Yin Nuxia sangat menyukai peran sebagai asisten Cheng Yun saat memasak. Bahkan ketika Cheng Yan berulang kali dengan halus mengusulkan "Sebenarnya selama ini sayalah yang selalu membantu Cheng Yun dan ke depannya biarlah saya saja yang membantunya" atau "Memasak bukan pekerjaanmu, lebih baik kembalilah main game", dia selalu pura-pura tidak mengerti maksud tersirat dalam kata-kata halus tersebut. Atau dengan enteng menjawab "Keterampilan mengirisku lebih baik", "Aku tidak bisa diam", "Tidak apa-apa berlelah-lelah sedikit" untuk menangkis Cheng Yan.
Alasan utamanya karena Sang Kepala Stasiun memang orang yang sangat baik. Setiap kali memasak, dia selalu membiarkanku mencicipi diam-diam, bahkan terang-terangan memberiku cicip rasa. Terutama saat memotong sosis dan daging asap, biasanya memberiku sepotong utuh daripada mengiris tipis-tipis untuk hiasan. Setiap kali seperti ini, rasanya bahagia sekali!
Tapi hari ini sepertinya ada makhluk kecil yang merebut posisi favoritku.
Penanak nasi listrik sudah matang, ikan Guizhou sedang dikukus di panci kukus. Cheng Yun sedang menggoreng irisan daging sapi dengan jahe muda. Penyedot asap super kuat hampir menghisap semua asap minyak dan bau, tapi Yin Nuxia masih bisa mencium aroma pedas yang menggoda itu.
Seperti biasa, Sang Kepala Stasiun memberinya cicip sepotong dulu. Baru setelahnya mengangguk dan bilang rasanya pas, hidangan diangkat dari wajan.
Tapi setelah diangkat, Sang Kepala Stasiun justru segera mengisi piring kecil dengan sedikit masakan, ditambah beberapa irisan daging sapi mentah, lalu mengantarkannya ke depan si makhluk kecil itu.
Yin Nuxia berdiri di sebelah sambil menatap.
Sang Kepala Stasiun berjongkok di hadapan benda kecil itu, berkata dengan nada lembut: "Ini agak pedas, tidak tahu apakah kamu bisa makan."
Benda kecil itu hanya mengangkat kepala memandang Sang Kepala Stasiun sebentar, lalu segera menyantapnya dengan lahap.
Yin Nuxia bisa melihat bahwa saat menggigit pertama kali sapi iris dengan jahe muda, benda kecil itu jelas kepanasan. Tapi dengan memaksa tidak memuntahkan daging sapi, malah menyimpannya di mulut sambil menggerakkan rahang beberapa kali, mengeluarkan suara halus yang nyaris tak terdengar, kemudian mengunyah cepat sebelum akhirnya menelannya. Lalu mulai menyantap daging sapi mentah di piring lain, gerakan mengunyahnya sangat kecil tapi kecepatannya luar biasa, sepotong daging sapi langsung habis...
Potongan jahe muda dan sedikit cabai dalam sapi iris jahe muda itu juga dilahap habis tanpa sisa, meski jelas terlihat kepedasan, tetap dihabiskan sampai bersih.
Yin Nuxia terpaku menyaksikan adegan ini.
Saat itu, dia melihat Sang Kepala Stasiun tiba-tiba menoleh ke arahnya dan berkata, "Bagaimana? Melihatnya makan, apakah kau punya perasaan atau pemikiran tertentu?"
"Pe... perasaan apa?" Yin Nuxia tertegun sejenak sebelum melanjutkan, "Makhluk kecil ini sangat bodoh. Apakah dia benar-benar keturunan dari... sosok itu? Padahal kepanasan saja tak tega dimuntahkan, matanya sudah menyipit karena pedas tetap saja dilahap, sungguh..."
Cheng Yun terkesiap sebentar, lalu berkata dengan nada frustrasi, "Perasaan yang kumaksud adalah kau dan dia sama persis!"
"Be... benar begitu?" Yin Nuxia tampak bingung, "Mana ada!"
"Mana ada..." Chengyun menghela napas, "Saat pertama kau datang dulu... Ah tidak, sampai sekarang pun cara makannya tetap seperti ini! Lagipula tadi saat kau makan ikan goreng pedas bukan kepanasan sampai teriak-teriak? Berani sekali menilai orang lain!"
"Err..." Wajah Yin Nuxia tiba-tiba dipenuhi momen memalukan.
Setelah berpikir sejenak, dia merasa benda kecil ini memang mirip dengan dirinya saat pertama kali tiba di dunia ini. Maka diam sejenak sebelum berkata, "Waktu itu karena seumur hidupku belum pernah makan makanan seenak masakan Sang Kepala Stasiun, bahkan jarang mendapat makanan yang benar-benar berkualitas, jadi... Anak kucing ini pasti sama sepertiku!"
Mendengar itu, Cheng Yun juga terdiam.
Benda kecil itu mengangkat kepala, menatap tajam Yin Nuxia.
Aku bukan kucing!
Cheng Yun tersadar dari lamunannya, "Jangan bicarakan ini lagi. Masih ada dua sayuran, cepat selesaikan lalu makan malam!"
