“Hah!”
Cheng Yun memandang Yin Nuxia dengan terkejut: “Apa orang-orang di duniamu selalu seblakangan langsung seperti ini?”
Yin Nuxia membelalakkan matanya, menatap tajam dengan wajah tak bersalah: “Tidak juga! Aku baru belajar jadi seperti ini setelah sampai di dunia kalian! Lagipula ini cuma pertanyaan praktis, bukankah setiap orang harus meneruskan keturunan?”
“Siapa yang bilang?”
“Ah? Meneruskan keturunan adalah hal yang wajar! Apa garis keturunanmu akan terputus di generasimu?”
“Melanjutkan keturunan adalah insting, tapi bukan kebenaran mutlak. Yang membedakan kita sebagai manusia adalah kita tak lagi tunduk pada insting. Sekarang banyak yang memilih jadi DINK!” Cheng Yun mengatupkan bibir, “Dan apa kau lupa aku ini abadi dan tak menua? Kalau begitu, untuk apa buru-buru punya anak!”
“Oh iya.” Yin Nuxia mengangguk, “Kau tak perlu panik seperti orang-orang biasa ini.”
“Dan untuk mencegah cucu-cucuku memiliki penampilan seusiaku, kuputuskan untuk tidak punya anak.” Cheng Yun mengangguk pada dirinya sendiri.
“Cacingmu?”
“……” Cheng Yun membalikkan mata.
Beberapa saat kemudian dia bertanya: “Kalau kamu? Kamu juga bisa cari pacar!”
“Hiii~~” Sang Nuxia buru-buru menggelengkan kepala.
“Mengapa?” Cheng Yun bingung, “Kamu sangat bisa mencari pasangan!”
“Aku sama sekali tidak tertarik!” Yin Nuxia bergumam, “Dunia kalian ini isinya cuma ayam lemah...”
“Begitukah?” Cheng Yun mengerutkan kening, lalu spontan berseru, “Tapi dulu sarjana yang kamu kenal itu juga ayam lemah lho!”
“Hmm...” Pipi Yin Nuxia memerah seketika, tiba-tiba tak bisa mengucapkan sepatah kata pun.
Tapi sambil gagap, dia tiba-tiba tertegun, menatap Cheng Yun dengan heran bertanya, “Kok kamu tahu dulu aku... dulu aku kenal seorang sarjana?”
Cheng Yun juga terkejut, buru-buru tersenyum berkata, “Kamu sendiri yang bilang! Apa kamu lupa?”
“Aku yang bilang?” Yin Nuxia mengedipkan mata penuh keraguan, lalu menunduk masuk ke dalam renungan.
“Iya! Dasar ingatanmu! Memang beda tipis!”
“Tidak benar!” Yin Nuxia tiba-tiba mengangkat kepala, memandang Cheng Yun dengan keteguhan di mata, “Mustahil! Aku takkan ceritakan hal ini ke orang lain! Belum pernah sekalipun!”
"Eh..." Cheng Yun tertegun, segera melanjutkan, "Tapi kita kan teman baik, mana mungkin dianggap orang lain?"
"Hm?" Srikandi itu terkesiap.
"Menurutmu seberapa dekat hubungan kita?" Cheng Yun bertanya.
"Ya... baguslah." Yin Nuxia terdiam bingung.
"Lha wong kau ceritakan rahasiamu padaku juga nggak aneh-aneh amat." Cheng Yun membalikkan mata, "Dasar, otakmu memang udah rusak!"
"Er..." Yin Nuxia mengedipkan mata lalu menunduk lagi. Kali ini dia tidak lagi merenungkan apakah pernah bercerita pada Cheng Yun, malah mulai meragui dirinya sendiri.
Cheng Yun memanfaatkan momentum, cepat mengalihkan perhatiannya: "Makanya kau bisa cari pacar di dunia kita ini, minimal bisa jalan-jalan bentar! Cinta bikin orang jadi dewasa."
"Jangan!"
"Kenapa?"
"Aku cuma jagoan kasar yang cuma bisa berantem, mana ada yang mau nerima!" Yin Nuxia pura-pura santai menjawab.
“Kening... Prajurit wanita ya...” Cheng Yun menarik sudut bibir, berpikir sejenak lalu melanjutkan, "Tapi sebaiknya jangan bicara seperti itu. Meski pendidikanmu tidak tinggi, masih banyak orang di dunia kami yang menyukai gadis polos seperti dirimu. Jadi sama sekali tidak perlu merasa inferior. Kalau karena bekas luka di wajahmu ini, itu malah lebih tidak perlu lagi. Seingatku sudah kukatakan, bekas ini sepenuhnya bisa dihilangkan."
"Bekas luka ini adalah bagian dariku." Yin Nuxia menggaruk pipi, setelah merenung sebentar menambahkan, "Lagipula aku bukan penduduk dunia kalian, ada kesenjangan generasi. Selain itu... aku juga tidak yakin akan tetap tinggal di sini. Lebih baik mengurangi keterkaitan."
