Cheng Yun duduk di samping Yin Nuxia dan bertanya, "Kedinginan?"
"Nggak, badan aku sehat kok!" Yin Nuxia tetap asyik main game tanpa mengangkat kepala, "Nona Yu yang maksa kasih ini baju, aku nggak bisa nolak."
Mendengar Srikandi ini mengucapkan kalimat itu dengan nada kepasrahan, Cheng Yun tak bisa menahan senyum.
Yin Nuxia dan Jenderal Li sama sekali tidak memiliki pakaian musim gugur maupun dingin. Dari keduanya, Jenderal Li masih lumayan - postur tubuhnya yang kekar seperti seekor banteng membuat orang tidak akan merasa aneh meski ia berpakaian tipis di musim dingin. Paling-paling hanya akan berkomentar betapa kekarnya dia. Tapi untuk postur tubuh Yin Nuxia yang kecil, memakai baju tipis di cuaca dingin jelas tidak boleh. Harus beli baju baru. Jadi bila ada waktu, harus minta tolong gadis kecil Yu Dian mengajak Yin Nuxia beli dua potong baju tebal sekalian. Ini juga bisa jadi pengingat halus agar Yu Dian membeli baju baru untuk dirinya sendiri - gadis ini terlalu hemat! Mana ada perempuan tidak merawat diri sendiri?
Cheng Yun merenung sejenak, lalu kembali mengangkat payungnya pergi belanja sayur.
Saat ia kembali sambil membawa daging dan sayuran, sepertinya Jenderal Li masih terpaku di halaman yang sama. Keningnya berkerut kencang.
Dengan senyum, ia mendorong pintu masuk ke resepsionis, lalu memanggil Yin Nuxia untuk bersama-sama naik ke atas memasak.
Dan Jenderal Li akhirnya membalik ke halaman berikutnya.
Saat ini yang dia baca adalah bab pertama, yaitu "Bab Perencanaan Awal", juga dikenal sebagai "Bab Strategi", yang dianggap oleh buku sebagai langkah pertama dalam operasi militer.
Yang disebut "Bab Perencanaan Awal", kata "" berarti permulaan, sedangkan "" meskipun mengandung makna skema licik, juga memiliki arti kalkulasi dan estimasi. "Bab Perencanaan Awal" merujuk pada perencanaan strategis sebelum mengerahkan pasukan, dengan penekanan khusus pada persiapan matang sebelum pertempuran yang menentukan kemenangan atau kekalahan. Konten utamanya membandingkan berbagai kondisi kedua belah pihak yang bertikai, memprediksi proses perkembangan perang hingga hasil akhir, lalu menyusun rencana operasi dan tindakan penanggulangan, sekaligus memberikan dasar dan dukungan untuk operasi militer berikutnya.
Dalam tingkat tertentu, "Bab Perencanaan Awal" bisa dianggap sebagai kristalisasi brilian dan ringkasan mendalam dari pemikiran militer Sun Tzu yang luar biasa, maknanya sudah jelas tak perlu dijelaskan lagi.
Meskipun Jenderal Li bisa memahami makna harfiah setiap paragraf di sini, dengan anotasi untuk bagian yang tidak jelas, sebenarnya tingkat literasinya tidak terlalu tinggi—paling tidak jauh tertinggal dibanding Cheng Yun atau Cheng Yan. Namun ia mempelajari dengan kesungguhan yang luar biasa, bahkan jauh lebih mendalam daripada orang awam seperti Cheng Yan, seolah ingin langsung menghabiskan karya legendaris ini dalam sekali napas. Alhasil, kelelahan yang tak terelakkan pun menyergapnya.
Bahkan setiap paragraf harus dibacanya berulang kali, direnungkan lama, lalu dibayangkan berulang cara penerapannya, baru kemudian ia beralih ke bagian berikutnya.
Dengan cara ini, progresnya menjadi terlalu lambat.
Hanya bab "Perencanaan Awal" beserta anotasi dan studi kasus di bawahnya saja sudah cukup untuk dipelajarinya dalam waktu yang sangat lama. Sepertinya ia belum menyadari fakta ini.
Di lantai atas, Cheng Yun menyalakan kompor. Dengan api yang cukup kecil, ia meletakkan wajan untuk menghangatkannya terlebih dahulu.
Yin Nuxia memotong sayuran di sebelahnya sambil menunduk. Dia takut mantel luar Yu Dian terkena bau asap minyak, lalu melepas mantelnya dan hanya mengenakan baju lengan pendek kecil.
"Dor-dor-dor……"
Seiring dentingan golok bertabrakan dengan talenan, kentang di tangannya berubah menjadi serat halus yang teratur.
Dengan cepat dia menyelesaikan dua kentang, merendamnya dalam ember, lalu mengambil jamur shiitake yang sudah direndam air garam untuk dibersihkan. Gerakannya sudah sangat lihai.
Di sebelahnya, Cheng Yun menuangkan minyak. Saat suhu minyak cukup, dia mulai menggoreng jahe, bawang putih, dan cabai sambil berkata pada Yin Nuxia: "Suhu mulai turun. Tunggu cuaca cerah, minta Yu Dian mengajakmu beli dua potong baju yang lebih tebal untuk musim dingin."
