Siang hari.
Cheng Yun sengaja membeli beberapa jin ikan saury, digoreng hingga renyah, sebagian untuk makan siang loli, sebagian lagi disajikan di meja sebagai camilan.
Tentu saja, ikan goreng kecil panjang ini sebagian besar masuk ke perut Yin Nuxia. Dia memang mirip kucing.
Setelah makan siang, Cheng Yan dengan sadar dan gadis kecil Yu Dian memanggul mangkuk dan sumpit naik ke atas. Cheng Yun masih merasa perlu memastikan, maka mendampingi mereka.
Ternyata, Cheng Yan baru saja meletakkan peralatan makan di wastafel, belum mulai mencuci, hal pertama yang dilakukannya adalah berbalik menuju ruang tamu kecil, menyelinap mencari keberadaan loli.
Cheng Yun segera menangkapnya basah——
Saat itu dia berdiri di dalam batas dapur dan ruang tamu, menatap tajam ke arah loli kecil yang sedang menjilati piring di atas meja kopi. Meski ekspresinya datar, matanya fokus membatu tanpa berkedip. Si loli jelas sudah lama menyadari pengintaian ini. Dalam proses menjilati piringnya, dia sesekali mengangkat kepala untuk mengamati Cheng Yan dengan penuh kewaspadaan sebelum kembali menunduk melanjutkan aksinya. Namun sebelum piring itu benar-benar bersih seperti baru, dia tiba-tiba berhenti - mungkin malu melakukan hal yang kurang sopan ini di hadapan manusia.
Loli kecil itu berdiri di atas meja kopi dengan keraguan, lalu mengangkat kepala untuk saling pandang penuh keraguan dengan Cheng Yan sejenak. Seolah melihat Cheng Yun di belakang Cheng Yan, dia pun menunduk dan menggigit erat pinggiran piring. Dengan lompatan lincah, dia membawa piring itu menuju dapur.
Cheng Yan langsung membeku, mengedipkan mata dua kali — Ini kucing atau anjing sih?
Ia tak berkedip mengawasi loli kecil itu, sementara loli itu berjalan menempel tembok, dengan hati-hati menghindarinya, lalu melompat ke bak cuci piring dan meletakkan piring sekitar setengah meter dari Yu Dian, baru kemudian berbalik dan lari secepat kilat kembali.
Cheng Yan masih tetap takjub.
"Ahem." Cheng Yun batuk dua kali di belakangnya, "Apa yang kau intip di sini?"
"Hm?" Cheng Yan berbalik, mengerutkan kening saat melihat Cheng Yun, baru bertanya, "Kucing temanmu ini sepertinya dilatih dengan baik, bagaimana proses penyesuainannya?"
"Darimana aku tahu cara dia menyesuaikan, aku kan tidak pernah disesuai... ahem ahem."
"..." Cheng Yan melototi dia, penglihatan tepinya menangkap gadis kecil Yu Dian sudah mulai mencuci piring, langsung mendorong Cheng Yun sambil kesal, "Minggir-minggir! Aku mau cuci piring!"
“……”
“Boneka kecil itu masih disukainya kan?” tanya Cheng Yan sambil menggulung lengan bajunya.
“Seharusnya masih suka,” kata Cheng Yun dengan nada ragu, “Semalam ia tidur sambil memeluk boneka itu, pagi ini juga terus dipegang. Cheng Lianxin ingin merebutnya, tapi ia mati-matian menggenggam tak mau lepas! Jangan lihat anak muda ini penakut, sebenarnya cukup posesif, juga pelit makanan... Lihat sekarang sudah dipeluk lagi!”
“Hm?” Cheng Yan buru-buru berlari mendekat dan melirik.
Benar saja, saat itu loli sedang meringkuk di sofa, satu cakar kecilnya diletakkan di atas boneka hiu di sampingnya, mengangkat kepala... dengan ekspresi terpaku memandangi mereka.
“Ekspresi yang... sangat manusiawi.” Cheng Yan menarik sudut bibirnya, lalu berbalik melanjutkan cuci piring.
“Ngomong-ngomong!” katanya tiba-tiba, “Setelah cuci piring kita jalan-jatan ke supermarket hewan peliharaan yuk!”
Cheng Yun tertegun, lalu bertanya: “Kamu sore ini tidak ada kelas?”
“Ada, kenapa?”
"Sekarang sudah pukul setengah satu, kalau kita jalan-jatan lagi sebentar... Apa kamu bisa sampai tepat waktu di jam kuliah pertama? Atau maksudmu mau bolos?"
"Iya, kenapa?"
"Pagi tadi kamu sudah bolos satu jam pelajaran."
"Iya, kenapa?"
"Dosennya tidak absen?"
"Absen, terus?"
"......" Cheng Yun terdiam sejenak. Setelah sadar, ia buru-buru menggelengkan kepala dengan tegas, "Tidak boleh! Kamu tidak boleh sembrono bolos kuliah! Kita jalan-jatannya malam saja!"
"Dasar apa yang kamu punya untuk mengaturku?"