Cheng Yun yang diam-diam mendengarkan tiba-tiba bertanya, "Seberapa besar pengaruh sarjana itu terhadap dirimu?"
"Ha?" Srikandi itu tertegun, cepat-cepat menundukkan kepala. Setelah jeda cukup lama baru menjawab, "Biasa saja. Dulu terasa sangat menyakitkan, tapi belakangan sudah bisa menerima."
"Bagaimana proses penerimaannya?"
“Dunia sana memang seperti itu.” Yin Nuxia dengan santai melambaikan tangan, “Para pria tidak menghormati wanita. Mereka tidak menganggap wanita sebagai pasangan hidup, tapi hanya pelayan yang merawat mereka, alat untuk melahirkan anak, dan objek pelampias nafsu di malam hari.”
“Oh begitu rupanya!” Cheng Yun mengangguk.
Saat hendak melanjutkan bicara, mereka sudah sampai di lapangan olahraga Universitas Yizhou.
Sinar matahari menembus lapisan awan, menyirami dunia dengan cahaya keemasan. Di hamparan rumput, dua tim sedang bermain sepakbola setengah lapangan. Di lintasan plastik, beberapa siswi berjalan bergandengan tangan sambil berlari kecil. Sekelompok siswi lain berdiri di sudut melakukan senam aerobik, terlihat seperti sedang mengikuti kelas olahraga.
Yin Nuxia menguap lebar lalu duduk di rumput tepi lintasan, “Hari ini masih pagi. Tiga puluh putaran. Ayo, Sang Kepala Stasiun!”
Cheng Yun menggelengkan kepala, hanya sedikit meregangkan sendi kaki, tidak melakukan peregangan otot, lalu langsung naik ke lintasan dan mulai berlari kecil.
Yin Nuxia mengangkat kepala menatap tajamnya beberapa saat, kemudian cepat-cepat mengeluarkan ponsel dan membuka game Kejayaan Raja.
Setelah dua putaran berlari, kecepatan Cheng Yun mulai stabil dan tubuhnya mulai berkeringat. Saat mendekati Yin Nuxia lagi, dia melepas mantel luar sebelumnya dan tiba-tiba melemparkannya ke arahnya.
Yin Nuxia sama sekali tidak mengangkat kepala, hanya menggunakan satu tangan untuk menangkap mantel itu, lalu asal melemparkannya ke samping.
Tepat di saat itu, hero-nya terkunci oleh lane lawan, lalu tiga musuh langsung menyerbu dan menghancurkannya dalam hitungan detik.
"Sial..." Yin Nuxia menggerutu tak habis paham, menatap Cheng Yun dengan tatapan tak puas.
Cheng Yun mengenakan kaos oblong berlengan panjang hitam polos yang sangat menempel di tubuh, mempertegas lekuk tubuh bagian atasnya yang semakin kekar. Bagian bawahnya ia kenakan celana training ketat dengan garis vertikal di kedua sisi, sementara kakinya menginjak sepatu lari. Dengan kecepatan tinggi dan ritme teratur, langkahnya lebar, ditambah postur tubuh dan tingginya, tanpa sengaja menarik pandangan banyak wanita ke arahnya.
Yin Nuxia menghela napas panjang, lalu kembali menundukkan kepala.
Tapi baru saja hero-nya bangkit kembali, ponselnya menerima SMS. Yin Nuxia tertegun, membuka pesannya, lalu membaca kata demi kata dengan jari menelusuri layar.
"Traffic kurang..."
Yin Nuxia terdiam, berpikir keras, baru teringat Nona Yu pernah membicarakan hal ini.
"Harus... harus matikan ponsel sambil menunggu Sang Kepala Stasiun mengisi traffic-ku?" Yin Nuxia langsung dilanda keraguan, "Masa iya AFK?"
"Tapi kalau nggak AFK, bakal habis banyak uang!"
“Ah……”
Yin Nuxia dengan berat hati memadamkan permainan.
Berikutnya, ia terjerat dalam keadaan bosan, menyaksikan Sang Kepala Stasiun berlari sekali putaran, dengan malas menghitung jumlah putaran.
Tapi semakin dihitung, ia kembali lupa sudah sampai putaran ke berapa tadi……
Lalu ia mulai membaca sembarangan.
Ia menemukan di lintasan plastik selalu ada gadis-gadis remaja yang aktif diam-diam mengawasi Sang Kepala Stasiun, bahkan bisa mendengar beberapa siswi yang lewat di sampingnya berbisik-bisik membahas postur dan penampilan Sang Kepala Stasiun, seperti "ganteng banget" atau "hebat sekali", yang membuatnya semakin bosan.
“Ganteng apanya? Wong mukanya nggak persegi!”
Setelah beberapa saat, ia menyangga rahang bawah sambil menonton grup itu bermain sepak bola di hamparan rumput hijau.
