Beberapa saat kemudian, Yin Nuxia mengangguk bingung: "Aku mengerti, tim kita harus menendang bola ke gawang ini ya?"
"Benar!"
Yuan Jiayou juga mengangguk curiga. Menurutnya Yin Nuxia jelas-jelas ahli sepakbola, tapi entah mengapa terlihat sama sekali tidak memahami aturan permainan.
Untuk mempermalukan mereka lebih efektif?
"Mengerti." Yin Nuxia mengangguk.
Saat Cheng Yun kembali melewati area tersebut setelah berlari satu putaran, Yin Nuxia sudah mulai berlari bersama grup itu di hamparan rumput hijau.
Cheng Yun menoleh memandangnya sejenak, mendapati kecepatan dan gerakannya terkendali dengan baik, ia pun tak lagi khawatir. Setelah menarik kembali pandangan, ia melanjutkan larinya.
Tak butuh waktu lama, Yin Nuxia berhasil merebut bola.
Langsung ia berbalik membidik gawang lawan, tampaknya hendak menembak langsung. Yuan Jiayou kebetulan berdiri di depannya, seolah ingin mencegat.
Yin Nuxia tanpa pikir panjang langsung menendang bola.
"Bum!"
Saat Cheng Yun mendengar teriakan sekelompok orang dan menoleh, terlihat seorang pemuda bertubuh tinggi besar tengah memeluk perut kecilnya terguling di tanah, sementara yang lain bergegas mendekatinya. Tak jauh dari sana, sebuah bola perlahan menggelinding keluar batas lapangan.
Ia tertegun sejenak, lalu segera berlari ke sana.
Cheng Yun melesat cepat ke depan Yin Nuxia, berkata dengan nada kesal: "Bukankah sudah kusuruh untuk menyentuh ringan? Ada masalah apa ini!"
"Aku... aku sudah ringan kok!" Yin Nuxia tampak bingung.
"Kau yakin ini ringan??"
"Iya, aku hitung berdasarkan kemampuanmu."
"Aku? Apa aku bisa disamakan dengan ayam-ayam lemah ini?"
Yin Nuxia mengedipkan mata menatapnya, tidak berkata-kata. Tiba-tiba ia memalingkan pandangan ke Yuan Jiayou yang tergeletak di tanah, panik bertanya: "Gimana nih, Kepala Stasiun? Apa bakal ada masalah? Haruskah aku menyiapkan barang-barang dan kabur?"
"...Belum saatnya kabur! Aku cek dulu!" Cheng Yun kesal. Ia bergegas ke sisi Yuan Jiayou sambil menopang lengannya: "Gimana? Gak apa-apa? Mau ke rumah sakit?"
Yuan Jiayou mengulurkan satu tangan, berdiri dengan susah payah. Wajahnya mengernyit kesakitan, tapi tetap menggigit gigi: "Gak apa! Nggak parah kok, cuma agak sakit aja. Aku udah biasa ngerasain begini. Istirahat bentar pasti sembuh."
"Beneran gak apa?" Cheng Yun menarik sudut bibirnya. "Mending ke klinik aja. Jangan maksain diri! Kesehatan itu bukan main-main!"
"Beneran gapapa."
"Baiklah." Cheng Yun menarik napas lega.
Rekan-rekan Yuan Jiayou lainnya juga merasa lega, menatap Yin Nuxia: "Kekuatan kakimu... benar-benar luar biasa!"
Cheng Yun tentu saja berulang kali meminta maaf.
Yin Nuxia juga berdiri di sampingnya, dengan perasaan bersalah menyaksikan Cheng Yun menangani kecelakaan tersebut. Ia menoleh ke Yuan Jiayou dan yang lain, lalu buru-buru menundukkan kepala mengucapkan permintaan maaf yang tulus.
Beruntung, teman-teman mainnya adalah sekelompok anak muda yang fisiknya kuat dan karakternya lapang dada.
Setelah memastikan Yuan Jiayou benar-benar tidak apa-apa, Cheng Yun kembali memberi peringatan keras pada Yin Nuxia sebelum melanjutkan larinya.
Yuan Jiayou seolah tidak belajar dari kesalahan sama sekali. Setelah sedikit memulihkan diri, ia kembali bergabung dalam permainan sepak bola.
Yin Nuxia kali ini jauh lebih berhati-hati.
Saat Cheng Yun selesai berolahraga dan rombongan Yuan Jiayou hendak bubar, beberapa pemuda tiba-tiba menghadang Yin Nuxia yang sedang berpamitan.
“Teman sekelas, saling bertukar kontak saja, biar nanti bisa main bersama.”
“Hah? Kalian masih mau main sama saya?”
“Ahem, asal tendanganmu jangan terlalu keras aja.”
“Oke... oke, gimana caranya?”
“Kamu biasa pakai WeChat atau QQ?”
“QQ。”
“Yaudah tambah QQ aja.” Sekelompok anak lelaki tersenyum sambil mengeluarkan ponsel mereka.
