“Ngomong-ngomong!”
Cheng Yun tiba-tiba mengangkat kepala dan menatap lurus ke Komandan Wang dari Salju, bertanya: "Anaknya... yang itu ada masalah apa? Sepertinya agak aneh."
Setelah jeda sebentar, dia menambahkan: "Kali ini jangan coba-coba mengalihkan pembicaraan!"
Komandan Wang dari Salju menyambut pandangannya, diam cukup lama, lalu menunjukkan senyum kecut: "Lagian juga kita akan pergi ke dunia lain, membiarkannya di dunia giok hanya akan memalukan. Kalau sudah besar malah bisa jadi bencana, mending kubawa keluar dan kubuang saja!"
Cheng Yun: "..."
Dalam hati, dia menduga sang komandan pasti menyembunyikan sesuatu, jadi memilih tidak bertanya lagi.
Lagipula gue punya fungsi spesial!
Beberapa saat kemudian, percakapan berakhir.
Komandan Wang dari Salju naik ke lantai atas dalam kebingungan. Kesempatan untuk menyampaikan tujuan turunnya belum sempat digunakan, pembicaraan sudah dialihkan oleh Tuhan Ruang-Waktu yang baru lahir. Ini membuatnya merasa frustasi.
Turun khusus... cuma untuk curhat!!
“Ah.”
Komandan Raja Salju tak bisa menahan desahan halus.
Ia melihat Cheng Yun masih belum memahami tujuan turunnya, namun sengaja tidak menjelaskan langsung. Sebab hal itu justru akan membuatnya terlihat terlalu bernafsu dan berpotensi memicu kecurigaan serta keberatan Sang Penguasa Ruang-Waktu yang baru lahir ini.
Setelah dipikir-pikir, ia menyadari dirinya memang terlalu tergesa-gesa. Pertemuan ini baru hari pertama!
"Mungkin ini karena keinginanku yang terlalu kuat untuk menyingkirkan benda memalukan itu, sampai-sampai tak bisa menjaga ketenangan," bisik Komandan Raja Salju dalam hati. Sambil menyilangkan tangan di dada, ia memutuskan untuk merancang strategi jangka panjang. Setidaknya perlu membangun kepercayaan dulu dengan Sang Penguasa baru, baru kemudian secara bertahap membimbingnya menapaki jalan yang benar menuju takhta.
Dan Cheng Yun tetap duduk di resepsionis menyangga rahang bawah, separuh memejamkan mata sambil mengantuk. Ia sangat ingin memulihkan tenaga, karena ia menduga malam ini mungkin tubuhnya akan terkuras habis lagi.
Waktu berlahan-lahan bergulir...
Tiba-tiba, ponsel Cheng Yun bergetar, layar menyala menampilkan pesan QQ baru.
Awalnya Cheng Yun tak ingin menghiraukan, tetapi beberapa pesan beruntun masuk membuat ponselnya terus berdengung. Akhirnya ia membuka mata perlahan, dan menemukan bahwa pengirimnya adalah Yin Nuxia.
"Hm?"
Mengapa Yin Nuxia tiba-tiba mengirim pesan?
Lebih dari sebulan lalu ia mengajari Yin Nuxia menggunakan QQ dan WeChat. Memang ada masa di mana Yin Nuxia merasa sangat antusias, setiap hari bersemangat mengajak orang mengobrol meski hanya terpisah dua meter, lebih memilih SMS daripada berbicara langsung. Tapi seharusnya sekarang rasa penasarannya sudah hilang! Lagipula akhir-akhir ini Yin Nuxia sudah jarang mengirim pesan mengganggu ke semua orang tanpa alasan.
Cheng Yun membuka pesan dengan perasaan keraguan——
“Kepala stasiun, aku sangat takut!”
“Aku mati ketakutan!”
“Film hantu sampah macam apa ini!!!”
“Aku tidak bisa tidur...”
“Mereka semua sudah tidur, tinggal aku sendiri!”
“Sebentar lagi pukul dua belas, apakah ada anak kecil berbaring di bawah tempat tidurku, Kepala stasiun hiks hiks hiks...”
