"Diiing... krak!"
Cheng Yun mendorong pintu, mengusap matanya, lalu masuk ke dalam kamar.
Tiba-tiba ia tertegun, matanya menyapu sekilas seluruh ruang tamu.
"Hm?"
Ia ingat seharusnya ada makhluk kecil di kamarnya, tapi kenapa tidak terlihat?
Tidak ada di meja kopi, tidak juga di sofa.
Di kabinet TV maupun kursi pun kosong.
Bulu makhluk kecil itu sebagian besar putih bersih, meski ada sedikit abu-abu. Seharusnya mudah dikenali, di manapun ia berbaring pasti langsung terlihat!
Dengan keraguan, Cheng Yun masuk ke kamar, melepas jaket bulu angsa dan melemparkannya ke sofa. Ia membungkuk memeriksa kolong meja dan sofa - tetap kosong!
Jangan-jangan kabur?
Raut wajak Cheng Yun tampak serius.
Jika benar-benar kabir, itu pasti akan menjadi masalah besar.
Ini bukan sekadar pertanyaan bisa atau tidak memberikan jawaban kepada Komandan Raja Salju! Pertama, makhluk kecil itu sangat manis dan penakut, tidak aneh jika ada yang mengira dia kucing ras lalu menculiknya untuk dijual. Kedua, makhluk itu adalah keturunan Raja Salju yang masih balita, siapa yang tahu kemampuan apa yang dimilikinya? Jika kabir dan menyebabkan bencana besar, apa kita harus memanggil Paman Polisi untuk membereskan kekacauannya?
"Hei anak muda?" Cheng Yun memanggil dengan nada menyelidik.
Tiba-tiba, tirai jendela di sudut ruang bergerak. Seekor makhluk berbulu putih menjulurkan kepalanya yang mungil. Wajahnya bahkan lebih cantik dari kucing ras Ragdoll, dengan pola abu-abu terdistorsi di dahinya yang sangat khas.
Cheng Yun menghela napas lega: "Kukira kau hilang. Untung tidak, kalau tidak di malam begini aku harus mencarimu."
"Benda kecil itu tiba-tiba menyembunyikan kepalanya kembali, tirai tebal segera menutupinya. Hanya dengan melihat teliti baru terlihat cakar kaki kecilnya yang putih salju. Mungkin tempat dengan sudut dan penghalang seperti ini memberi rasa aman ekstra baginya."
Cheng Yun mengerutkan kening bertanya, "Kau berencana tidur di sudut itu semalam?"
Benda kecil itu semakin mengkerut ke dalam, seolah enggan keluar.
"Meskipun ada karpet di lantai, malam hari tetap lumayan dingin, terutama menjelang subuh. Aku akan ambilkan selimut bulu untuk alasmu. Sebenarnya lebih kuharap kau mau tidur di sofa, nanti akan kubelikan tempat tidur khusus." Cheng Yun memahami betul karakter pemalu dan keasingan yang membuatnya gelisah di lingkungan baru, "Tapi beberapa hari ini silakan pilih tempat tidurmu, yang penting pakai alas selimut."
Benda kecil itu menaruh kepalanya di permukaan tanah, mengintipnya dengan sebelah mata melalui celah antara tirai dan lantai, terlihat sangat gelisah.
"Sudah sampai di sini jangan takut, aku tidak begitu menyimpang. Untuk benda sekecil kamu, meski cuma tersasar ke tempatku, akan kujamu dengan makanan enak." Cheng Yun mengucap sambil mengeluarkan selimut bulu tipus berwarna merah muda dari lemari, lalu melemparkannya ke sudut tembok tempat benda kecil itu berbaring.
"Kalau tidak mau aku yang mendekat untuk membentangkan, urus sendiri saja. Terserah kamu mau diapakan, lagipula ini sudah jadi milikmu."
Benda kecil itu ragu sejenak, menatapnya dengan takut beberapa saat, lalu perlahan merayap keluar sambil menggigit selimut tipis itu dan menyeretnya ke sudut.
Tiba-tiba Cheng Yun tertegun lagi, memiringkan kepala ke arah kamar tidur: "Kok aku dengar suara air?"
Begitu katanya, ia langsung berjalan menuju kamar tidur.
Suara air itu semakin jelas terdengar.
Ia sedikit mempercepat langkah memasuki kamar tidur, lalu melangkah ke kamar mandi. Wastafel kandang air ternyata masih mengalirkan air dengan suara gemerisik. Alirannya tidak deras, mengalir melalui lubang di bawah bak cuci wajah tanpa meluap.
Sementara tutup toilet di sebelahnya sudah tertutup rapat.
Cheng Yun dengan refleks mematikan kandang air, lalu membuka tutup toilet untuk memeriksa. Bagian dalamnya tampak bersih.
Keraguan mulai menyelinap di hatinya.
Kembali ke ruang tamu, benda kecil itu telah menggelar selimut bulu secara kusut di sudut ruangan, sementara tubuhnya sendiri merebah di atasnya. Melihat Cheng Yun muncul, ia buru-buru menyelusup ke bawah selimut.
Cheng Yun bertanya penuh tanda tanya: "Apa kamu baru saja ke toilet? Sudah menyiram air, menutup tutup toilet, tapi sepertimu lupa mematikan kandang air setelah minum..."
