Tangga bergema dentang langkah kaki yang panik dan ringan. Cheng Yan yang masih mengenakan mantel panjang turun berlarian dengan grogi.
Begitu tiba di pintu tangga, pandangannya langsung tertumbuk pada resepsionis yang dipenuhi orang-orang tergeletak. Jerit kesakitan bergelombang tak henti. Meski tak terlihat noda darah, lantai yang berserakan tiang besi dan tongkat lipat berkilauan itu persis seperti TKP pembunuhan, membuatnya nyaris terjengkang.
Cheng Yan langsung grogi. Buru-buru ia mempercepat langkah menuruni tangga, setiap kali melangkah melewati tiga empat anak tangga. Lima enam anak tangga terakhir bahkan langsung dilompatinya.
Tapi saat sampai di meja kasir, dia tidak melihat pemandangan yang ditakutkannya... Misalnya Cheng Yun kepala pecah berdarah atau bahkan tergeletak di sudut meja kasir. Bahkan sebaliknya, dia melihat Cheng Yun duduk dengan busana rapi dan raut wajak santai di balik meja kasir. Yin Nuxia duduk di sebelahnya, jaket bulu angsanya tergantung di meja kasir, memperlihatkan sweater ketat yang mengukir lekuk dada menawan dan pinggang ramping. Pinggangnya tegak lurus, tapi dengan kepala mengkerut penuh ekspresi mesum menatap tajam layar komputer...
Satu asyik bermain game.
Satunya lagi asyik menontonnya bermain.
Cheng Yan langsung membeku di tempat.
Dia juga mendengar suara berkelahi dan efek suara karakter dari komputer, Cheng Yun bahkan sedang memberi bimbingan pada Yin Nuxia.
"Satu Hantaman, Seribu Pukulan!"
"Setelah tarik menara ini, langsung Kembali! Kalau nggak Jax di lane lawan bakal nyamber kamu."
"Kalau teamfight berikutnya bagus, masih ada kesempatan. Tergantung apakah scarecrow kalian bisa melakukan ultimate dengan baik, dan support bisa menjaga ADC. Hm, kalau menang langsung push Baron, kalah langsung surrender."
"Oo..."
Cheng Yan memalingkan wajah melihat orang-orang yang tergeletak merintih di lantai, lalu menatap Cheng Yun dan Yin Nuxia dengan terpaku.
Akhirnya Yin Nuxia yang masih sambil main game mengingatkan Cheng Yun tanpa mengangkat kepala: "Cheng Yan datang, Kepala Stasiun."
Cheng Yun baru menoleh ke Cheng Yan, tertegun: "Kenapa turun? Dengar keributan?"
"Ada masalah apa ini?" Cheng Yan menunjuk beberapa orang di lantai, lalu mengamati Cheng Yun dengan cermat. Melihatnya masih utuh dengan wajah putih bersih, barulah lega: "Tadi dengar keributan di bawah, suaranya tak jelas. Aku pakai baju dulu baru turun lihat."
"Oh, laki-laki semalem itu balas dendam. Bawa... beberapa orang lah. Semuanya di sini."
"Terus?"
"Ya udah kayak gini."
"Kalian berantem?"
"Hm." Cheng Yun mengangguk, lalu membetulkan penjelasannya, "Lebih tepatnya mereka masuk untuk melukai orang dewasa dan mencoba merampok, sedangkan kami melakukan pertahanan diri yang sah."
"Jadi... mereka semua... kalian yang pukuli?"
"Sama saja."
"Aku tidak tahu kamu punya kemampuan sehebat ini!?" Cheng Yan tertegun, lalu menarik napas dalam-dalam, "Mereka membawa senjata! Bukannya seharusnya kalian lapor polisi saja?"
"Sudah kami laporkan!" jawab Cheng Yun.
