengan santai.
Sementara Yin Nuxia duduk takjub di samping Yu Dian, menatap beberapa ember adonan pangsit dan tumpukan kulit pangsit di meja kopi, tiba-tiba matanya kosong saat memandangi yang lain, sama sekali tidak tahu harus berbuat apa.
Awalnya dia merasa canggung, karena mengira dirinyalah satu-satunya yang tidak bisa melakukan pekerjaan ini, bahkan si bodoh besar yang kikuk itu ternyata memiliki tangan yang lihai. Tepat saat dia serius merenung apakah dirinya terlalu tidak berguna, dia menyadari kenyataannya tidak demikian—
Meski Tang Qingying sudah mengambil selembar kulit pangsit dan sumpit, tak ada tindakan lanjutannya. Ia hanya diam-diam duduk seperti Yu Dian, tatapannya berkeliaran mengamati orang lain, tampaknya ingin mempelajari cara membungkus pangsit terlebih dahulu.
Cheng Yan terhisap dalam perenungan.
Pipi Nona Yu juga memerah.
Jenderal Li malah seolah sangat tertarik pada tumpukan kulit pangsit itu.
Cheng Yun menghela napas dengan pasrah, mengambil selembar kulit pangsit dan sepasang sumpit, berujar: "Yang belum bisa bungkus pangsit, tiru caraku! Hm, maksudku kalian berempat."
“Oh oh!”
"Ambil satu lembar kulit pangsit, hanya satu, letakkan di telapak tangan seperti ini... Kalian semua ikuti cara saya, jangan cuma menonton!" Cheng Yun merasa semua yang hadir adalah anak-anak bermasalah, contohnya gadis kecil Yu Dian yang sudah yatim piatu sejak kecil, Tang Qingying yang memberontak karena ayahnya menikahi ibu tiri, Yin Nuxia dan Jenderal Li tidak perlu dijelaskan lagi, sedangkan bisnis dapur keluarga Cheng pada dasarnya dimonopoli oleh Profesor An. Meskipun kemudian ada tambahan Cheng Yun, tapi Profesor Cheng dan Cheng Yan hampir tidak pernah memasak.
Jika tidak, orang normal sekalipun jarang masak, seharusnya tetap bisa membuat pangsit...
Karena berencana membuat banyak pangsit untuk persediaan, Cheng Yun menyiapkan beberapa jenis isian, total empat ember penuh. Masing-masing adalah babi jamur shiitake, babi sawi putih, dan babi kucai. Selain itu ada kombinasi sapi daun bawang yang jarang ditemui di selatan, dipelajari Cheng Yun dulu dari Tang Qingyan. Dia memperkirakan Yin Nuxia akan lebih menyukainya.
Terlihat sangat berwarna-warni.
Ketika beberapa orang akhirnya mulai menguasai skill ini, rasa harapan akan hasil kerja keras mereka pun membuncah. Proses membungkus pangsit menjadi semakin seru dengan sendirinya.
Aktivitas membungkus pangsit pada dasarnya adalah tradisi yang sarat kehangatan, memancarkan aroma khas rumah kita.
Layaknya keluarga kita yang berdesakan di dapur menyiapkan makanan rebus bumbu di malam tahun baru, atau bersama-sama menyalakan kembang api saat malam pergantian tahun—ini adalah ritual yang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang terdekat. Bahkan yang bukan keluarga pun terasa semakin akrab.