Mendengar itu, makhluk kecil itu semakin mengkerut ke sudut tembok. Tubuh kecilnya mulai gemetar.
Cheng Yun berpikir makhluk itu mungkin mengira dirinya datang untuk menanyakan dan memakinya, sehingga sangat ketakutan. Ia segera berkata: "Aku tidak memakimu, jangan tegang seperti ini. Cuma mengingatkan, lain kali setelah minum ingat matikan keran air. Boros sumber daya air tidak baik. Lihat, ingatanmu bagus dan pintar, sudah tahu cara menyiram toilet, bahkan baik hati menutup kembali tutup toiletku. Mengingat hal ini pasti mudah bagimu."
Baru kemudian makhluk kecil itu menunjukkan satu mata dari balik selimut, mengamati ekspresi wajah Cheng Yun.
Cheng Yun mengangkat bahu, lalu duduk di sofa.
Dia harus memesan makanan online untuk besok pagi sebelumnya.
Tidak hanya untuk karyawan hotel, tapi juga Komandan Raja Salju dan Dewa Elang, hm, serta makhluk kecil ini.
Dia memutuskan mulai besok siang, memesan tiga kali makan sehari selama sebulan untuk Komandan Raja Salju dan Dewa Elang di restoran di seberang, lalu ganti restoran setelah satu bulan.
Setelah memesan makanan online, Cheng Yun langsung melemparkan ponselnya. Ia merasa matanya sudah mulai berat, lalu berkata pada makhluk kecil itu: "Aku mau tidur, entah kamu mau tidur atau tidak. Pintu kamar tidur tidak akan kukunci, biar kamu bisa masuk ke toilet malam nanti. Bangun pagi nanti tunggu aku saja yang akan menyiapkan sarapanmu, jangan keluar dari rumah ini. Di luar sangat berbahaya."
Makhluk kecil itu tidak bereaksi, tapi Cheng Yun yakin pasti sudah mendengarnya. Ia pun masuk ke kamar tidur.
……
Seperti yang diduga Cheng Yun, malam ini tidaklah tenang.
Namun alih-alih memimpikan konten tentang Dewa Elang yang sangat diinginkannya, malah ia memimpikan Raja Salju.
Ras ini.
Klan Raja Salju menguasai wilayah paling utara di Dunia Pan Yu, menjadi penguasa Kutub Utara. Di area ini hampir tidak ada makhluk yang dapat mengancam kekuasaan mereka. Mereka juga termasuk ras terkuat di seluruh Dunia Pan Yu.
Mereka memiliki darah mulia dan kuat serta sejarah kejayaan, sejak lahir telah ditakdirkan berdiri di puncak rantai makanan. Sebab meski tidak melakukan apapun sejak kecil, asal berkembang dengan makanan baik, mereka bisa memiliki kekuatan mengerikan yang tak tertandingi. Secara alami mereka memiliki kemampuan bakat ras yang dahsyat dan kemampuan mantra yang tak lemah, bisa menyaingi penghuni top ras manapun, bahkan makhluk purba raksasa pun belum tentu menjadi lawan mereka.
Setiap Raja Salju yang meninggalkan Kutub Utara menuju area lain akan membuat pasukan lain memperhatikan dengan serius bahkan merasa panik.
Sedangkan komandan Raja Salju selalu dijabat oleh Raja Salju terkuat.
Tapi di saat yang sama mereka adalah makhluk kejam tanpa belas kasihan yang sangat aneh, karena dalam komunitas mereka hanya ada jantan tanpa betina.
Setelah dewasa, Raja Salju akan mencari pasangan di antara makhluk kuat yang memiliki kemiripan ras dengan mereka, lalu merebut paksa untuk dikawini. Mungkin karena memiliki gen yang sangat dominan dan kemampuan aneh namun dahsyat lainnya, mereka hampir bisa menghasilkan keturunan dengan makhluk apa pun yang memiliki ras mirip. Mayoritas gen keturunan tersebut berasal dari sang ayah (Raja Salju), sementara kontribusi genetik ibu sangat kecil. Maka perbedaan mereka dengan sang ayah hanya sedikit. Begitu tumbuh dewasa, mereka pun menjadi Raja Salju baru.
Mereka memiliki kasih sayang ayah pada anaknya, memahami persahabatan dan ikatan kekeluargaan, namun sama sekali tak punya cinta. Setelah betina selesai masa menyusui, dua pertiga dari mereka akan memilih membunuh sang betina dan merawat anaknya sendirian.
Mungkin karena mereka tak pernah menganggap betina dari ras kerabat dekat/jauh ini sebagai pasangan sejati, melainkan sekadar alat reproduksi.
Sejalan dengan itu, anak-anak Raja Salju juga hanya berjenis kelamin jantan, tidak ada yang betina. Mereka hanya menghormati ayah, bisa rukun dengan sesama jantan, namun tidak memiliki kesan baik pada makhluk betina mana pun, juga tidak memiliki sedikitpun rasa rindu pada ibu kandung mereka sendiri.
Bisa dibilang setiap individu Raja Salju menyimpan hati yang super macho di balik penampilan berwibawa yang tenang dan kekuatan yang mengintimidasi seluruh jagat.
