"Cheng Yun, kapan mau nemenin gue beli baju?" Cheng Yan menatap Cheng Yun tak beremosi setelah membeli perlengkapan barbekyu.
"Hmm..." Cheng Yun langsung tertegun.
"Lo sore ini kan kosong, lagipula cuacanya lumayan!" Cheng Yan melanjutkan.
"Hmm... A-Aku nggak jago miliin baju cewek sih!"
"Gapapa!" Ekspresi Cheng Yan tetap datar, "Lo cuma perlu nemenin bayarin, gue nggak akan minta pendapat! Kalo ada kursi di toko, lo bisa duduk-duduk santai di sudut yang biasanya rame cowok."
"Sembarangan banget sih..."
"Ikut atau enggak?!" Mata Cheng Yan berubah dingin.
Saat itu Tang Qingying sudah menyelesaikan satu ronde permainan, buru-buru mengangkat kepala melihat mereka berdua: "Cheng Yan, kamu mau beli baju bersama kakak ipar?"
"Dia yang ikut aku beli baju!" Cheng Yan membetulkan, lalu mengerutkan kening ke arah Tang Qingying, "Lagi-lagi mau cari masalah apa?"
"Maksudku cuma mau kalian belanjanya malam aja!" Tang Qingying melambaikan tangan, menarik-narik mantel luarnya, "Kebetulan aku juga perlu beli dua mantel. Tidak baik selalu memakai baju Cheng Yan."
"Kau mau ikut kami?" Alis Cheng Yan berkerut halus.
"Iya dong!"
"Tidak perlu. Pakai saja bajuku, aku tidak jijik."
"Tidak boleh! Hati nuraniku tidak tenang. Aku merasa berutang budi besar padamu."
"Teman baik tidak perlu menghitung-hitung ini."
"Hmm... Tapi aku perlu baju ganti. Sudah beberapa hari aku pakai baju ini."
"Nanti aku pinjamkan lagi yang lain."
“Tidak boleh! Aku tetap harus pergi beli baju!”
“Kalau begitu lain kali kamu beli sendiri saja.” Cheng Yan berkata datar, “Malam ini kakak iparmu harus jaga shift, kita hanya bisa jalan-jalan sore.”
“Hmm…” Tang Qingying langsung tersedak.
Di saat itu, gadis kecil Yu Dian dengan baik hati bersuara: “Tidak apa-apa, sebenarnya aku bisa...”
Tapi sebelum kalimatnya selesai, Cheng Yan kembali memotong——
“Tidak boleh! Sinar malam ada perbedaan warna, tidak cocok untuk beli baju.”
“Hmm…” Tang Qingying terhisap masuk ke dalam kesunyian.
Di saat itu Cheng Yun di sebelah batuk dua kali, berkata: “Bagaimana kalian berdua pergi jalan-jalan bersama?”
Begitu ucapannya meluncur, kedua gadis itu langsung menoleh memandangnya.
Di bawah pandangan keduanya, Cheng Yun entah mengapa merasa agak malu. Ia batuk dua kali lagi untuk menutupi kecemasannya, mempertahankan harga diri sebagai kakak dan kakak ipar. "Kalian berdebat lama tapi tak ada hasil. Ini solusi terbaik. Kebetulan kalian sama-sama perempuan, bisa saling memberi referensi saat memilih baju. Kalau aku ikut, cuma jadi dompet berjalan berbentuk manusia."
Keduanya seolah tak mendengar, namun setelah ia selesai bicara, suasana pun hening.
Lama kemudian, Cheng Yan mengangkat kepala dengan tenang. "Kalau begitu, aku dan dia yang belanja malam ini. Kau jaga resepsionis."
Suara lemah Tang Qingying terdengar, "Cahaya malam menyebabkan perbedaan warna..."
"...!" Cheng Yan diam sejenak. "Kalau begitu kita belanja sore ini. Cheng Yun tetap di sini membantumu menjaga resepsionis."
Baru saja selesai bicara, matanya menatap Yu Dian yang hendak berbicara. "Kak Yu Dian, jangan ikut campur!"
Tang Qingying memonyongkan bibir: "Kamu memang tidak mau mengizinkan kakak ipar pergi jalan-jatan bersamaku!"
"Iya!"
"...Kau bahkan berani mengakuinya."
"Dia sudah jadi mantan kakak ipar, tapi kamu masih semangat mengikuti dari belakang sambil terus memanggil kakak ipar, tidak tahu malu!" Cheng Yan membalikkan mata, "Pokoknya kamu ikut atau tidak! Kalau mau, kita berangkat sekarang!"
Tang Qingying terdiam sejenak, lalu mengangkat kepala dengan wajah dipaksakan: "Meskipun tidak ada kakak ipar yang menemani jadi kurang seru, tapi karena tadi kamu sudah janji mau kirim bingkai merah 520 untukku saat Festival Pertengahan Musim Gugur, aku terpaksa berbaik hati menemanimu beli baju deh."
"Dasar sok! Seolah-olah kamu sendiri tidak beli!"
"Hmm..."
"Kalau gitu kita berangkat ya!"
"Tapi aku baru saja mulai pilih hero nih!"
"......" Cheng Yan duduk dengan dingin di sampingnya menatap tajam ke arahnya.
“Baiklah baiklah, aku mundur!” Tang Qingying dengan wajah memelas mematikan komputer, seolah Cheng Yan sedang mengganggunya. Tapi setelah keluar dari resepsionis, langkahnya segera menjadi ringan dan ceria.