Yin Nuxia tetap fokus membersihkan jamur, bergumam tanpa mengangkat kepala: "Aku sudah hafal jalan sekitar, bahkan menghafal nomor teleponmu. Aku bisa beli sendiri kok."
"Tidak boleh!" Cheng Yun menolak dengan tegas.
"Mengapa?" Yin Nuxia mengangkat kepalanya.
"Nomor ponselku berapa?"
"Dimulai dengan angka 1."
"Semua nomor ponsel di Tiongkok dimulai dengan angka 1!"
"173..." Bibir Yin Nuxia menganga lebar, tangannya berhenti bergerak, terhisap masuk ke dalam usaha mengingat yang intens, "173...1... Tidak benar, 173...23...23 berapa ya...Aduh ada masalah apa ini? Padahal tadi pagi masih hapal!"
"Sudah." Cheng Yun mengatupkan bibirnya.
"......" Yin Nuxia terkesan lesu dengan ekspresi memelas, "Sang Kepala Stasiun, aku cuma beraktivitas di sekitar sini tidak akan hilang, lagipula aku punya ponsel!"
"Maksudku, kali ini biarkan Yu Dian yang menemanimu beli baju, sekaligus kamu juga bantu memilihkan untuknya." Cheng Yun berhenti sejenak sebelum melanjutkan, "Lihatlah bajumu yang dia pakai itu, kemungkinan sudah sepuluh tahun umurnya tapi masih dipakai! Anak perempuan seharusnya terlihat lebih cantik itu bagus!"
“Ah? Sepuluh tahun? Kualitas baju di dunia kalian sebaik ini?” Yin Nuxia tertegun sebentar, lalu mengedipkan matanya dua kali, “Lagipula... baju itu masih bagus, tidak rusak, ngapain harus beli yang baru?”
“Sudah sangat usang.”
“Kalau usang harus diganti baru? Padahal masih bisa dipakai...” gumam Yin Nuxia penuh kebingungan. Di dunia mereka, baju selama belum keluar benang, masih disebut baju baru. Selama tidak rusak, tetap dianggap bagus. Bahkan orang biasa pun jika bajunya sudah bolong, berat hati membuangnya. Mereka akan menambal satu per satu, lalu diwariskan: Ayah pakai untuk anak laki-laki, kakak laki-laki berikan ke adik. Demikian terus diwariskan turun-temurun, sampai benar-benar tak bisa ditambal lagi, baru dilempar.
“...Baju kan tidak mahal.” Cheng Yun merasa kewalahan. Ia tak bisa menjelaskan apa itu seragam sekolah kepada Yin Nuxia, juga tak mampu mengubah pola pikirnya secara instan.
“Baiklah.” Meski Yin Nuxia tak paham cara berpikir manusia planet, ia tetap memilih menghormati pendapat Sang Kepala Stasiun——walau tak cerdas, ia ahli menerima nasihat!
“Patuh!” Cheng Yun mengusap kepala perempuan itu.
“Jangan usap kepala!” Yin Nuxia langsung berteriak dengan aura mengintimidasi, “Nanti tumbuhnya terhambat!”
“Hah!” Cheng Yun nyaris tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan itu, “Kau sudah tiga puluhan tahun, masih mau tumbuh tinggi?”
“Segalanya mungkin!” jawab Yin Nuxia dengan serius.
“Tapi kau sudah lebih tinggi dari ayahmu, hampir menyamai pamannya! Mana mungkin masih tumbuh!”
“Siapa bilang...Eh?” Yin Nuxia tiba-tiba tertegun, menoleh ke arah Cheng Yun dengan sorot mata penuh keraguan, “Darimana kau tahu aku lebih tinggi dari ayah dan hampir sama dengan pamanku?”
"Selesai bicara, dia kembali menggaruk-garuk kepalanya dengan punggung tangan, ragu-ragu berkata, "Apa mungkin suatu waktu aku pernah memberitahumu, tapi aku lupa? Tapi tak mungkin, buat apa aku ceritakan tinggi ayahku padamu tanpa alasan?"
"Ehm…" Cheng Yun ragu, matanya melirik ke samping, cepat-cepat mengambil beberapa potong dada ayam dan meletakkannya di depannya, "Ayo, potong daging ini jadi kubus sebesar ibu jari, nanti akan kugunakan."
"Tapi kau belum menjawab pertanyaanku tadi…"
"Kung Pao Chicken belum pernah kau coba kan?"
"…Belum! Apa itu Kung Pao Chicken?"
"Enak banget!"
"Be-benarkah…"
"Akan kumasak untukmu!"
"Bagus!"
"Kalau gitu cepat potong!"
"Oh!"
Yin Nuxia langsung mulai memotong daging dengan semangat.
Pisau dapur yang dulu dibeli Profesor An dengan "biaya besar" itu bergerak cepat di tangannya, bagai senjata sakti. Dan ia pun berhasil melupakan semua pertanyaan yang muncul tadi.
