Cheng Yun belum pernah khawatir pusat pemeriksaan akan menipunya. Seandainya perusahaan swasta mungkin masih ada secuil kekhawatiran, tapi terhadap lembaga resmi pemerintah ia tetap Tenang saja.
Fakta memang demikian, semua adegan dramatis dalam film tidak terjadi. Di bawah supremasi hukum seperti di Tiongkok, dia juga tidak khawatir ada pencuri besar ala film yang memanfaatkan malam untuk 'berkunjung' ke tempatnya. Jika benar-benar ada orang yang berniat jahat padanya, pertama-tama mereka akan menghadapi seekor Raja Salju muda yang pengecut tapi memiliki kewaspadaan alamiah yang sangat dahsyat dan karakter yang sangat ganas, serta seorang wanita pendekar yang paruh pertama hidupnya bertahan dengan berantem dan memotong orang. Nampaknya dua makhluk dunia lain tingkat ultimate ini juga akan dengan senang hati melakukan "hal sepele" untuknya.
Tapi dia masih terlalu naif.
Cheng Yun baru saja tiba di hotel, ponselnya langsung berdering.
Bunyi peringatan SMS.
"Pelanggan terhormat yang budiman, perusahaan lelang XXXX mengundang Anda menjadi anggota perusahaan kami. Perusahaan kami didirikan pada 2003, memiliki pengalaman lebih dari sepuluh tahun dan prestasi lelang yang gemilang. Selama bertahun-tahun kami selalu berpegang pada prinsip..."
Baru saja Cheng Yun meletakkan ponselnya, dua pesan lagi masuk.
"Ingin melelang? Integritas dan saluran adalah yang terpenting, perusahaan XXXX memberikan layanan lelang terbaik untuk Anda..."
“Perhiasan terlalu banyak？Selalu memakai perhiasan yang sama？Tak dimiliki, lebih baik dijual!……”
Cheng Yun meletakkan ponsel, ekspresi wajaknya agak muram.
Yin Nuxia di sebelahnya dengan tajam menyadari keanehan itu, buru-buru bertanya: "Ada apa? Apakah batu permata bermasalah?"
"Tidak." Cheng Yun menggelengkan kepala, "Cuma informasi yang bocor, sedikit kesal."
"In... informasi apa yang bocor?" Yin Nuxia tampak bingung.
"Kau tak mengerti."
Cheng Yun memeriksa ponselnya dengan cermat. SMS-SMS ini dikirim ke nomor pribadinya, nomor yang ia cantumkan dalam kontrak perwakilan. Artinya, ini ulah pusat deteksi, tidak ada hubungan langsung dengan Zhang Chunhua yang menerima kartu namanya.
Aksinya cepat sekali...
Dulu dia hanya pernah dengar kabar bocornya data dari dinas perhubungan, atau kebocoran informasi pribadi di platform daring lain. Tapi tak disangka benda ini pun bisa bocor. Ternyata di mana ada bau anyir, di situ ada lalat.
“SMS ini agak menyebalkan, tapi aku tak bisa berbuat apa-apa. Kepasrahan seperti ini benar-benar bikin rasa kesal!”
Cheng Yun menonaktifkan suara ponselnya, berencana mengunduh aplikasi penyaring informasi sampah setelah kembali.
Keduanya mengayuh sepeda kuning kecil, bergerak oleng-oleng selama perjalanan pulang.
Cheng Yun masih mengingatkan Yin Nuxia: “Jangan beri tahu mereka tentang hal ini, paham? Kalau tidak, malam ini aku tak akan membuatkanmu ramuan mantra!”
“Paham! Tidak perlu kau ingatkan!” Ekspresi Yin Nuxia menunjukkan “Srikandi ini tahu batasanku”.
Dalam perjalanan pulang, Cheng Yun menyempatkan diri mampir ke supermarket dan pasar, baru kembali ke hotel. Setelah menyapa Yu Dian yang sedang jaga di resepsionis, ia langsung ke kamar dan mulai menyelidiki nilai sebuah batu permata semacam itu secara daring.
Ia memang tidak bisa menemukan harga pastinya, hanya bisa memperkirakan nilai kasar melalui batu permata lain yang pernah dilelang. Namun selisih harga lelang batu darah merpati juga sangat besar, dengan ukuran sekitar 10 karat, ada yang terjual puluhan juta RMB, ada yang mencapai puluhan juta dolar. Tapi sepertinya belum ada yang di bawah puluhan juta RMB.
Justru ada batu berwarna lain yang mungkin tidak seberharga darah merpati, tapi kira-kira artinya... laci itu bernilai hampir 10 miliar?
Rasa kesal Cheng Yun tadi cepat menghilang, tapi segera hatinya kembali merasa sesak.
Harta sebanyak ini... eh maksudku batu permata sebanyak ini tidak bisa dijual, hanya jadi pajangan, sama seperti tumpukan batu palsu. Buat kancing baju pun ukurannya terlalu besar, malah mengganggu.
Masih ada puluhan kilogram emas, dilihat dari warnanya kemurniannya juga tidak rendah, tapi ia tidak punya faktur atau bukti asal-usul lainnya. Hampir mustahil untuk menjual emas sebanyak ini. Bahkan jika dijual beberapa gram demi beberapa gram ke toko emas kecil sambil bilang warisan leluhur, belum tentu toko berani membelinya.
