Cheng Yun tidak terlalu memedulikan hal-hal ini.
Di era serba instan jaringan internet sekarang, berita yang cuma dianggap "menarik" ini, meski sempat jadi sorotan, akan secepatnya tergulung gelombang informasi.
Adapun di dunia nyata... mungkin tidak seheboh yang dibicarakan di dunia maya, tapi durasinya seharusnya lebih panjang. Mungkin bertahun-tahun kemudian, orang-orang yang pernah melihat berita ini akan mengingat ada sebuah Hotel Anju tak jauh dari rumah mereka, tempat bos dan petugas kebersihan bisa menjatuhkan enam perampok bersenjata dengan tangan kosong...
Semua ini tidak akan mempengaruhi kehidupan Cheng Yun.
Selama rekaman kamera pengawas Yin Nuxia yang "musuh banyak, tapi satu serangan langsung tumbang" tidak tersebar, takkan ada orang yang iseng datang ke Hotel Anju untuk memuaskan rasa ingin tahu. Paling-paling hanya kenalan Cheng Yun yang tahu dia pemilik hotel akan datang heran menanyakan beberapa hal setelah melihat berita.
Tiga hari kemudian.
Tanggal 26 November 2017, Minggu, malam hari.
Cuaca hari ini cerah berangin, Jinguan langka tidak berpolusi udara. Di malam hari terlihat bintang-bintang jarang bertebaran.
Dua hari lalu, Kakek Cheng dari desa menyuruh orang mengantarkan banyak sosis buatan sendiri. Cheng Yun yang tak bisa menyimpan barang bagus, memanfaatkan cuaca cerah untuk memasang pemanggang. Ia juga membeli bahan-bahan dan sosis tanah, mengadakan lagi acara barbekyu. Sekarang arang di pemanggang sudah padam.
Cheng Yan dan Tang Qingying yang sudah membereskan peralatan turun ke sekolah. Yin Nuxia dan Yu Dian juga turun, menyisakan Cheng Yun sendirian berbaring di atap gedung, menatap bintang yang lama tak terlihat.
Tentu saja, ada juga Raja Padang Salju yang masih balita.
Raja Padang Salju kecil ini sedang berbaring di sebelahnya, cakar mungilnya erat mencengkeram cakar ayam yang terus digerogoti—nyaris hanya tersisa tulang sekarang, tapi ia berat melemparkannya. Awalnya ingin mengunyah tulang hingga hancur dan menelannya, namun Cheng Yun tak mengizinkan. Akhirnya dengan susah payah ia mencungkil semua daging dan urat dari tulang cakar ayam itu.
Tak lama kemudian, loli yang sedang menggigit cakar ayam tertegun, mengangkat kepala melihat ke satu sisi, lalu tiba-tiba memalingkan wajah ke arah Cheng Yun.
Cheng Yun merasakan gerakannya, mengikuti pandangannya, dan melihat sosok tinggi besar berdiri di tepi pagar. Cahaya lampu di atap gedung membentuk bayangan di belakangnya, berbentuk binatang buas yang gagah perkasa.
Cheng Yun hanya bisa mengatupkan bibir dengan pasrah.
Beberapa hari terakhir, Panglima tertinggi Raja Salju ini sering menyelinap mendekatinya saat tak ada orang di sekitarnya untuk cuci muka. Perlahan ia mulai terbiasa dengan cara tampilnya yang dramatis ini.
Saat itu Komandan Raja Salju mengangkat kepala menatap langit, sepertinya sedang memandang gugusan bintang-bintang dengan tatapan terpaku.
Si loli dengan rasa bersalah melirik ke arah Komandan Raja Salju, lalu ke Cheng Yun, sebelum cepat-cepat menunduk kembali menggerogoti cakar ayamnya. Hanya saja gerakannya menjadi jauh lebih pelan, tak berani mengeluarkan suara sedikitpun bahkan yang paling halus sekalipun.
Musim dingin tanpa kicau serangga, atap gedung hanya menyisakan suara bising mobil dari jalanan bawah dan desau angin malam yang samar.
Cheng Yun mengatupkan bibir, membuka mulut memecah keheningan: "Jika kau naik lebih awal, mungkin masih sempat makan beberapa tusuk barbekyu."
Komandan Raja Padang Salju menggelengkan kepala, berkata: "Hidup yang tenang dan santai, aku akan mempengaruhi kalian."
Cheng Yun menatap loli kecil, tidak berkomitmen, lalu bertanya: "Apa yang kau pikirkan?"
"Apa yang kupikirkan?"
"Hm, saat kau mengangkat kepala memandang bintang."
"Tidak memikirkan apa-apa." Jawab Komandan Raja Padang Salju dengan tegas.
"Hm? Benarkah?" Cheng Yun tampak ragu, "Biasanya saat orang terpaku memandang angkasa, mereka sedang mengenang kenangan indah masa lalu atau merasakan keluasan langit-bumi dengan kekerdilan diri sendiri. Hm, ada juga yang melamun tak karuan."
"Hm?" Komandan Raja Padang Salju menoleh memandangnya, "Aku cuma melihat bintang saja, bukankah ini hal biasa bagi manusia di dunia kalian?"
Cheng Yun juga menggelengkan kepala: "Sesering apapun kami memandangnya, tak mungkin menghindari rasa terpana saat mengamati hamparan langit ini."