"Dasar?" Cheng Yun tertegun, "Aku kan walimu! Orang tua legalmu!"
"Terus-terusan menekankan hal ini, tidak bosan apa?"
"Ini kan fakta!"
"Maksudku, seorang yang semasa kuliah bolos dengan berbagai alasan konyol, bahkan pernah kabur jalan-jatan seminggu sampai nggak masuk satu kelas pun, tiap semester selalu gagal mata kuliah... Kamu pantas mengurusi bolosanku?" Cheng Yan meliriknya dengan sikap meremehkan, "Apa kamu nggak mikir kalau orang tua kita ini profesor kampus? Pipi mereka aja memerah malu karena ulahmu!"
“Kening……”
“Setidaknya aku tidak akan tidak lulus mata kuliah? Sebanyak apa pun bolos sekolah, aku tetap tidak akan gagal. Lagipula para dosen jurusan sejarah sudah mengenalku, kemungkinan besar mereka juga tidak akan mencatat bolos sekolahku.”
“……”
“Kalau begitu kita putuskan dengan menyenangkan.” Cheng Yan berkata dengan tenang, tangannya telah menyelesaikan mencuci piring dan mulai mengelap tangan.
“……”
Bantahan Cheng Yun tidak membuahkan hasil. Tak lama kemudian ia sudah ditarik Cheng Yan keluar rumah.
Saat mereka kembali sambil berjalan-jalan santai, waktu sudah menunjukkan hampir pukul setengah tiga. Tas Cheng Yan yang menggelembung berisi barang-barang penuh terlihat digendong di punggung Cheng Yun.
Mereka membeli mangkuk makan kucing ukuran ekstra besar yang cukup untuk membuat Tang Qingying kenyang dalam sekali makan—sebenarnya ini dirancang untuk anjing besar. Mangkuk seperti ini bisa membuat Yin Nuxia kenyang hanya dengan empat lima porsi, sudah termasuk sangat besar! Ada juga alas tidur kucing seukuran bantalan duduk yang menurut Cheng Yun harganya lebih mahal daripada kasur tatami yang dulu ia beli saat kuliah. Cheng Yan yang biasanya menganggap pengeluaran uang seperti banjir bandang dan binatang buas justru dengan tegas memilih model termahal ini. Andai Cheng Yun tidak menariknya, dia bahkan berencana membeli ranjang putri mini dan segunung mainan untuk si loli...
Kembali ke hotel, Cheng Yan melepas tas dari punggung Cheng Yun lalu berpura-pura tenang (padahal tak sabar) membawa mangkuk dan alas tidur naik ke lantai atas.
Dengan pasrah, Cheng Yun mengangkat bahu ke Yu Dian yang sedang berjaga di resepsionis sebelum melangkah pelan-pelan mengikutinya.
Hasilnya... Cheng Yan mengunci pintu kamarnya!
"Gadis ini..." Cheng Yun menarik sudut bibir, menempelkan telinga di pintu kamar untuk mendengarkan suara dari dalam. Samar-samar terdengar suara Cheng Yan berbicara, tapi sama sekali tak jelas apa yang diucapkan.
Dengan pasrah, ia mengeluarkan kartu kamar dan menggeseknya untuk membuka pintu. Masuk ke dalam, yang terlihat hanya Cheng Yan berdiri dengan wajah datar di ruang tamu kecil, seolah tak melakukan apapun.
Di atas meja kopi tergeletak alas tidur dan ember makan. Si loli masih meringkuk di sofa, menatap Cheng Yan dengan penuh kewaspadaan.
Cheng Yan mengalihkan pandangan ke Cheng Yun, wajahnya dingin: "Mengapa saat kuberi benda ini ia mengabaikanku?"
"Apa kau bilang ini untuknya?"
"Hm."
"Bagaimana mungkin kucing mengerti ucapanmu!" kata Cheng Yun dengan nada bermuatan Yin-Yang, "Jelas tak ada bahasa bersama antara kalian. Hanya aku dan dia yang memilikinya."
"... Bagaimana caramu melakukannya?"
"Takkan kuberitahu!"
"Terlalu dibuat-dibuat!" Cheng Yan menatapnya dingin, lalu berbalik dan bergegas keluar kamar.
Cheng Yun hanya mengangkat bahu dengan acuh, mengambil mangkuk nasi dan berkata pada si loli, "Ini mangkukmu nanti. Bisa diisi daging di satu sisi dan nasi di sisi lain, atau sayur dan sup."
Si loli menatapnya dengan takjub.
Lalu ia berjalan ke sofa dan berjongkok, membuat si loli langsung berdiri siap kabur. Tanpa peduli, di bawah pandangan panik dan tak berdaya si loli, dengan paksa ia menarik selimut bulu dari bawah tubuhnya dan melemparkannya sembarangan.
Baru kemudian ia mengambil kasur tidur dan meletakkannya di samping si loli, "Kasur ini akan jadi tempat tidurmu. Hmm, mahal lho, jangan dirusak."
Si loli melirik tumpukan selimut bulu merah muda di lantai, lalu melihat kasur bundar yang lembut di sampingnya, tetap terpana.
