“Tapi aku kan harus memanggilnya sehari-hari, tidak mungkin selalu menyebutnya 'benda kecil' atau 'anak muda'. Terserah tuannya mau memanggil apa, aku tidak memaksa tuannya menggunakan nama pemberianku.” Cheng Yan berkata datar.
“Setuju!” Tang Qingying mengangkat tangan tinggi-tinggi.
“Kalau gitu pilih antara Da Bai atau Xiao Bai!” Cheng Yan menegaskan.
“Tidak boleh! Terlalu jorok! Kamu benar-benar tidak berbakat memberi nama!” Tang Qingying mengerutkan alis menolak.
“Apa katamu?”
“Jorok!”
“Aku sudah putuskan! Hanya dua pilihan ini!!”
Cheng Yun sangat pasrah, setelah ragu sebentar, terpaksa berkata: “Hei, bukankah seharusnya aku yang memberi nama? Lagipula Da Bai dan Xiao Bai terlalu norak, kalian tidak mempertimbangkan perasaannya?”
“Masa dia punya perasaan? Dia kan tidak mengerti.” Cheng Yan menyeringai.
“Darimana kamu tahu dia tidak mengerti?”
“Kekanak-kanakan!!”
“Aku setuju kakak ipar yang memberi nama! Asal jangan pakai nama bodoh seperti Da Bai atau Xiao Bai!” Tang Qingying kembali mengangkat tangannya berteriak.
“Cih!” Cheng Yan sekali lagi menunjukkan sikap meremehkan dengan mendesis ringan, “Kau pikir ini rapat apa? Masih main angkat tangan voting!”
“Lagipula aku mendukung kakak ipar!”
Cheng Yun merenung sejenak, lalu berkata: “Lagipula kita tidak punya kekuasaan untuk memberi nama resmi, ambil saja nama sembarangan. Hmm, dia kan perempuan, panggil saja loli! Loli, gimana?”
Membeku sesaat, ia menundukkan kepala menjelaskan pada benda kecil itu: “Loli, artinya gadis kecil.”
“Harus kukatakan nama ini lebih parah dari Xiao Bai!” Cheng Yan membalikkan matanya, “Dan kalau cuma butuh nama panggilan sembarangan, Da Bai atau Xiao Bai justru pilihan terbaik! Mudah diingat...”
"Aku juga merasa nama ini cukup buruk..." Tang Qingying menghela napas, "Tapi sepertinya kalian semua mengabaikan pendapatku. Karena sudah begini, di antara kalian berdua, tentu aku memilih kakak ipar!"
Cheng Yan: "......"
Cheng Yun hanya mengangkat bahu dengan santai, tak peduli dengan ucapan mereka.
Ia sangat paham makhluk seperti Raja Padang Salju bukanlah kucing biasa. Jika berada di Dunia Pan Yu, siapa yang berani memberi julukan kepada Raja Padang Salju dewasa? Bisa memicu masalah diplomatik seketika. Meski si kecil ini punya masalah latar belakang, jelas Cheng Yan, Tang Qingying, termasuk dirinya sendiri tak punya kualifikasi untuk menamainya secara resmi - sama seperti tak berhak menamai makhluk cerdas non-kerabat manapun. Apalagi ia tak yakin bagaimana sikap Komandan Raja Salju tentang hal ini. Jangan-jangan marah karena anak perempuannya diberi nama bodoh.
Jadi ia memilih nama yang sangat sembrono, tak jauh beda dengan sebutan "gadis kecil" atau "anak muda".
Tapi mendengar ucapan mereka, si anak muda itu mengangkat kepala dan menatap Cheng Yun dengan takjub—seolah ia menyadari telah memiliki nama pertama dalam kehidupannya...
Meski nama ini terkesan terlalu sembrono.
"Loli!" Tang Qingying memanggil si kecil dengan sikap menyelidiki. Melihat makhluk itu malah memalingkan wajah dan menatapnya, dia tertegun sejenak sebelum wajahnya berseri kegembiraan, "Dia... Dia tahu aku memanggilnya! Dia melihatku! Kalian lihat? Dia melihatku!"
Cheng Yan menghela napas lagi, ekspresinya penuh kekecewaan: "Bisakah kau menggunakan otakmu? Ini cuma respon insting makhluk hidup terhadap gerakan di lingkungan sekitar! Jika kau berada di tempat asing dan ditatap beberapa orang asing, saat mereka mengeluarkan suara tertentu, kau juga akan menoleh!"
"Aku tidak peduli! Dia memang mengerti!" Tang Qingying masih bersemangat, lalu bertanya pada Cheng Yun, "Bolehkah kau izinkan aku mengelusnya?"
“Kemungkinan tidak boleh.” Cheng Yun berkata, “Dia sangat takut pada manusia, bahkan aku pun tidak bisa menyentuhnya!”
“Apakah dia akan menggigitmu?”
“Tidak sampai menggigit, dia akan lari.”
“Aku coba! Cuma sentuhan kecil! Perlahan!” Tang Qingying melangkah sedikit ke depan, tangannya mulai menjulur ke arah makhluk kecil itu dengan sikap hati-hati.
Cheng Yun menegaskan lagi: “Jangan membuatnya ketakutan!”
Cheng Yan berkata dingin: “Kau sangat protektif terhadapnya ya!”
Perlahan-lahan, jarak antara Tang Qingying dan makhluk kecil itu semakin menyempit.
Makhluk kecil itu terus menatap tajam tangan Tang Qingying yang terulur, tak bergerak.
“Dia cukup kalem, tidak sepengecut yang kau katakan, Kak.” Tang Qingying menoleh ke Cheng Yun. Saat itu tangannya hanya berjarak dua puluh sentimeter dari makhluk itu.