Cheng Yun tertegun: “Sudah pukul dua belas ternyata?”
Ia buru-buru melihat jam tangannya, dan ternyata memang terbukti benar.
“Tidak benar, ini bukan fokus utamanya.” Cheng Yun menarik sudut bibirnya, menatap Yin Nuxia yang masih terus mengirim pesan. Meski interval setiap pesan cukup lama, tapi dia benar-benar terus mengirim. Akhirnya Cheng Yun tak bisa menahan diri memegang ponselnya dan terhisap dalam perenungan...
Lama kemudian, ia meletakkan ponsel dan beralih mengetik lewat komputer: “Kamu pakai pinyin atau tulisan tangan?”
Setelah beberapa saat, Yin Nuxia membalas: “Aku bicara padanya dan otomatis jadi tulisan, diajarkan gadis Yu. Aku belum belajar pinyin, nulis tangan juga sering tidak dikenali, bodoh banget.”
“Tulisanmu terlalu jelek.”
“Ah! Ah! Ah! Jangan omong kosong, apa yang harus kulakukan Kepala Stasiun! Aku merasa anak kecil itu hampir datang!”
“Kau bicara tidak takut mengganggu orang tidur?”
“Suaraku pelan, dan kuselimuti dengan selimut. Ah! Ah! Ah! Kepala Stasiun cepat bantu aku!”
“Baru selesai melihat sampai sekarang? Kok semalem banget?”
“Soalnya sebelumnya mereka sempat menceritakan kisah hanti...”
Melihat waktu semakin mendekati pukul dua belas, bibir Cheng Yun kembali mengangkat senyum, membalas: “Bukankah input suara cepat? Kenapa kau baru balas pesan tiap dua menit?”
“Dia bodoh sekali, sering salah dengar!”
“Kau perbaiki saja kata yang salah itu.”
“Tidak bisa memperbaiki.”
“Hmm, sudah pukul dua belas.” Cheng Yun melirik waktu di pojok kanan bawah layar komputer, tersenyum nakal membalas, "Kau harus berhati-hati, pukul dua belas adalah saat pintu hantu terbuka lebar. Sekarang orang lain sudah tertidur, di dalam kamar sama saja hanya ada kau seorang. Saat bertemu hantu, kau tak bisa bergerak maupun membangunkan orang lain."
“Aaaaaa Kepala Stasiun kau juga bilang begitu, ini berakhir... berakhir...”
Cheng Yun yang duduk di resepsionis hampir terbahak-bahak, menunggu dua menit baru membalas: "Mengapa kau tidak membalas pesanku, jangan-jangan benar-benar ketemu hantu?"
“Aku sudah balas!”
“？？”
“Kepala Stasiun tak bisa menerima pesanku lagi?”
“Srikandi? Srikandi masih ada?”
“Aku di sini! Kepala Stasiun cepat pulihkan sinyal! Saya hampir mati ketakutan! Tak berani membuka selimut!”
“Srikandi, kau bisa terima?”
Cheng Yun duduk sendirian di resepsionis tertawa bodoh...
Tiba-tiba, dari pintu tangga terdengar dentang langkah kaki muram, Cheng Yun menoleh melihat—langsung membeku—
Apa yang ia lihat... sebuah bayangan!
Yin Nuxia yang biasanya gagah perkasa ini ternyata mengenakan piyama imut dan tanpa alas kaki turun berlarian!
Wajahnya dipenuhi ketakutan, dengan kecepatan maksimal, hampir sekejap mata dia sudah berpindah dari pintu tangga ke depan Cheng Yun. Sambil berlari dia terus berteriak: "Kepala Stasiun, aku turun menemani Bapak! Aku takut sekali! Aku merasa ada hantu di lantai atas! Apalagi... koridor gedungnya juga seram banget!"
Cheng Yun tertegun memandang Yin Nuxia dalam kondisi ini. Senyum konyolnya secara perlahan membeku di wajah.