Setelah berkata demikian, ia kembali bertanya: "Bagaimana denganmu?"
"Tentu saja." Komandan Raja Salju mengangguk, "Aku pun terpana. Apalagi ini pertama kalinya aku menyaksikan langit berbintang seberkilau ini, hamparan langit malam sesungguhnya. Sebelumnya, aku hanya membaca catatan tentang Alam Semesta Raya dalam literatur kuno, mendengar spekulasi keberadaannya dari eksplorasi para bijak manusia. Baru setelah tiba di dunia ini, untuk pertama kalinya aku menyaksikan Alam Semesta Raya yang utuh dan nyata."
"Lihat." Ia menunjuk ke arah gelap, "Jika kalian ingin melihat dunia lain, cukup angkat kepala di malam cerah. Sedangkan kami harus menembus benteng antardimensi."
Cheng Yun mengikuti arah yang ditunjuknya, tapi tak satu pun bintang terlihat.
Loli juga mengangkat kepalanya sedikit karena percakapan mereka, melihat ke langit dengan ekspresi bingung, lalu memandang Komandan Raja Salju, kemudian menatap Cheng Yun, seolah sama sekali tak mengerti apa yang mereka bicarakan.
Dengan cepat, keheningan menyelimuti antara Cheng Yun dan Komandan Raja Salju.
Loli itu melirik Cheng Yun seperti pencuri, saat menunduk menggigit ceker ayam, tanpa sadar menggigit lebih keras. Ia berpikir—jika ia memanfaatkan kesempatan ini untuk mengunyah tulang hingga hancur dan menelannya, akankah manusia yang baik padanya ini menyadarinya?
Tentu saja pemikiran Cheng Yun berbeda dengan dugaan si loli.
Dari Tua Master Hukum, ia memperoleh banyak ilmu pengetahuan. Sesekali melalui node ruang-waktu, ia juga bisa melihat hal-hal di luar alam semesta. Ini membuatnya paham bahwa tidak semua alam semesta berwujud seperti yang terlihat di depannya sekarang.
Alam semesta yang dilihat manusia Bumi disebut Alam Semesta Raya. Mereka umumnya tercipta karena Ledakan Besar atau sebab lain, lalu berkembang ke arah perluasan yang unik. Tentu saja ada spekulasi bahwa terjadi kesalahan dalam tahap pembuatannya, atau jenis alam semesta ini memang sejak awal merupakan kreasi berbeda dibanding tipe lainnya. Contohnya Dunia Pan Yu, alam semesta itu tidak terdiri dari ribuan galaksi dan bintang yang tersebar di ruang kosong tanpa batas dan sekat.
Dunia Pan Yu dipecah oleh sekat multidimensi menjadi kotak-kotak kecil, setiap kotak merupakan dunia terpisah dengan ukuran beragam. Beberapa memiliki tanah dan kehidupan, mirip Bumi; sebagian kosong tanpa apapun; ada juga yang berupa daratan tandus tanpa udara, bagai planet tak berpenghuni... Dunia itu memiliki hukum mandiri yang menopang struktur alam semesta yang bahkan terkesan absurd bagi Cheng Yun.
Maka mereka tidak bisa langsung terbang keluar dari dunia mereka begitu saja meski sudah membuat pesawat antariksa, karena masih ada benteng dunia yang tebal menghalangi langkah dan pandangan mereka. Alam Semesta Raya yang memungkinkan seseorang melihat tak terhitung "dunia multidimensi" berkilauan hanya dengan mengangkat kepala ini tentu membuat Komandan Raja Salju terpana dan terkagum-kagum.
Dalam keheningan, tiba-tiba Komandan Raja Salju bertanya padanya: "Apa yang biasanya dipikirkan orang dunia ini saat memandang bintang-bintang di langit?"
"Lalu apa yang dipikirkan orang dunia kalian saat melihat benteng dunia?" Cheng Yun membalas bertanya.
"Hmm..." Komandan Raja Salju merenung sejenak, "Mereka umumnya adalah orang-orang yang sangat kuat. Tentang isi pikiran mereka... Aku menduga mereka mungkin berpikir bagaimana menghancurkan benteng ini, bagaimana mencapai dunia lain, atau mungkin memikirkan asal-usul benteng ini, fungsi dan penyebab keberadaannya? Atau bahkan... merenungkan posisi kita dalam struktur sarang lebah multidimensi ini?"
"Bagaimana denganmu?"
“Aku juga memikirkan hal-hal itu.”
“Sama saja!” Cheng Yun mengangguk, "Orang-orang di dunia kita juga merenungkan planet di ujung alam semesta, penasaran dengan misteri eksistensi kosmos dan hal-hal filosofis lainnya. Tentu saja, seperti yang kusebutkan sebelumnya, seringkali banyak orang hanya mengarang khayalan kosong."
Komandan Raja Salju kembali terdiam mendengar penjelasan itu.
Setelah waktu yang lama, ia mengangkat kepala dan menatap Cheng Yun, tiba-tiba bertanya: "Sudahkah kau pertimbangkan matang-matang, Sang Kepala Stasiun?"
Cheng Yun terpaku, butuh beberapa saat sebelum menyadari maksud pertanyaan tersebut.
Ia menarik napas dalam-dalam lalu mengangguk: "Kurasa bisa mempercayaimu, dan boleh mencoba."
