Komandan Raja Salju masih menatap layar komputer, pandangannya berkedip-kedip mengikuti perubahan adegan drama. Beberapa saat kemudian, ia memalingkan wajah ke Cheng Yun: "Terdeteksi, Tuan, di dunia mana pun Tuan tinggal, Tuan selalu membutuhkan sejumlah kemampuan untuk melakukan hal yang diinginkan."
"Hm?" Cheng Yun menatapnya, "Komandan, maksud Tuan?"
"Yang ingin kukatakan... jika Tuan memiliki kekuatan yang lebih dahsyat, Tuan akan mudah mengubah dunia ini sesuai keinginan."
"Maaf, aku tak pernah berniat mengubah dunia ini. Aku juga tak punya energi untuk itu."
“Maka Tuan juga bisa lebih mudah mengubah hal-hal di sekitarmu.” Komandan Raja Salju berkata, "Kita harus bertahan di dunia ini, bertemu kontradiksi adalah keniscayaan. Sang Pencipta menyukai alur cerita yang memukau, sehingga kehidupan kita selalu penuh rintangan. Kapankah Tuan berencana mengejar takhta Tuhan Ruang-Waktu?"
"Takhta? Aku tak tertarik dengan benda bernama takhta itu." Cheng Yun menggelengkan kepala.
"Bukan berarti Tuan harus menyebut diri raja untuk memiliki takhta. Sebagai Tuhan Ruang-Waktu, pasti suatu hari Tuan akan mencapai tingkat yang tak mungkin dicapai makhluk lain, berapapun lamanya. Saat itu meski Tuan duduk diam, orang-orang dari dunia tak berujung akan menundukkan kepala sombong mereka di hadapanmu, memanggilmu dengan sebutan seperti 'Tuhan Ruang-Waktu' atau 'Raja Semesta'."
"Itu baru akan terjadi berapa lama lagi..." Cheng Yun menarik sudut bibirnya, adegan seperti ini sama sekali tidak terbayangkan olehnya.
"Aku juga tidak tahu."
"Jadi maksudmu..."
“Mungkin saya bisa merasa terhormat menjadi penunjuk jalan bagi Tuan, seorang Tuhan Ruang-Waktu yang baru lahir.” Komandan Raja Salju menatap Cheng Yun dengan pandangan tajam bercahaya, “Meskipun klan Raja Salju kami berdiri di puncak tertinggi Dunia Pan Yu, namun dibandingkan dengan Tuan, mungkin kami hanyalah sebutir debu yang tak berarti atau nyala api kacang yang bisa padam kapan saja. Jika saya bisa menyaksikan kebangkitan seorang Tuhan Ruang-Waktu, ini akan menjadi kehormatan seumur hidup saya.”
Cheng Yun menarik sudut bibirnya, ragu sejenak sebelum akhirnya berkata: “Sebenarnya... bukannya klan Raja Salju terkenal tidak pernah berbohong? Bagaimana kamu...”
Ekspresi Komandan Raja Salju menjadi kaku sejenak, lalu dengan serius berkata: “Saya sama sekali tidak menipu Tuan!”
“Hmm...”
Cheng Yun agak canggung menatapnya.
Sang komandan juga balas menatap Cheng Yun.
Beberapa saat kemudian, pandangannya mulai menunjukkan rasa bersalah sebelum akhirnya ditarik kembali. Setelah merenung sejenak, semangatnya seolah pulih kembali. Dengan keteguhan, ia menatap Cheng Yun: "Semua yang kukatakan benar adanya. Tuan masih terlalu lemah untuk memahami makna sebenarnya dari seorang Tuhan Ruang-Waktu. Bahkan yang baru lahir sekalipun - meski tak berbeda dengan manusia biasa - sudah cukup membuat si Elang yang begitu sombong itu tunduk. Namun perbedaan antara Tuhan Ruang-Waktu baru dengan yang benar-benar mencapai tingkat sejati bagaikan 108.000 li. Dengan penjelasan ini, kuharap Tuan mulai mengerti?"
"Apa kriteria Tuhan Ruang-Waktu sejati? Adakah standar khusus? Atau pencapaian seperti apa yang harus diraih untuk mendapatkan... gelar ini?"
"Soal itu... sebenarnya tidak ada standar pasti."
"Hm." Cheng Yun mengangguk, lalu melanjutkan, "Maafkan kelancanganku, bukankah umur rata-rata klan Raja Salju sekitar 4.000 tahun?"
"Oh? Bagaimana Tuan mengetahuinya?"
"Jika aku benar-benar menjadi Tuhan Ruang-Waktu sejati itu nanti, kemungkinan besar Komandan sudah tiada sejak lama, bukan?"
“Ah...”
“Jadi Anda berniat membawa kehormatan itu masuk ke liang kubur?”