Yin Nuxia terengah-engah, wajahnya agak memucat. Beberapa helai rambut basah oleh keringat menempel di pipinya - mungkin karena terlalu lama bersembunyi di bawah selimut. Matanya menatap Cheng Yun bak melihat juru selamat.
"Emm..." Cheng Yun menarik sudut bibirnya kaku.
"Kepala Stasiun..." Tiba-tiba nada bicara Yin Nuxia seperti anak kecil, "Entah kenapa... aku agak takut..."
"Cuma agak takut?"
"Hm~~ Sedikit demi sedikit lebih."
“Apa yang kau takuti? Bukankah kau seorang Srikandi? Mengembara sendirian di dunia persilatan, tidur di bawah langit, berani menginap di rumah-rumah reyot dan kuil bobrok di pegunungan. Bahkan saat membunuh bak memotong rumput tak pernah takut arwah korban membuntutimu. Sudah mendengar banyak legenda mistis pun tak gentar, kenapa tiba-tiba jadi pengecut begini?”
“Dulu aku belum pernah nonton film hantu! Tak kusangka hantu bisa seperti ini. Arwah yang kudengar selama ini bisa dibunuh dengan golok...” Yin Nuxia tiba-tiba tertegun, menatap tajam Cheng Yun, “Tunggu, Kepala Stasiun, maksudmu tadi... orang-orang yang kubunuh mungkin berubah jadi hantu dan mencariku?!”
“Tidak mungkin. Mereka tidak punya Kendi Transportasi Dimensi 'Kelas Kosong', mana mungkin bisa mengikutimu ke sini!”
“Benar juga...” Yin Nuxia menghela napas lega.
“Kecuali si pria kulit hitam itu...”
“……”Yin Nuxia menelan ludah keras, matanya penuh panik, “Pria kulit hitam itu pasti sudah dipenggal, dia... dia tidak akan datang mencariku kan?! Bukan aku yang membunuhnya! Lagipula... lagipula kulitnya hitam legam, kalau datang mengganggu di malam hari aku tak bisa melihatnya…”
“Tenang saja! Di dunia kita ini tidak ada hantu, dunia kita sama sekali tidak memenuhi syarat untuk melahirkan hantu!”
“Omong kosong! Di film hantu sudah diperlihatkan!” Ekspresi Yin Nuxia seperti berkata "jangan membohongi saya di momen kritis ini", ingin menangis tapi tak punya air mata, “Di gedung itu benar-benar ada hantu!”
“Hantu seperti apa?” Cheng Yun benar-benar tidak paham bagaimana seorang srikandi bisa ketakutan seperti ini setelah menonton film horor, mungkinkah di dunianya tidak ada legenda hantu semacam ini? Jadi dia tidak punya antibodi? Atau mungkin hantu zaman sekarang sudah bermutasi parah, teknologi film horor terlalu canggih, menggilas konsepsinya?
“Aku melihat ada hantu!” Kata Yin Nuxia.
“Coba jelaskan detailnya.” Cheng Yun menguap, menyangga rahang bawah sambil menatapnya.
"Ah, Kepala Stasiun, bisakah kamu serius sedikit! Aku bicara serius, aku sampai panik!" kata Yin Nuxia dengan tatapan tajam.
"Baik." Cheng Yun mengangguk sambil menyangga rahang bawahnya, berkata dengan malas.
Yin Nuxia pasrah, terpaksa melanjutkan: "Yakni... tirai jendela di luar terus bergerak."
"Jendelanya tidak ditutup kan."
"Di luar ada angin yin berhembus! Ada gadis kecil bilang kalau hantu datang pasti begini!"
"Oh, prakiraan cuaca bilang besok akan hujan, angin malam hari itu wajar."
"Ranjang kadang berbunyi ciiiit ciiiit!"
"Yu Dian sedang berguling kali, dulu tidak pernah dengar suara ini?"
"Tidak... tidak kusadari." Suara Yin Nuxia terdengar mengenaskan, "Ada lagi, dari lantai bawah terdengar suara aneh, seperti orang sedang membaca mantra iblis."
"Benarkah?" Tiba-tiba Cheng Yun berwajah serius.