Soal pasar gelap... Bukan masalah beranikah Cheng Yun menjual ke pasar gelap, tapi dalam beberapa tahun terakhir di manakah di Jinguan ada pasar gelap yang berani membeli puluhan kilogram emas? Orang-orang yang bermain di tepi hukum di zaman sekarang lebih pengecut daripada warga biasa, dia berani jual tapi belum tentu ada yang berani beli.
"Sepertinya hanya bisa dipakai untuk bikin toilet." Cheng Yun bergumam sendiri sambil tak kuasa menahan tawa.
Si loli kecil berjongkok di atas meja kopi depan Cheng Yun. Di depannya ada piring berisi ikan kering kecil setengah piring. Sesekali ia menunduk menggigit sepotong ikan kering lalu mengunyah perlahan, sesekali mengangkat kepala memandangi Cheng Yun yang sedang asyik bergumam dan tertawa bodoh sendiri.
Tiba-tiba, terdengar ketukan lembut di pintunya. Loli yang sedang berjongkok di meja kopi langsung menggigil, refleks mengangkat kepala dengan penuh kewaspadaan menatap ke arah pintu.
Kemudian suara kekanak-kanakan terdengar dari balik pintu: "Paman Sepupu, Paman Sepupu, buka pintu! Buka pintu untukku!"
Loli itu seolah ketakutan, berbalik dengan lincah lalu melompat kembali ke sofa, mengkerut di sudut seperti boneka tak bernyawa.
"Nah! Datang lagi satu loli kecil." Cheng Yun berdiri dan berjalan menuju pintu.
Saat pintu terbuka, Cheng Lianxin yang mengenakan jaket bulu angsa gemuk sedang berdiri dengan tangan terkunci di belakang punggung sambil menengadah ke arahnya. Pipinya merah merona, seluruh tubuhnya bagai bola bulat.
Cheng Yun langsung tersenyum: "Lianxin mencari Paman?"
"Iya!" Cheng Lianxin mengangguk, langsung menyelinap melewatinya masuk ke dalam kamar, "Bibi Yan Yan pergi ke kampus, sendirian tidak seru."
"Tante Yin tidak menemanimu bermain?"
“Tante Yin sedang membersihkan kamar, tadi aku juga bantu dia mengepel lantai!” Cheng Lianxin menunjukkan ekspresi bangga kecil.
“Pantasan, pipimu sampai memerah karena kepanasan.” Cheng Yun memperlambat langkahnya sambil mengikuti di belakang gadis kecil itu, berbisik pelan, “Jadi kamu ingin ditemani bermain oleh paman?”
“Bukan!” Cheng Lianxin menggelengkan kepala dengan tegas, “Bibi Yan Yan semalam bilang paman memelihara anak kucing, aku mau main dengannya.”
“Itu kucing dewasa lho!”
“Waah!” Si kecil langsung melongok ke segala penjuru ruang tamu begitu masuk, “Di mana? Di mana? Ah ketemu! Bulunya putih ya, lucu sekali...”
Langkahnya tiba-tiba dipercepat menuju sofa.
Cheng Yun buru-buru berteriak, “Jangan sembarangan mengelus atau memeluknya! Dia pemalu dan galak, bisa menggigit atau mencakarmu!”
Mendengar itu, Cheng Lianxin langsung memperlambat gerakannya. Ia menoleh tajam ke arah sang paman, sorot matanya ke arah loli itu kini dipenuhi keraguan dan kehati-hatian.
"Eh!" Tiba-tiba dia melihat ikan kecil kering di meja, langsung menoleh ke Cheng Yun dengan wajah penuh harapan, "Paman Sepupu, apakah ikan kecil kering ini milikmu?"
"Omong kosong! Ada di kamarku, siapa lagi yang punya?"
"Enak... enak nggak?"
"Aku beli untuk si loli."
"Hah? Loli? Namanya loli?"
"Hm!"
"Kalau... kalau kamu boleh makan?" Cheng Lianxin bertanya dengan agak malu.
"Tentu saja boleh makan. Kamu juga boleh kok," kata Cheng Yun, "Di rumah paman sepupu masih malu-malu, dasar!"
Mata Cheng Lianxin berbinar, langsung mendekat dan mengulurkan tangan untuk mengambil ikan kecil kering di meja kopi.
Persis di saat itu, loli yang meringkuk di sofa tiba-tiba berdiri, menatap tajam tangan kecil Cheng Lianxin yang sedang menggapai ikan kering, sambil terkam-kam mengeluarkan suara "Ha!" dengan gigi terkembang.
Cheng Lianxin langsung membeku ketakutan, tangan tergantung di udara tanpa tahu harus berbuat apa.
Ia menatap Cheng Yun, tiba-tiba cemberut, mata berkaca-kaca: "Pam... Paman, itu... itu menggigitku."
Loli di sofa yang memperlihatkan wajah garang langsung membeku, buru-buru menoleh ke Cheng Yun dengan panik.
Cheng Yun menarik sudut bibir, berjongkok di depan Cheng Lianxin sambil menghibur: "Nggak kok, dia belum menggigitmu! Cuma kamu mau mengambil camilannya tanpa izin, mungkin dia marah. Jangan nangis, paman kasih makan."
Sambil berkata demikian, Cheng Yun mengambil sepotong ikan kecil kering dari sisi lain piring dan menyodorkannya ke Cheng Lianxin: "Makanlah, makanlah."
Loli kecil diam-diam mengamati gerakannya, mengkerutkan leher, tubuh mungilnya kembali meringkuk.
Cheng Lianxin cemberut menerima ikan kering itu, menoleh melihat loli yang sedang merangkak, tetap dengan ekspresi sedih.
Sang loli juga diam-diam meliriknya.