“……” Komandan Raja Salju diam sejenak, “Kewaspadaan Tuan memang wajar. Seandainya posisi kita terbalik, saya pun mungkin tak bisa mempercayai jalan kultivasi dari orang asing. Tapi saya bisa bersumpah demi reputasi seluruh leluhur dan senior klan Raja Salju—saya sama sekali tidak berniat menjebak Tuan. Tak ada yang bisa menjebak seorang Tuhan Ruang-Waktu, dan tak seorang pun berani melakukannya.”
“Ucapan ini...” Cheng Yun kembali menarik sudut bibir, “Ketika saya sudah menjadi Tuhan Ruang-Waktu, Anda mungkin sudah... Lalu apa yang Anda takuti?”
“...Saya tidak bisa menjelaskannya pada Tuan. Ketika Tuan sudah mencapai ketinggian tertentu, secara alami akan mengerti.”
“Oh.” Cheng Yun mengangguk, ragu sejenak, “Berikan saya beberapa waktu. Nanti mungkin saya bisa memastikan apakah Anda benar-benar menjebak saya atau tidak.”
Komandan Raja Salju mengangguk, merenung sejenak sebelum bertanya lagi, “Lalu bagaimana Tuan mengetahui urusan suku kami?”
Cheng Yun juga terdiam sejenak, baru menjawab: "Setiap kali aku tertidur, aku akan melihat masa lalu kalian."
Pernyataannya ini sudah sangat diplomatis.
Komandan Raja Salju malah tertegun, berkata: "Ada hal seperti ini? Apakah ini kemampuan yang Tuan dapatkan setelah menyatu dengan node ruang-waktu? Aku harus mencatat ini!"
Cheng Yun mengangguk.
Komandan Raja Salju juga mengangguk, mengeluarkan suara "Oh", pandangannya terlihat serius. Kemudian tanpa mengatakan apa-apa, ia berdiri lalu menuju lantai atas, meninggalkan Cheng Yun yang masih terpaku.
"Hmm..."
Baru sampai di pintu tangga, Komandan Raja Salju tiba-tiba berbalik tubuh, menatap tajam ke arahnya: "Jika Tuan memiliki kemampuan ini, pasti Tuan segera akan tahu bahwa sepanjang hidupku tak pernah main akal licik. Tuan juga akan tahu tujuan kedatanganku ke dunia ini, alasan mengapa aku ingin membantu Tuan meraih takhta Tuhan Ruang-Waktu... Saat itu tiba, Tuan tak akan lagi berprasangka padaku."
Setelah berkata demikian, ia melanjutkan langkahnya naik ke lantai atas.
Cheng Yun membuka mulutnya, kata-katanya belum selesai diucapkan ketika siluet Komandan Raja Salju sudah menghilang.
Ia ingin mengatakan... bayangan yang dilihatnya dalam mimpi tak serumit itu, otaknya tak mungkin menyimpan setiap detil liku-liku perjalanan Komandan selama ribuan tahun, apalagi mengetahui segala intriknya.
Namun...
Cheng Yun menghela napas pasrah.
Setelah melirik perempuan yang terbaring di sofa, dengan ragu ia membuka tasnya. Jari-jarinya merogoh ponsel dan dompet panjang wanita yang berisi KTP.
"Xie Fei..."
Tangannya menarik lengan perempuan itu, membuka kunci ponsel untuk mencari kontak yang bisa dihubungi. Tapi setelah terhenti sejenak, ia mengembalikan ponsel itu ke dalam tas sambil menghela napas.
Gadis ini menghapus semua riwayat panggilan terakhir. Mana yang bisa dianggap kenal dekat?
Dengan kartu kamar di satu tangan dan tubuh perempuan itu dipikul di bahu, Cheng Yun bergegas menuju lantai atas untuk menitipkannya di kamar kosong.
"Sial sekali... Terjebak dalam situasi begini!" Cheng Yun menggelengkan kepala dengan pasrah, bergumam sendiri, "Besok pagi Yin Nuxia pasti harus mengatasi lantai... Harus cari kamar tanpa karpet, kalau tidak kerugiannya terlalu besar."
Untungnya selama proses memikul perempuan itu, ia tetap hening tanpa muntah atau mengamuk—kalau bukan karena bau arak yang menyengat, seolah ia sedang tertidur lelap.
Setelah menidurkannya di kamar, menyalakan AC, dan menaruh tempat sampah di sampingnya, Cheng Yun langsung turun ke lantai bawah. Ia tak mengelap wajah atau melepas mantel luar perempuan itu—itu semua cuma ada di drama televisi.
Bagi seorang orang asing, ia sudah mencapai tingkat ekstrem kebaikan dalam hati. Sedikit pun lebih dari ini akan jadi berlebihan.
Saat menutup pintu gerbang resepsionis dan mematikan peralatan untuk kembali ke kamar, loli kecil sedang meringkuk tidur di sofa—boneka hiu menempel erat di sisinya. Melihat lampu menyala, ia mengangkat kepala memandangi Cheng Yun. Beberapa saat kemudian kepalanya turun lagi, tapi matanya tetap terbuka lebar.
Cheng Yun tersenyum kecil, lalu mematikan lampu dan kembali ke kamar tidur.