"Satu, dua, tiga... enam orang!" Cheng Yan menghitung lima pria dewasa yang tergeletak di tanah seperti menghitung babi di kandang, kondisi tangan-kaki yang terdistorsi tidak beraturan dan wajah yang pucat membuatnya gemetar ketakutan. Setelah selesai menghitung, ia memandang Cheng Yun dengan tak percaya, "Enam orang bersenjata, bagaimana kalian berdua bisa mengalahkan mereka? Kalian tidak terluka... Malah duduk manis di sini main game!!!"
"Lha kalau nggak main game ngapain lagi? Nunggu polisi? Loh kok kayaknya emang lagi nunggu polisi ya." Cheng Yun menarik sudut bibirnya.
"......" Cheng Yan terdiam tak tahu harus berkata apa.
Tiba-tiba terdengar suara "bum!" dari speaker yang membuat Cheng Yan yang sensitif itu terkejut setengah mati.
Yin Nuxia membuka kedua lengan sambil menguap lebar, tersenyum terkekeh: "Akhirnya menang juga, aowuuu!"
Ia berdiri, mengambil jaket bulu angsa di meja kasir dan menyampirkannya di badan, matanya menyapu sekilas para pria yang merintih di lantai lalu mengerutkan kening: "Ribet banget suaranya..."
Cheng Yun mengangkat bahu: "Siapa suruh waktu nyerang nggak mikirin ini! Eh gue ingetin ya, sekarang mereka udah nggak bisa gerak. Kalau lo gebukin lagi itu udah melebihi batas pembelaan diri, nanti bisa digugat sama mereka di pengadilan buat nilep duit lo lho."
Yin Nuxia juga kebingungan menentukan apakah Sang Kepala Stasiun sedang menakut-nakutinya atau mengatakan kebenaran. Namun begitu mendengar ancaman penipuan uang, ia langsung duduk manis: "Tak apa, aku sangat bisa menahan diri. Watakku luar biasa baik."
Dari luar terdengar samar-samar dering sirene polisi yang semakin mendekat.
Beberapa mobil polisi berhenti di depan hotel. Beberapa polisi turun dari kendaraan dan bergegas menuju bangunan.
Sebelum sempat masuk, mereka langsung melihat beberapa orang tergeletak di lantai. Spontan mereka siaga, masing-masing mengeluarkan tongkat polisi atau tongkat lipat lalu mengerumuni pintu kaca.
Cheng Yun buru-buru berdiri dan memberi isyarat tangan.
Mereka menatap tajam Cheng Yun, melakukan verifikasi sejenak sebelum akhirnya seorang polisi maju mendorong pintu masuk.
Cheng Yun tertegun - ternyata ia mengenal polisi ini!
Dulu saat tim Interpol menangkap pria kulit hitam itu, Zhou Jiaxing dari kepolisian membawa dua anggota untuk berjaga di hotel. Polisi yang sekarang memimpin ini adalah salah satunya.
"Eh!" Ia yang pertama menyambut, lalu merasa canggung karena tidak tahu nama polisi tersebut.
"Bos Cheng, kalau tidak salah Anda bermarga Cheng kan?" Polisi itu juga mendekat, matanya menyapu sekilas orang-orang yang terbaring di lantai—dari pandangan pertamanya jelas korban mengalami luka minimal patah tangan-kaki, mungkin masih ada cedera internal yang tak terlihat.
"Hm, selamat berkenalan." Cheng Yun buru-buru menjawab, "Boleh tahu nama marga Bapak?"
"Zhang."
"Oh, Petugas Zhang."
Polisi lain mulai berdatangan masuk. Mereka tertegun melihat kondisi korban di lantai, ekspresi mereka berubah serius saat memandang Cheng Yun.
Polisi bermarga Zhang segera menguasai diri, mengalihkan pandangan dari lantai ke Cheng Yun: "Anda yang melapor?"
"Ya."
"Apa yang terjadi di sini? Kok lukanya parah sekali." Ia memberi isyarat pada rekan-rekannya untuk tidak panik sambil bertanya, "Ceritakan detail kejadiannya, semendetail mungkin."