Gadis ini mengenakan celana jeans biru tua yang ketat, mantel luar jeans Cheng Yan di bagian atas, dengan kaos oblong bergaya jalanan di dalamnya. Sepatu kanvas hitam putihnya menginjak lantai sambil tubuhnya melompat-lompat, memancarkan aura gadis kecil tetangga yang bersemangat.
Cheng Yan diam-diam mendekat, menyodorkan ponselnya ke depan Cheng Yun. Di layar terbuka dengan jelas terpampang kode QR pembayaran lengkap dengan nominal yang sudah diisi.
“Duit! Lebih dikembalikan, kurang ditambah!” ujarnya cepat dan bersih.
“……”
Cheng Yun mengeluarkan ponsel dan melakukan scan.
Baru setelah melihat punggung berdua itu menghilang, Cheng Yun merasa lega. Ia masuk ke area resepsionis dan duduk bersandar di kursi, seluruh tubuhnya terasa ringan seolah suara bising di telinga berkurang.
Tiba-tiba, ia merasakan ada yang sedang meremas bahunya.
“Hm?” Cheng Yun mengira Tang Qingying kembali, saat membuka matanya justru melihat Yin Nuxia sedang menatapnya dengan senyum bodoh.
Melihat ia membuka mata, Yin Nuxia buru-buru berkata: “Sang Kepala Stasiun, itu… aku mau tanya, aplikasi obrolan yang sering mereka mainkan itu apa sih? Yang pakai ponsel itu! Keren banget! Bisa mengajari aku tidak, hehe……”
“……” Cheng Yun merasa kesal, kau ini Srikandi ternama, jangan terlalu merendah begitu dong!
Menghela napas, ia duduk tegak: “Harus bisa mengetik dulu! Aku ajari pakai input tulisan tangan saja, akan kuajukan permohonan nomor QQ untukmu.”
“Aku sudah punya nomornya, Teman sekelas Yao Yao yang mengurus.”
“Oh iya, kau sudah main Kejayaan Raja.”
“Apa?!”
“Tidak ada.”
Cheng Yun kembali menghela napas, hatinya terasa sangat lelah.
……
Malam hari, Tang Qingying masih enggan meninggalkan hotel. Dengan sikap yang diterima begitu saja, ia tinggal bersama Cheng Yan.
Kamar mandi suite berada di dalam kamar tidur. Meski Tang Qingying tidur di sofa, ia harus masuk ke kamar Cheng Yan untuk mandi.
Saat dia mandi, Cheng Yan berbaring tengkurap di ranjang sambil membaca buku, menggunakan bantal kelinci yang dibawa dari rumah kita sebagai alas dada agar lebih nyaman.
Tak lama kemudian, dia selesai mandi dan keluar. Saat itu dia telah mengenakan baju baru yang baru dibeli hari ini — bagian atas mengenakan sweater putih salju, sementara bagian bawah memakai rok pendek hitam. Tabrakan warna hitam putih ini sangat menarik perhatian. Dan cuaca saat ini belum cukup dingin untuk memakai celana ketat, maka dia membiarkan kedua kaki panjangnya yang putih bersinar telanjang, menginjak sandal lembut, seolah-olah sengaja memamerkan kakinya.
Dari penglihatan tepi, Cheng Yan langsung mengerutkan kening: "Baju baru kenapa langsung dipakai?"
"Mau lihat efeknya dong!"
"Bukannya siang tadi sudah dilihat?"
"Tak ada cara, beli baju baru ya tak tahan ingin langsung dipakai..."
“Apa kamu mau turun ke bawah lagi?”
“Hmm, nggak, nggak, sama sekali nggak!” Tang Qingying buru-buru membantah, “Ngapain turun, udah malem begini!”
“Jadi malam ini kamu mau tidur pakai rok pendek ini?”
“Aku... cuma mau pake buat narsis bentar, nanti juga aku lepas kok!” Tang Qingying berusaha menjelaskan.
“Narsis bentar... Ckck!” Cheng Yan melirik kakinya yang jenjang, menggelengkan kepala halus sambil berpikir kaki sendiri lebih bagus.
“Hmm.” Tang Qingying juga melirik dadanya, menggelengkan kepala samar sebagai balas budi.
“......” Cheng Yan mulai tidak suka, “Maksudmu apa? Payudara besar jagoan ya?”
“Nggak, nggak, bukan begitu maksudku!” Tang Qingying cepat-cepat melambaikan tangan. Dia sudah tahu Cheng Yan rajin ke gym, jago tinju, gulat, plus Brazilian Jiu-Jitsu - alhasil dia harus ekstra hati-hati.
“Lalu kamu melihat ke mana!” Cheng Yan melanjutkan.
“Aku hanya……” Tang Qingying buru-buru mencari alasan, tiba-tiba melihat bantal kelinci yang diletakkannya di dada, “Aku hanya merasa bantal kelincimu itu lumayan bagus, hm, benar-benar imut, meskipun terlihat bodoh dan kampungan, tapi sangat imut dan konyol, pantaskah untukmu...”
“……”
“Kutebak... hadiah dari pacar SMA-mu?”
“Hmph!”
“Sepertinya benar!” Tang Qingying berpura-pura berpengalaman, “Seperti cantikmu, setiap ulang tahun atau hari Valentine, pasti menerima banyak hadiah kan?”
“Hmph!”
“Hah! Kamar ini hampir tidak ada barang bawaanmu sendiri, semuanya fasilitas hotel. Mungkinkah bantal ini hadiah dari pacar kecil masa SMA-mu?” Tang Qingying memanfaatkan ketajaman observasinya sekaligus memprovokasi Cheng Yan.
“Hmph!”
“Salah tebak? Atau benar?”
“Ini dibeli kakak ipar untukku.”
“Hah！”
