Sekitar pukul sepuluh pagi, Cheng Yun mengayuh sepeda Mobike bergoyang-goyang kembali. Keranjang sepedanya sudah penuh sayuran, bahkan di setang sepeda pun tergantung kantong plastik.
Saat ini kabut tidak separah pagi buta tadi, namun masih belum menunjukkan tanda-tanda akan menghilang. Matahari tak kunjung muncul.
"Cuaca sialan ini! Bersepeda sampai tangan kaki dingin membeku." Chengyun menggerutu sambil menaiki anak tangga. Karena kedua tangan penuh membawa sayuran, ia terpaksa membobol pintu kaca dengan bahu dan masuk ke area resepsionis.
"Hm?!"
Chengyun tertegun mendadak.
Ia melihat Yin Nuxia terbaring lesu di sofa sambil memegang ponsel bermain game, jarinya seperti tanpa sadar meluncur di layar. Pipinya memerah bagai demam, matanya setengah terpejam dengan sorot mata berkaca-kaca.
Di saat bersamaan, Cheng Yan juga telah kembali. Ia dan Yu Dian duduk di resepsionis sambil menatap tajam layar komputer, tak jelas sedang menonton apa.
"Ada apa denganmu ini?" Chengyun menatap tajam Yin Nuxia, "Sebelum berangkat kamu masih baik-baik! Kok sekarang seperti diberi obat?"
“Tidak……” Yin Nuxia bergumam lesu, penampilannya yang tak berdaya sama sekali berbeda dengan sosoknya yang biasanya penuh semangat.
“Ada apa denganmu? Apakah kau tidak enak badan?” Cheng Yun buru-buru meletakkan sayuran di meja kopi, mendekat sambil bertanya.
Begitu mendekat, ia mencium bau arak samar. Namun sangat lemah, sampai-sampai tidak mirip bau minuman keras.
Yin Nuxia mengangkat kelopak matanya yang berkaca-kaca, menatapnya dengan sorotan menggoda yang memperkuat pesona wajah iblisnya, sekaligus memancarkan kesan lemah lembut yang belum pernah Cheng Yun lihat sebelumnya.
“Pusing~” suaranya lemah.
“Kau minum arak?” Cheng Yun mengerutkan alis, “Bukannya kau bilang tidak minum?”
“Tidak~” Yin Nuxia memaksakan diri untuk terlihat waspada, menatapnya dengan wajah terlalu serius.
“Masa tidak minum? Sudah jelas mabuk!”
“Benar-benar tidak minum~ juga tidak mabuk~” Yin Nuxia terus bergumam, “Aku tidak pernah minum arak, minum arak mempengaruhi reaksiku!”
“Tapi sekarang kau sudah tidak berkeliaran di dunia persilatan lagi.”
“Tetap tidak minum!”
“Lalu kenapa kau begini?” Cheng Yun masih mengerutkan alis, menoleh ke Cheng Yan dan Yu Dian, “Yang benar saja, bagaimana kalian membiarkannya sampai seperti ini? Ngomong-ngomong, dari mana...”
Menatap pandangan interogasi Cheng Yun, Yin Nuxia juga bingung mengerutkan alis tipis, “Aku benar-benar tidak minum arak: Aku hanya... hanya makan sedikit bubur...”
“Bubur...” Cheng Yun menarik sudut bibirnya, di hatinya sudah ada keputusan.
“Hm.” Yin Nuxia mengeluarkan suara hidung tak berdaya, lalu bergumam tak jelas, “Bubur dingin.”
“Bubur dingin...”
“Hm, bubur dingin manis.”
"Bubur dingin manis..." Cheng Yun meniru nada bicaranya mengulang, setelah berkata demikian menghela napas dengan pasrah, "Bagaimana kau menemukannya? Padahal kusimpan di kamarku."
"Aku... aku lihat Cheng Yan sedang makan... Dia... dia memberikanku... Cheng Yan benar-benar orang yang kesetiakawanan dan dermawan." Tangan Yin Nuxia sudah mulai goyah memegang ponsel, membiarkan ponsel jatuh di tubuhnya, disangga oleh dadanya yang berisi, layar masih menghadap ke wajahnya, begitu menunduk langsung bisa melihat.
Cheng Yun menoleh tajam ke arah Cheng Yan dengan wajah tak tahu harus berkata apa.
"Jangan salahkan aku!" Cheng Yan mengangkat bahu dengan ekspresi datar, "Aku belum sarapan, kebetulan menemukan ember ciu mu, cuma mau makan sedikit. Eh ketahuan Kak Yin Dan, dia 'baik hati' mendekat mengkhawatirkan aku, nanya apakah nasi putih enak, lalu kucicipkan sedikit, lalu sedikit lagi, lalu sedikit lagi..."
"Jadi sebenarnya berapa banyak yang dia cicip?" Cheng Yun bertanya dengan tertegun.
“Tanya saja dia.” Cheng Yan tetap tak beremosi.
Cheng Yun terpaksa memalingkan wajah ke Yin Nuxia.