“Hm.” Cheng Yun mengangguk, merapikan bahasanya sedikit lalu berkata, “Semuanya bermula dari semalam... Jadi kami terpaksa bertarung dengan mereka, akhirnya dengan susah payah berhasil menjinakkan mereka.”
“Mengerti.” Polisi bermarga Zhang mengangguk, namun ekspresinya tetap serius, “Maksudmu... Luka seberat ini semua disebabkan olehmu sendirian?”
“Aku dan Yin Dan berdua yang melakukannya.”
“Jangan coba-coba bohong!!”
“Ada rekaman kamera pengawas.”
“Jika ini benar, kalian berdua seperti superman possesi!” Petugas Zhang menyipitkan matanya, lalu menyuruh polisi lain memanggil ambulans. Baru kemudian ia menatap Cheng Yun, “Kejadian ini akan kuselidiki. Bagaimanapun, luka mereka sangat parah. Meski benar mereka yang memulai dan kalian membela diri, kemungkinan besar kamu tetap akan mendapat masalah.”
“Tidak akan. Aku jamin ini murni pembelaan diri yang sah, bahkan tidak melebihi batas. Silakan akses rekaman kamera pengawas kapan saja.”
“Rekaman kamera pengawas pasti akan kami periksa, dan kami minta Anda untuk pergi ke kantor polisi memberikan keterangan.” Petugas polisi bermarga Zhang masih meragukan perkataannya, “Tunjukkan dulu rekamannya. Jika memang bukan keributan massal, Anda hanya perlu ikut kami sesaat. Apakah ini tindakan defensif berlebihan, pihak berwenang yang akan memutuskan.”
“Baik!”
Cheng Yun kembali ke meja kasir.
Sekelompok polisi langsung melototkan mata sambil mengerumuni, masing-masing menunjukkan ekspresi ketidakpercayaan.
Melihat luka enam orang yang tergeletak di lantai dan senjata yang mereka bawa, setidaknya dibutuhkan lebih dari sepuluh pria dewasa bersenjata tumpul untuk mengalahkan mereka sampai seperti ini.
Saat diberitahu bahwa keenam orang ini yang menyerbu toko untuk melakukan perampokan, mereka sama sekali tidak percaya. Pengalaman mereka mengatakan ini pasti kasus penganiayaan dengan sifat sangat buruk.
Namun mereka segera selesai menonton rekaman.
Saat itu, semua orang terkejut sampai rahang bawah mereka hampir copot.
“Ini yang kamu maksud... dengan susah payah menjinakkan mereka?” Petugas bermarga Zhang berkata takjub, lalu melirik Yin Nuxia, “Ternyata memang pantas dijuluki Srikandi yang heboh di lingkaran kita!”
“Apa? Dialah hero wanita itu? Kok bisa... semungil ini...”
“Bagaimana ini bisa terjadi!”
“Tidak mungkin!”
Cheng Yun mengangkat bahu, “Lihatlah, benar mereka yang mulai, kita cuma bertahan pasif. Itu pun tak sampai melebihi batas. Cuma satu serangan per orang, langsung berhenti setelah mereka jatuh.”
Semua polisi menggigil.
Fragmen Yin Nuxia menendang hingga patah paha pria dewasa kekar terus berputar di benak mereka.
Lama kemudian, petugas Zhang menelan ludah, “Tolong salinkan rekaman kamera dan suara. Tim Interpol mungkin perlu sewaktu-waktu. Setelah ambulans datang, kita ke kantor untuk catatan laporan.”
“Berkordinasi penuh dengan investigasi Kawan Polisi.”
“Sudahlah, jangan bahas ini lagi!” Petugas polisi bermarga Zhang melirik Yin Nuxia yang tingginya 1,55 meter dengan hati masih dipenuhi ketakutan terlambat, mendapati ekspresi sang Srikandi masih berkunang-kunang, tak kuasa menghela napas, “Punya kemampuan tinggi dan berani mengambil risiko...”
