“Waktunya angkat wajan!”
Seiring Cheng Yun berkata lembut, mata Yin Nuxia mulai memancarkan cahaya.
"Sudah selesai?"
"Tunggu, baru bisa dimakan setelah dingin. Sekarang masih panas sekali." Cheng Yun menjepit ikan goreng ke dalam saringan, lalu meletakkannya di atas piring, mengabaikan kegelisahan Yin Nuxia.
"Tak apa! Orang dunia persilatan kulit tebal dan kasar, tidak takpanas!" Yin Nuxia menelan ludah.
"Harus ditiriskan dulu minyaknya. Terlalu berminyak tidak sehat." Cheng Yun menjawab dengan pasrah.
"......" Yin Nuxia kembali menelan ludah, ekspresinya terlihat aneh seolah mendengar ucapan bodoh, "Di dunia kami, keluarga biasa mati-matian berusaha menambahkan lemak ke masakan. Kalian malah bilang minyak berlebihan tidak sehat... Kadang benar-benar tak mengerti pola pikir manusia planet."
"Sampai segitu burunya?"
"Masa tidak! Ini ikan! Ikan kecil! Ikan goreng baru keluar dari wajan!"
"Baiklah, kamu cicipi dulu rasanya." Cheng Yun menggelengkan kepala, menyerahkan saringan minyak padanya.
"Sang Kepala Stasiun terlalu baik!" Yin Nuxia langsung sumringah, dengan semangat mengambil sepasang sumpit di sebelah, gesit menjepit ikan kecil goreng keemasan, bahkan tanpa ditiup langsung disuapkan ke mulut——
"Hiks hiks hiks... Panas panas panaaas..."
"Hiks... Guluk guluk..."
Cheng Yun hanya berdiri di samping melihat dengan pasrah sang pendekar yang sudah kepanasan namun mati-matian menahan isi mulutnya ini, seolah melihat bayangan dirinya kecil yang terus menyantap keripik pedas sambil pilek mengalir deras.
Yin Nuxia terus menarik napas dengan mulut penuh daging ikan, mengeluarkan suara tidak jelas. Butuh waktu lama sebelum suhu makanan itu turun. Usai menelan, sama sekali tidak belajar dari kesalahan, langsung menggigit lagi.
"Panas panas panas..."
"......" Cheng Yun hanya bisa menggelengkan kepala sambil menghela nafas.
Menoleh ke arah benda kecil yang meringkuk di sudut ruang tamu, baru menyadari makhluk itu terus mengintip ke sini - terutama memperhatikan Yin Nuxia yang sedang melahap ikan kecil. Senyum tak tertahan muncul di wajah Cheng Yun.
Melihat minyak sudah hampir tiris, dia mengambil piring baru, menuangkan ikan goreng ke dalamnya. Hanya menyisakan satu ekor besar untuk dirinya sendiri. "Habiskan sisanya lalu bawa turun, bagi-bagikan ke yang lain sebagai camilan sebelum makan malam," perintahnya pada Yin Nuxia.
"Oke!"
Ketika Yin Nuxia membawa piring berbalik untuk keluar, Cheng Yun meletakkan ikan mas goreng dan satu-satunya ikan mas mentah yang belum digoreng dalam satu piring bersama. Matanya kembali menatap makhluk kecil di sudut tembok. Tiba-tiba ia menyadari makhluk itu telah menarik kembali pandangannya entah sejak kapan, hanya merapatkan diri diam-diam di sudut dengan kepala tertunduk, memancarkan aura menyedihkan.
Dengan keraguan, ia mendekat sambil membawa piring dan meletakkannya di depan makhluk kecil itu. "Ada apa lagi?" tanyanya.
Makhluk itu mengangkat kepalanya secara tiba-tiba. Pertama menatap Cheng Yun sesaat, lalu memandang piring di depannya dengan ekspresi tertegun.
Cheng Yun menjaga jarak setengah meter dengannya. Setelah saling pandang beberapa saat, barulah ia menunjuk ikan kecil mentah itu. "Kemari, akan kuajari. Yang ini masih hidup, belum diolah."
Lalu ia menunjuk ikan kecil goreng berwarna kuning keemasan yang masih memancarkan uap panas: "Ini yang sudah matang, tapi ini cuma salah satu cara kami memasaknya. Masih banyak metode lain, tapi tujuannya sama: membuatnya berbeda dari yang mentah, karena kami tidak makan daging mentah."
"Kau mengerti sekarang?"
Mahluk kecil itu menatapnya dengan takjub, lalu memandang piring ikan, matanya bolak-balik memandangi Cheng Yun dan ikan-ikan kecil.
"Aku anggap kau sudah paham." Cheng Yun berhenti sebentar sebelum melanjutkan, "Baik! Sekarang kau bisa bilang mana yang kau suka!"
