Si loli kecil juga mengangkat kepalanya memandangnya. Kepalanya sedikit miring, lalu segera menunduk lagi dengan ekspresi takut.
Cheng Yun masih menatapnya dengan tatapan serius.
Tiba-tiba, ia kembali mengangkat kepala dan mencuri pandang ke arah Cheng Yun. Melihat Cheng Yun masih mengawasinya, ia secepat kilat menundukkan kepala lagi. Gerakan ini agak mirip murid SD yang berdiri di hadapan guru setelah berbuat kesalahan.
Tapi pada akhirnya ia bukan murid SD, dan Cheng Yun juga bukan guru. Maka dengan kepala tertunduk dan sedikit keraguan, diam-diam ia memalingkan wajah, melangkahkan kaki mungilnya, berlagak tenang sambil berusaha menyusut kembali ke sudut tembok.
"Mau ke mana?" tanya Cheng Yun dengan suara datar.
Langkahnya tiba-tiba membeku, tubuhnya gemetar ketakutan oleh suara itu. Ia memutar kepala dan menatap tajam ke arahnya.
Cheng Yun menghela napas, "Duduklah."
Sang loli kembali ragu sejenak, akhirnya berbalik dan duduk kembali. Namun pandangannya masih menghindar, tak berani menatap langsung ke matanya.
"Aku tidak menyalahkanmu karena marah-marah pada gadis itu." Cheng Yun juga duduk di permukaan tanah, menundukkan kepala untuk menyamakan ketinggian, menatap langsung mata biru-beku yang jernih miliknya dengan nada bicara lembut. "Dia tidak meminta izinmu dan mengabaikan gejolak emosimu. Perilaku seperti itu jelas merupakan penghinaan terhadapmu. Kau punya alasan penuh untuk meluapkan amarah. Tapi mereka tidak tahu kau adalah makhluk berkesadaran. Di dunia kita ada makhluk bernama kucing yang mirip penampilanmu, tapi kecerdasan mereka jauh di bawahmu. Mustahil bagi mereka membayangkan ada makhluk selain manusia yang memiliki kecerdasan. Jadi mereka mengira kau sama seperti kucing-kucing itu. Karena itu, kuharap kau bisa memaafkan mereka."
Si loli kecil masih menatapnya dengan ekspresi takjub.
Meskipun posisi duduk Cheng Yun masih lebih tinggi darinya, tekanan yang terasa jauh berkurang. Yang paling utama, dari gerakan duduk ini, ia merasakan penghormatan dan niat baik dari Cheng Yun - pengalaman pertama seumur hidupnya menerima perlakuan seperti itu.
“Aku yakin kau mengerti. Jika kau diam, aku anggap kau sudah memaafkan penghinaan mereka padamu.” Cheng Yun terdiam sejenak, ekspresinya perlahan menjadi serius sambil menatap tajam, “Tapi ada satu hal yang harus kujelaskan.”
Loli kecil itu tiba-tiba mengkerutkan kepalanya lagi.
“Aku ingin kau pahami, aku dan kau setara. Mereka dan kau juga setara.” Cheng Yun memperlambat bicaranya namun menegaskan nada, “Aku tidak lebih mulia darimu, meskipun ayahmu dan Dewa Elang menghormatiku. Tapi aku juga sangat menghormatimu, bahkan jika mereka semua tidak menghormatimu, meskipun kau masih kecil, aku tetap menghormatimu. Tentu kau juga tidak lebih mulia dari gadis-gadis itu, jadi kuharap kau bisa menghormati mereka.”
“Penghormatan yang tulus tidak berasal dari kekuatanmu, juga tidak ditentukan garis keturunanmu, melainkan berasal dari kepribadianmu, kehidupmu, kecerdasan dasarmu, dan moralmu.”
"Aku tahu ayahmu tidak berpikir seperti itu, Dewa Elang bahkan lebih tidak. Tapi aku yakin di duniamu, kau telah cukup menderita karena konsep pemikiran mereka." Cheng Yun menatap tajam mata indahnya, "Aku yakin kau pasti tidak menyukai makhluk-makhluk yang pernah mencacimu, menghina, mendiskriminasi, dan menganiayamu. Karena itu, jangan terasimilasi oleh ayahmu! Jangan terpengaruh anggota sukumu atau Dewa Elang! Jangan menjadi manusia seperti itu! Tidak boleh melakukan pada orang lain apa yang tidak ingin dilakukan pada dirimu sendiri!"
"Apapun makhluk lainnya, kuat atau lemah, apa artinya bagimu? Bukankah lebih baik dicintai daripada dibenci dengan penuh kebencian?"
Loli kecil semakin memiringkan kepalanya. Ia seolah terjerat dalam perenungan, sorot matanya terus memancarkan kilauan samar.
Cheng Yun terdiam sejenak, baru kemudian melanjutkan, "Tentu saja, maksudku bukan kau tak boleh marah pada mereka. Faktanya, ketika kau merasa dihina, kau berhak menunjukkan kemarahan karena ketidaksenanganmu—itu hakmu. Selama tidak melukai mereka, bahkan aku akan mendorongmu untuk melakukannya. Tapi sama sekali tak akan kubiarkan kau merendahkan orang biasa hanya karena merasa diri lebih unggul, lalu mengancam mereka semena-mena atas dasar prasangka dan kesombongan!"