Sayangnya, ia masih belum bisa melihat apakah benda kecil ini lebih suka daging sapi mentah atau matang. Meski daging matang yang pedas membuatnya agak tidak nyaman, tetap tidak terlihat indikasi "daging mentah lebih enak". Tentu juga tidak bisa disimpulkan bahwa dia lebih suka daging matang. Seolah benda kecil ini sengaja bersikap demikian, seolah tidak ingin Cheng Yun tahu apakah dia lebih suka daging mentah atau matang!
Namun faktanya jelas tidak demikian. Bahkan saat memakan cabai hijau dan irisan jahe, caranya tetap sama.
Cheng Yun berdiri, berjalan kembali ke dapur kecil, lalu menoleh dan bertanya lagi pada benda kecil itu: "Bagaimana kalau kamu ke sini? Daripada aku harus mengantarkannya lagi."
Benda kecil itu kembali ragu-ragu, mengamati Yin Nuxia dengan penuh kewaspadaan, akhirnya bangkit dengan gemetar. Menggigit piring di depannya, dia berjalan menuju dapur kecil.
Ia juga tidak duduk terlalu dekat, hampir persis di perbatasan dapur dan ruang tamu. Baru setelah mendapat bimbingan Cheng Yun, barulah ia melompat ke bak cuci piring di samping kompor, lalu duduk dengan rapi di atas bak cuci tersebut.
Terlihat jelas bahwa rasa kewaspadaannya sedang terkikis sedikit demi sedikit, dan kecepatannya pun tidak bisa dibilang lambat.
Tak lama kemudian, daging sapi hampir matang. Sambil memberikan Yin Nuxia mencicipi rasanya, Cheng Yun juga menyendokkan dua potong daging ke piring di depan si kecil itu. Dengan senyum ia berkata, "Dulu saat aku masih di rumah, ibuku suka sekali mengajakku ke dapur saat memasak. Begitu selesai menumis sayuran, ia akan menyodorkan sepotong dengan sutil sambil bilang mau kucicipi apakah rasanya sudah pas. Padahal sebenarnya cuma ingin memberiku makan... Sayangnya kini mereka telah berpulang."
Si kecil itu menatap takjub ke arah Cheng Yun, lalu menunduk lagi melihat daging di piringnya. Ia menghentikan aksi memakan daging, seolah tengah merenungkan sesuatu.
Makhluk kecil itu tentu mengerti perkataan Cheng Yun. Meski usianya masih muda dan tak mampu menangkap nuansa nostalgia dalam ucapan tersebut, ia dapat merasakan kehangatan dan ikatan kekeluargaan yang digambarkan. Hal ini persis seperti hasrat membara yang selalu dirindukannya namun belum pernah dialami.
Namun tampaknya sekarang...
Ia kembali menunduk menatap tajam daging sapi di piring, lalu melirik Cheng Yun yang sedang asyik mengangkat wajan, sebelum akhirnya terhisap masuk ke dalam pusaran diam.
Yin Nuxia pun tertegun, ekspresi wajahnya menyiratkan kecurigaan. Setelah berpikir lama, barulah ia berkata dengan ragu, "Komandan, apa kau sedang mencari keuntungan dari saya? Dan lagi..."
Ucapnya terhenti sejenak, wajahnya memerah malu. Sumpit di tangannya masih menjepit potongan daging sapi itu, seolah dusta yang dibongkar: "Lagipula maksudmu... selama ini bukan benar-benar memintaku mencicipi rasa? Padahal aku sudah sangat Serius dalam mencicipinya!"
Cheng Yun tak bisa menahan senyum mengembang, sisa-sisa kekhidmatan di wajahnya lenyap berantakan. Ia berkata pada sang Srikandi yang masih berbohong pada diri sendiri, "Yang kubicarakan adalah ibuku, bukan diriku! Aku cuma ingin kau mencicipi apakah rasanya sudah pas!"
"Oh begitu! Syukurlah!" Barulah Yin Nuxia merasa lega memasukkan daging ke mulutnya. Setelah pura-pura mencicipi dengan seksama, dia berkata, "Hm! Rasanya persis pas!"
Sekali lagi Cheng Yun tersenyum geli.
Setelah semua masakan selesai dihidangkan, tetap saja tak terlihat apakah makhluk kecil itu lebih suka ikan, sapi atau ayam. Bahkan tak jelas apakah dia vegetarian atau karnivora, menyukai makanan mentah atau matang. Satu-satunya hal yang pasti — masa lalunya penuh penderitaan, mungkin lebih parah dari Yin Nuxia. Hingga kini setiap makanan dari Cheng Yun dianggapnya sebagai hidangan surgawi, sedikt saja jatah makan ditambah kebaikan hati langsung membuatnya mulai mengurangi kecurigaan.
Sama seperti Yin Nuxia di awal, Cheng Yun sama sekali tak bisa melihat makanan apa yang disukainya. Menurut pengakuannya... makanan favoritnya adalah nasi putih. Hingga sekarang baru sedikit demi sedikit diketahui seleranya.
Untuk mengetahui preferensi makhluk kecil ini, kemungkinan masih perlu menunggu beberapa waktu.
Ketika ia sudah berhenti mengunyah dan menelan semua tulang ayam sampai habis, barulah bisa dikatakan 'sama saja'.