Mahluk kecil itu mengangkat kepala dan menatapnya dengan takjub.
"Tunjuk dengan cakarmu mana yang kau mau makan."
Mahluk itu tidak bergerak.
Setelah menunggu lama, Cheng Yun mengatupkan bibir dengan kepasrahan: "Begini saja. Kuberi pilihan: kau boleh makan salah satu, ① makan yang ini, ② makan yang itu."
Mahluk kecil itu tetap diam.
Cheng Yun: "...Kamu bukan ingin memakan keduanya, kan? Atau kamu punya gejala kesulitan memilih?"
Makhluk kecil itu tetap menatapnya dengan takjub, tiba-tiba menunjukkan ketakutan dan mengkerutkan lehernya.
"Apakah nada bicaraku terlalu keras? Tidak juga." Cheng Yun mengerutkan alis, setelah beberapa saat baru menghela napas dan berkata dengan nada penyelidikan, "Baiklah, lagipula ini semua milikmu, habiskan saja semuanya."
Tepat seperti dugaan, begitu kalimat itu diucapkan, si makhluk kecil segera mendekat perlahan sambil tetap menatapnya dengan waspada, sementara cakarnya menarik piring-piring mendekati dirinya sebelum mulai makan dengan mulut kecil secara perlahan.
Cheng Yun tak bisa menyembunyikan kekecewaannya: "Kamu bisa mengerti perkataanku, tapi kenapa sebelumnya tidak ada reaksi sama sekali..."
Makhluk kecil itu kembali membeku sejenak saat sedang makan ikan, mengangkat kepala dengan setengah waspada setengah bingung memandanginya, dan baru melanjutkan makan setelah memastikan tidak ada tindakan atau perkataan lain darinya.
"Makanlah pelan-pelan, jangan grogi, ini semua untukmu."
"Aku tidak akan merebutnya."
“Duri ini jangan dimakan, hati-hati tertusuk tenggorokan. Tidak perlu menghabiskan semua tulangnya. Kalau suka, besok aku belikan lagi. Hari ini waktu jalan-jalan lihat ada yang jual ikan saury, juga kecil-kecil dan murah sekali. Tapi waktu itu aku sudah beli ikan mas, jadi tidak beli. Besok akan kubelikan untukmu.”
Cheng Yun berjongkok di depannya sambil menatapnya makan, bersamaan dengan itu berbisik-bisik menasihatinya.
Setiap kali ia berbicara, makhluk kecil ini akan terhenti sejenak saat memakan ikan, mengangkat kepala melihatnya sebentar, baru kembali menunduk memperlambat gerakan atau memuntahkan duri. Jelas ia mengerti perkataan Cheng Yun dan mematuhinya, sikap patuh yang luar biasa ini terkesan sangat istimewa.
Cheng Yun juga mencoba mengamati urutan makan dan postur tubuhnya untuk mengetahui makanan favoritnya, namun usaha itu sia-sia belaka.
Makhluk kecil ini ternyata menyantap makanan kiri-kanan secara bergantian, setelah menghabiskan yang digoreng langsung beralih ke yang mentah, benar-benar tidak pilih-pilih! Dalam setiap gigitannya, gerakannya terlihat lamban dan anggun namun sebenarnya berkecepatan ekstrem. Proses ini berlanjut hingga dua ekor ikan mas sepenuhnya lenyap, bahkan remah-remah dan minyak di piring pun dijilat habis, hanya menyisakan tumpukan duri dan tulang yang bersih mengkilap. Barulah ia mengangkat kepala sambil menjilat-jilat mulut, menatap Cheng Yun.
Cheng Yun mengatupkan bibir, menarik kembali piring itu. "Aku harus melanjutkan memasak, kamu mau ikut bersama?"
Makhluk kecil itu sedikit mengkerutkan kepalanya.
"Baiklah." Cheng Yun menggelengkan kepala, menghela napas, lalu berjalan menuju dapur kecil sambil membawa piring.
Makhluk itu tetap mendongakkan kepala sambil menatap tajam punggungnya, wajah dipenuhi keraguan. Akhirnya, cakarnya meraih perlahan ke depan, kepala mungilnya juga menjulur penuh kehati-hatian - dari gerak-geriknya terlihat ingin berdiri dan mengikuti...
Tepat pada saat itu, pintu "" didorong terbuka, tubuhnya langsung bergetar ketakutan lalu mengkerut kembali!
Yin Nuxia masuk sambil membawa piring kosong, memberi isyarat pada Cheng Yun: "Dang dang dang dang, semuanya sudah habis! Senang tidak?"
Cheng Yun menarik sudut bibirnya: "Senang."