"Sebab aku memandangmu sebagai seorang anak, makhluk hidup yang setara meski masih dalam fase kanak-kanak. Meski dunia fana kita membatasi, sehingga aku tak bisa memperlakukanmu seperti anak-anak dari sukuku, setidaknya dalam hatiku, pandanganku tak berubah."
Si loli kembali membeku, matanya tak berkedip memandang tajam ke arahnya.
"Karena itu kuharap kau bisa menghormati orang lain sebagaimana aku menghormatimu, bukan seperti perlakuan Ayahmu dan Dewa Elang padamu."
Sambil berkata, Cheng Yun mengangguk padanya dan melanjutkan, "Kau anak yang sangat cerdas, aku bisa melihatnya. Jadi cukup sampai di sini, kembalilah beristirahat."
Loli itu berdiri dengan wajah takjub, berjalan langkah demi langkah ke sudut tembok lalu mengkerut diam.
Sorot matanya masih memancarkan cahaya redup, jelas sedang berpikir. Sebenarnya perkataan Cheng Yun tidak sepenuhnya dipahaminya, juga tidak sepenuhnya diakuinya, bahkan tak berani mempercayainya seutuhnya. Namun jiwa kecilnya merasakan hantaman di suatu bagian tersembunyi, seolah pintu hati yang selama ini tertutup tiba-tiba terbuka, menyiramkan cahaya berbeda yang menghantam konsep pemikiran usangnya yang masih rapuh.
Cheng Yun kembali ke kamar, menguap lebar, lalu merebahkan diri di ranjang sambil mengosongkan pikirannya memasuki alam mimpi.
Jendela terbuka, tirai jendela tidak ditarik, namun cahaya yang masuk tidak terlalu terang.
Dia mengira bisa mengganti tidur malam yang terganggu kemarin dengan tidur siang ini. Tapi ia salah - tidur siang kali ini pun tetap dipenuhi kegelisahan.
Ia memimpikan anak muda di ruang tamu itu.
……
Titik balik ras Raja Padang Salju kembali tiba.
Meski sejak lahir sudah begitu dahsyat, bahkan jika hanya membandingkan garis keturunan, masih banyak ras di Dunia Pan Yu yang mampu menyaingi Raja Padang Salju. Bahkan di antara ras kerabat dekat mereka, terdapat ras dengan garis keturunan yang tidak kalah—
Makhluk perkasa yang berada di kutub berlawanan Dunia Pan Yu.
Manusia menyebut mereka Raja Lembah Awan.
Tak diragukan lagi, ini juga merupakan makhluk yang mirip kucing besar, namun hanya sedikit yang bisa menggambarkan wujud mereka secara jelas.
Karena gerak-gerik mereka yang mengambang tak menentu dan misterius, sangat sedikit orang yang pernah melihat mereka. Raja Lembah Awan dan Raja Padang Salju memiliki fokus berbeda - mereka lebih ahli dalam menggunakan mantra dan jurus, namun menurut catatan sejarah, setiap Raja Lembah Awan dewasa tidak pernah kalah dalam pertempuran melawan Raja Padang Salju. Meski demikian, mereka memiliki watak sabar. Bahkan ketika manusia memasuki wilayah kekuasaan mereka tanpa sengaja, mereka jarang marah. Bahkan dalam dua perang dunia besar itu pun, siluet mereka hampir tak terlihat.
Hingga suatu hari, komandan dahsyat dari Raja Padang Salju memutuskan untuk melahirkan keturunan. Pandangannya tertuju pada Raja Lembah Awan di ujung dunia yang lain, lalu ia menjalankan eksekusi yang solid.
Peristiwa ini pasti akan tercatat dalam sejarah. Sebab pada akhirnya, Raja Padang Salju tetaplah makhluk cerdas. Meski tidak memiliki cinta, mereka biasanya hanya menggunakan "ras rendah" yang lebih lemah sebagai alat reproduksi, tak pernah membidik makhluk setara. Apalagi Raja Lembah Awan memang terlalu sulit ditemukan.
Beberapa tahun kemudian, Komandan Besar ini berhasil!
Ia menjadi Raja Padang Salju pertama dalam sejarah yang berhasil menghasilkan keturunan dengan Raja Lembah Awan, sekaligus menjadi Raja Padang Salju pertama yang melahirkan keturunan betina.
Bersamaan dengan itu, ia juga menjadi bahan tertawaan seluruh klan Raja Salju.
Anak ini mewarisi bakat luar biasa sang Komandan Raja Salju dalam kemampuan fisik dan keahlian mantra tak tertandingi dari Raja Lembah Awan. Sejak lahir, takdirnya telah ditetapkan sebagai makhluk terkuat di dunia ini, sekaligus titik balik bagi rasnya - meski arah perubahan ini masih misterius.
Ini tidak bergantung pada takdir, tapi pada keputusan ras itu sendiri.