“Nomor QQ kamu berapa? Kami add kamu.”
“Kening...” Yin Nuxia membeku, nomor QQ kan panjang banget, mana mungkin dia ingat.
Tapi reaksinya cukup cepat, buru-buru meraba saku celana - kosong! Baru ingat ponselnya ada di saku baju yang masih menumpuk dengan baju Sang Kepala Stasiun.
Saat hendak berbalik mengambil, Yuan Jiayou yang melihat kegugupannya bertanya dengan canggung: “Kalau lupa nomor QQ, nomor telepon juga bisa kok.”
“Kening...” Yin Nuxia kembali membeku.
Sekarang, hampir semua anak-anak laki-laki terlihat tidak nyaman——jelas terlihat gadis ini tidak ingin memberikan kontak mereka.
Ini memang agak canggung, mengingat mereka sudah bermain bersama selama dua jam. Biasanya orang akan menjaga harga diri meski ingin menolak.
Tiba-tiba, seorang anak laki-laki yang tajam matanya menatap bagian kiri bawah sweter ketat Yin Nuxia sambil mengerutkan kening.
Tampak di sana terdapat semacam label baju berwarna putih, tapi bentuknya tidak seperti label merek atau model pakaian biasa. Lagipula label biasanya tidak ditempatkan di luar.
Ia menyipitkan mata, lalu tiba-tiba membeku.
Di label itu tertulis jelas deretan huruf besar——
Nomor Telepon Keluarga: 173****2373
"Ini..." Ia menunjuk label itu sambil memiringkan kepala memandang Yin Nuxia, wajahnya dipenuhi keterkejutan.
Semua orang langsung melihat ke sana, ekspresi mereka berubah seperti baru melihat Spider-Man secara langsung.
Raut wajak Yin Nuxia segera berubah memerah karena malu.
“Aku ambil ponsel!” Dia cepat-cepat menoleh dan berlari ke belakang. Saat kembali, jaket bulu angsa sudah dikenakannya, menyamarkan postur mungilnya yang menggoda. Dengan canggung dia mengeluarkan ponsel dan menyodorkannya ke Yuan Jiayou, "Tambahin saja, aku kurang paham cara pakainya..."
“？？？”
Yuan Jiayou menerima ponsel itu dengan kaku: "Apa... maksud tanda di bajumu itu? Kenapa harus menulis nomor kontak keluarga di sana..."
"Hah? Hehehe..."
“……”
Ekspresi semua orang seketika berubah dramatis.
Bahkan mereka yang tidak meminta kontaknya pun terpana, tak paham dengan logika di balik aksi ini.
Saat Yin Nuxia kembali ke samping Cheng Yun sambil menggenggam ponsel, Cheng Yun bertanya: "Ada apa? Kok kelakuanmu aneh hari ini."
"Biasa saja." Yin Nuxia menggelengkan kepala, tangannya tetap terkubur dalam saku jaket. Dengan pura-pura tenang dia melanjutkan langkah sambil mengenakan syal.
Memang apa lagi yang bisa dilakukannya?
Meski sekarang sudah punya ponsel, Yin Nuxia sama sekali tidak familiar dengan area sekitar dan tidak hafal alamat hotel atau nomor teleponnya. Dia cuma ingat nama hotel. Walau yakin bisa kembali ke hotel meski tersesat tanpa ponsel, Nona Yu justru meragukan kecerdasannya. Lagipula, Nona Yu menjahit label itu dengan sangat rapi sampai hampir tak terlihat cacat. Apa mungkin dia bisa menolak?
"Ah..."
Yin Nuxia menghela napas diam-diam.
Ini mungkin hari paling memalukan dalam hidupnya.
……
Saat ini Suriah sedang siang hari, cahaya keemasan matahari menghangatkan tubuh, tapi bumi terasa suram bagai dipenuhi aura kematian yang tak bernyawa.
Jenderal Li yang mengenakan zirah berat tak diketahui keberadaannya, bahkan golok beratnya pun lenyap. Hanya perisai berat yang masih tersisa di belakangnya. Ia mengenakan seragam kamuflase gurun pasir dengan vest taktik di luarnya—entah dari mana direbutnya—yang ternyata cukup pas di tubuhnya.
Di tangannya tergenggam senapan anti-materiel. Senjata yang besar dan panjang bagi orang biasa itu terasa seperti tongkat biasa di genggamannya. Di pinggangnya terselip pistol dan beberapa magazen, persis seperti pasukan modern bersenjata lengkap.
Jenderal Li telah meninggalkan Laka, berjalan di pedesaan sepi sambil mencari apa yang diinginkannya.
Saat mendaki sebuah bukit, desa yang hancur terbentang dalam pandangannya.
Ia menyipitkan mata memandang ke bawah, mengeluarkan peta dan membandingkannya dengan arloji, baru kemudian dengan tegas melepas perisai tempur dari punggungnya.
Di sinilah targetnya—
Sebuah pabrik bom tersembunyi.