"Tentu saja, aku... kapan pernah aku menipu Kepala Stasiun! Lihat ekspresimu sudah berubah, ternyata memang ada hantu kan!" Yin Nuxia juga kaget melihat keseriusannya, wajahnya pucat.
"Suaranya sebesar apa?"
"Cukup... cukup keras! Pokoknya aku bisa dengar!"
"Oke, besok akan kusuruh dia lebih berhati-hati." Cheng Yun tahu pendengaran Yin Nuxia sangat tajam.
"Hah?"
"Intinya, hotel ini mustahil ada hantu. Lagipula ini wilayahku, hantu tak berani mendekat. Bahkan jika Kayako berbaring di bawah ranjangmu, kan kau tidur di ranjang atas!" Cheng Yun sambil meraba kepala Yin Nuxia melanjutkan, "Kembali tidur yang baik. Tutup matamu, tenangkan hati. Tunggu sampai formasi ajaib Tua Master Hukum berefek, kau akan langsung tertidur."
"Tapi pesanku tidak terkirim, jelas ada hantu..." Yin Nuxia bersikeras.
"Aku hanya menipumu." Cheng Yun menunjukkan ponselnya, "Sengaja kutakuti. Tak kira kau mudah sekali ketakutan."
“Kamu... Bagaimana bisa kamu melakukan ini!!” Yin Nuxia melihat ponsel, wajahnya langsung menggembung seperti genderang, “Sang Kepala Stasiun, aku... Aku akan bertarung denganmu!”
“Cepat mandi cuci kaki lalu tidur.”
“Aku masih takut...”
“……”
Cheng Yun berpikir, jangan-jangan malam ini kau mau tidur bersamaku?
Sesaat kemudian, Yin Nuxia sudah duduk di sofa sambil memeluk lutut, posturnya persis gadis remaja yang baru dikasari.
Pakaiannya juga tidak bisa disebut piyama, meski memang sering dipakainya untuk tidur. Cheng Yun sudah melihatnya berkali-kali. Sebuah celana pendek super merah muda berbahan katun yang longgar, dan kaos oblong usang Yu Dian yang warnanya sudah memudar dari putih aslinya setelah bertahun-tahun dipakai. Di bagian pinggang terdapat sobekan kecil yang memperlihatkan kilasan kulit pucat. Singkatnya, pakaian ini memang nyaman untuk tidur.
"Saat itu dia menunjukkan kedua kaki putih mulus yang mengkerut di sofa, jari-jari kaki mungilnya sangat menggemaskan, lengannya juga putih bersih, proporsi tubuhnya bisa dibilang sempurna, hanya agak mini. Di saat yang sama, garis otot yang jelas terlihat di lengan dan pahanya, menunjukkan keindahan garis tubuh seperti orang yang rutin berolahraga, membuat orang tidak berani meremehkannya."
"Dia menatap Cheng Yun tanpa berkedip, sambil diam-diam menunggu waktu berlalu, tidak berani menyipitkan matanya."
"Apa kamu tidak kedinginan?"
"Tidak dingin." Yin Nuxia buru-buru menggelengkan kepala.
Cheng Yun yang mengenakan jaket bulu angsa menggelengkan kepala, lalu berkata: "Tidak mungkin kamu terus berada di sini kan? Aku sebentar lagi pulang kantor, nanti kamu bagaimana?"
"Huu..."
"Lalu bagaimana caranya agar kamu tidak takut?"
"Kalau begitu... kalau begitu Kepala Stasiun mengembalikan golok kesayanganku! Biasanya aku tidur sambil memeluk golok berharganya, dengan memeluk golok aku tidak akan takut!" Yin Nuxia mengedipkan matanya sambil menatapnya.
"Hanya bisa begini." Cheng Yun menghela napas, "Tapi jangan sampai kamu menakuti orang lain ya."
"Mengerti."
Cheng Yun mengembalikan goloknya dan mengantarnya sampai ke pintu kamar, baru turun untuk bertugas sebentar. Setelah itu ia menutup pintu dan mematikan peralatan, lalu naik ke atas.