Tiba-tiba makhluk kecil itu mundur selangkah seperti ketakutan, tapi matanya masih tertancap pada tangan Tang Qingying!
Tang Qingying tertegun sejenak, lalu menyunggingkan sebuah senyuman tipis padanya. Sesuai petunjuk daring, ia mengedipkan mata perlahan sebagai tanda keramahan, terus mengulurkan tangannya mendekati makhluk itu.
Tepat saat Cheng Yun mengira benda kecil itu akan menyusut ketakutan ke sudut tembok, atau minimal menghindar gemetar, sesuatu yang tak terduga terjadi. Makhluk itu justru membuka mulutnya lebar-lebar, memperlihatkan deretan gigi putih salju yang runcing. Cakarnya terkembang tiba-tiba, mengeluarkan suara dengusan penuh ancaman ke arah Tang Qingying!
Dengan refleks cepat, Cheng Yun menarik tubuh Tang Qingying ke belakang. Sambil maju mendekat, ia berbisik lembut menenangkan makhluk yang tiba-tiba gelisah: "Tidak apa-apa, jangan marah. Dia tidak berniat menyakitimu. Dia hanya terpesona oleh kecantikanmu, ingin sekedar menyentuhmu dengan lembut."
Benda kecil itu menatapnya dengan takjub, lalu dengan cepat menutup mulutnya dan menarik kembali cakarnya, menundukkan kepala memperlihatkan ekspresi memelas. Semangat kejam yang ditunjukkannya tadi telah menghilang tanpa jejak, lenyap begitu cepat dan alami seolah tak pernah ada. Kembali ia menampilkan sosok lemah penuh keraguan yang selama ini terlihat.
Baru saat itu Cheng Yun menghela napas lega, menyadari keringat dingin telah membasuh tubuhnya.
Cheng Yan menatapnya tajam, dengan nada bicara aneh berkata: "Kamu terlihat sangat tegang ya!"
Tang Qingying yang sejak tadi sudah merasa manis di hati, semakin berseri mendengar ucapan Cheng Yan: "Terima kasih Kakak Ipar, tadi hampir digigitnya."
Cheng Yun mengeluarkan desahan panjang: "Ke depannya jangan coba-coba menantangnya lagi. Dia memang penakut, tapi juga sangat ganas."
"Bisa kulihat itu." Tang Qingying mengangguk gemetar penuh rasa takut, lalu menambahkan, "Dia belum akrab denganku, atau mungkin terlalu menyukaiku. Tapi jelas dia cukup menyukaimu, bisa jadi juga..."
Tang Qingying menoleh memandang Cheng Yan, tersenyum lebar menunjukkan gigi putihnya: "Bisa jadi ia tahu siapa yang memegang kendali di sini."
Cheng Yan memandangnya dengan dingin: "Masyarakat lama? Masih bicara soal memegang kendali!"
Cheng Yun hanya diam membisu.
Matanya menatap sosok mungil yang masih duduk manis itu, dalam hatinya ia merasa mungkin sudah mengerti alasannya.
Dengan hati-hati ia mengulurkan tangan hendak membelai makhluk kecil itu. Begitu merasakan gerakan ini, makhluk itu langsung mengangkat kepala dengan gemetar, bola matanya berkedip-kedip. Tubuh mungilnya bergetar seiring mendekatnya telapak tangan, lalu mulai mundur perlahan...
Ia tidak menunjukkan kemarahan, hanya ketakutan yang masih melekat.
Cheng Yun menarik kembali tangannya dengan tegas: "Aku takkan melukaimu, atau melakukan hal yang tidak kausukai. Pertama-tama kau harus paham ini."
Setelah berkata demikian, ia bangkit dari tempat duduknya dan berkata pada Cheng Yan dan Tang Qingying: "Semua mangkuk sudah dicuci, masih ngapain kalian berdua betah di sini?"
Cheng Yan mendengus ringan, lalu berdiri bersiap pergi ke luar.
Tang Qingying menjawab dengan wajah penuh keluhan: "Tapi aku masih ingin melihat si loli, dia terlalu imut!"
"Tapi kamu harus jaga shift!"
"Sebentar-sebentar nggak masalah, ada Kak Yu Dian!"
"Tapi... aku mau tidur siang, semalam belum pulih sepenuhnya."
"Ini malah lebih nggak masalah!" Tang Qingying menunjukkan senyum cerah, "Kakak ipar silakan tidur saja, aku janji nggak masuk kamar m... Eh eh ngapain narik aku! Bajuku bisa rusak! Ini kan baru dibeli!"
Tang Qingying menoleh dengan amarah ke arah Cheng Yan sambil terus gigih melawan.
Cheng Yan mencengkeram topi jaket bulu angsa miliknya dengan satu tangan. Meski sudah mendengar ucapan itu, ekspresinya tetap datar. Ia hanya mengulurkan tangan satunya lagi untuk mencengkeram mati-matian lengan Tang Qingying, lalu tak menghiraukan jeritan dan perlawanannya, dengan gigih menyeretnya keluar selangkah demi selangkah.
Tang Qingying hanya melawan sebentar sebelum menyerah. Ia menghela napas, membiarkan dirinya diseret sambil memandang dengan tak berdaya saat kakak ipar dan kucing itu semakin menjauh...
Apa wanita ini monster?
Pikirnya dalam hati.
Hingga pintu kamar ditutup keras oleh Cheng Yan dengan bunyi "bum!"!
Cheng Yun baru memalingkan wajah ke makhluk kecil itu, menarik napas dalam-dalam, dan ekspresinya mulai terlihat serius.