“S-setengah...” Menghadapi tatapannya, Yin Nuxia menghindari kontak mata, “Aku rasa bubur itu lumayan enak, jadi makan sedikit lebih banyak...”
“Setengah?” Cheng Yun menatap tajam, “Setengah mangkuk? Atau setengah total? Atau setengah ember?”
Yin Nuxia terdiam merenung sejenak, lalu bersikap tegas: “Setengah mangkuk.”
“Setengah mangkuk bisa bikin mabuk kayak gini?” Cheng Yun bertanya dengan curiga.
“Memang setengah mangkuk!” Ucap Yin Nuxia tak jelas, tangannya tak sadar membuat gerakan melingkar, “Sekitar segini besar mangkuknya, warna merah, dalam, ada tutupnya, di bagian mulut wadah ada pegangan buat diangkat...”
Cheng Yun langsung membeku, tak tahu harus menjawab apa. Setelah lama terdiam, akhirnya mengeluh: “Kami manusia Bumi biasanya menyebut wadah seperti ini EMBER!”
Setelah berkata demikian, ia kembali menatap Cheng Yan: "Kenapa kau memberinya makan sebanyak ini?"
"Jangan salahkan aku!" Cheng Yan tetap dengan kalimat itu, "Aku dengar dia bilang baru saja sarapan, mana sanggup dia makan sebanyak ini? Saat aku hendak mengingatkannya untuk mengurangi porsi, dia sudah sibuk mengais-ngais sisa makanan di celah melengkung pinggiran ember pakai sendok!"
Yin Nuxia membuka mata memandang takjub ke arah Cheng Yun: "Komandan, nasi semewah itu... pasti harganya selangit ya..."
"Tidak mahal, tenang saja, gajimu tidak akan dipotong."
"Bukan takut dipotong gaji... Tapi takut menghabiskan banyak uang komandan, hatiku jadi tak enak..." Yin Nuxia berkedip-kedip lemah dengan suara kecil.
"Benar-benar tidak mahal," Cheng Yun menjawab dengan nada kesabaran, "Hanya saja ini tidak boleh dimakan berlebihan, kalau kebanyakan akan mabuk seperti kondisimu sekarang."
“Omong kosong!” Yin Nuxia menatapnya dengan tatapan "kamu jangan coba menipuku", "Hanya minum arak yang bisa mabuk, aku kan tidak minum arak!"
Cheng Yun dengan wajah pasrah berkata, "Bubur dingin manis yang kamu sebut itu dibuat dari arak. Namanya arak ketan."
Yin Nuxia langsung tertegun: "Ah?"
"Kamu tidak merasakan rasanya?"
"Benarkah?" Mata Yin Nuxia membelalak, "Aku... aku belum pernah minum arak, ternyata arak rasanya semanis ini!!"
"Arak tidak manis, ini yang manis. Jangan sembarangan mencuri-curi minum arak!" Cheng Yun bingung menjelaskan, "Intinya arak ketan tidak sekuat arak lain, tapi kalau kebanyakan tetap bikin sakit. Lihat kamu sekarang sampai terbaring."
"Hm..." Nafas Yin Nuxia tersengal-sengal.
"Sakit ya?"
"Sakit." Yin Nuxia mengangguk patuh, lalu menambahkan lemah, "Sakit karena kekenyangan~"
"Tadi kan bilang pusing?"
"Pusing~" Yin Nuxia mengangguk, menatap Cheng Yun penuh harap, "Ditambah perut tidak nyaman, tapi yang terutama memang kekenyangan..."
Cheng Yun dengan ekspresi tak beremosi berbalik, bertanya pada Cheng Yan: "Kenapa kamu kembali lagi?"
Cheng Yan menatap tajam dengannya dengan dingin, lalu melirik ke arah Yin Nuxia, baru menjawab: "Tidak bolehkah?"
"Bukannya seharusnya kamu sedang mengikuti pelajaran di sekolah?"
"Tidak bolehkah aku pulang lebih awal? Tidak boleh bolos?"
"......Kamu memang selalu punya alasan untuk segala perbuatan." Cheng Yun tak berdaya, sambil mengangkat barang-barang di meja kopi berkata, "Cepatlah, bantu aku bawa ke atas!"
Cheng Yan mendengus keras, keluar dari area resepsionis.
Cheng Yun lalu berkata pada Yin Nuxia: "Kalau pusing tidurlah, waktu kecil aku juga pernah mencuri makan benda ini, kami menyebutnya shang (nada kedua) jiu. Cheng Yan juga pernah mabuk, waktu itu di kampung halaman, setelah mabuk dia lari ke kebun sayur dan berbaring sambil menyanyi... Hush kenapa kau mencubitku, sudah berlalu begitu lama masih takut... Hush..."
Suara Cheng Yun dan Cheng Yan berangsur menghilang di tangga.
Yin Nuxia benar-benar tak punya tenaga untuk membuka mata, perlahan menutup sepasang mata berkilau yang memesona.
Sementara pertarungan di Kejayaan Raja masih berlanjut.
