Cheng Yun langsung mengerutkan kening, menatap tajam Dewa Elang yang perlahan mendekat, berkata: "Bukankah Tuan seharusnya mengetuk sebelum masuk?"
Setelah itu, dengan suara berat dia menambahkan: "Apakah Tuan bahkan tidak mengerti tata krama paling dasar sekalipun?"
Dewa Elang tertegun mendengarnya, lalu malah menyeringai. Matanya mengamati Cheng Yun sejenak, kemudian beralih ke loli kecil di pelukan Cheng Yun yang juga sedang menatapnya dengan kepala terjulur. Ekspresinya menunjukkan ketertarikan: "Tampaknya Tuan sangat akrab dengan putri Komandan!"
Cheng Yun tiba-tiba terpana.
Loli kecil itu langsung menarik kembali pandangannya, meringkuk lebih dalam di pelukan Cheng Yun sambil menundukkan kepala.
Dewa Elang kembali mengangkat bahu, berkata: "Jujur saja, Tuan menunjukkan ekspresi canggung seperti ini di saat-saat seperti ini sungguh agak menjijikkan. Faktanya kalian sama sekali tak perlu malu, toh kalian adalah dua ras yang benar-benar berbeda dengan isolasi reproduksi, berpelukan itu sangat wajar. Tuan bisa lebih terang-terangan, kalau ragu-ragu malah terkesan bersalah, seolah benar-benar punya hobi khusus tertentu!"
Setelah berkata demikian, ia menatap Cheng Yun dengan ekspresi penasaran: "Tuan pasti tidak seperti yang kubayangkan, kan?"
Cheng Yun menarik sudut bibirnya, merasa sangat pasrah.
Membeku sejenak, barulah ia menghela nafas: "Dewa Elang yang sudah hampir seribu tahun umurnya, mengapa mulutnya begitu brengsek?"
Dewa Elang membuka telapak tangan: "Aku cuma bertanya saja. Kalau Tuan benar-benar punya hobi khusus, setidaknya aku bisa menasihati. Soalnya ayah si benda kecil ini juga bukan lawan sembarangan."
Cheng Yun mengatupkan bibir: "Kau mau pergi?"
"Membosankan!" Elang Dewa mencebik, lalu berkata padanya, "Ya, aku sudah tak sabar lagi."
"Kau mau pergi ke mana?"
"Sementara belum tahu, mungkin ke tempat tanpa orang biasa atau yang jarang ada manusia. Soal lokasi spesifik, belum kuputuskan." Elang Dewa duduk di kursi depan Cheng Yun dengan santainya sambil menatap loli yang meringkuk dalam pelukannya, "Menurutmu, jika Komandan melihat putrinya patuh meringkuk sedekat ini dengan organ reproduksimu, apakah ekspresinya akan aneh?"
Cheng Yun kembali menghela napas panjang, mengabaikan bagian terakhir ucapan itu: "Jadi bagaimana caramu mencari tempat tujuan?"
"Semaunya!" Elang Dewa berkata, "Bisa kutangkap orang biasa untuk ditanya, atau terbang ke tempat tinggi sambal mencari perlahan. Jika Tuan ada saran, kabari saja - aku akan sangat berterima kasih."
“Cengkeram orang biasa untuk ditanya?” Raut wajak Cheng Yun menggelap, “Apa kau lupa isi perjanjian kita?”
“Tidak, tidak.” Dewa Elang buru-buru melambaikan tangan, “Ini cuma kebiasaan, kebiasaan bicara saja.”
“……” Cheng Yun tahu makhluk legendaris dari Dunia Pan Yu ini sebenarnya tidak takut padanya. Sifat brengseknya memang terkenal, bahkan Komandan Raja Salju pun berulang kali jadi sasaran provokasinya.
“Tuan?” Dewa Elang menatapnya, bertanya.
Cheng Yun merenung sesaat, lalu berkata: “Pergilah ke barat, menuju wilayah barat. Setelah melewati Yidongnan, kau akan meninggalkan area padat penduduk. Di Dataran Tinggi Yixi, populasi sudah sangat jarang. Carilah padang rumput liar, hutan, atau gunung bersalju - pasti sulit menemukan orang. Jika masih merasa terlalu ramai, teruskan ke barat laut menuju Wusizang, Laut Barat, atau Huijiang - masukilah _No Man's Land_ terkenal itu.”
Dewa Elang berpikir sejenak, berkata: "Tuan ingin mengusirku jauh-jauh agar aku tidak membuat masalah, ya?"
Cheng Yun: "...Kamu sendiri yang bilang enggan bertemu orang biasa."
Dewa Elang mengangguk: "Baiklah, terima kasih banyak atas petunjuk Tuan. Aku akan segera pergi sejauh mungkin!"
"Hm." Cheng Yun juga mengangguk. Setelah terhenti sejenak, dia menambahkan: "Sampai di daerah terpencil pun jangan lupa perjanjian kita. Dan selama perjalanan, sebaiknya sembunyikan kemampuanmu agar tidak membuat keriuhan di masyarakat."
"Tuan lebih cerewet dariku!"
"Aku cuma takut Tuan menganggap 'langit tinggi kaisar jauh' lalu bertindak semaunya. Jadi kuingatkan: sistem komunikasi di dunia kita sangat maju. Kalau ada masalah, kabarnya akan langsung sampai ke telingaku!"
"'Langit tinggi kaisar jauh'..." Dewa Elang mengangkat alis, "Perumpamaan yang bagus!"
“……”
“Mohon diri!” Dewa Elang berdiri, tersenyum tipis pada Cheng Yun, lalu memandangi loli dalam pelukan Cheng Yun. “Anak muda, tidakkan kau memberikan rekomendasi pada tubuh asli? Bukankah saat pertama datang ke dunia ini kau berada dalam dekapan tubuh asli!”
Loli itu mengangkat kepala sebentar meliriknya, lalu seketika ketakutan dan menyembunyikan kepalanya kembali.
Cheng Yun bertanya: “Bagaimana kau akan pergi?”
“Masa harus jalan kaki?” Dewa Elang menunjukkan ejekan. Tanpa gerakan berarti, tubuhnya berubah menjadi elang. Dengan kepakan sayap, ia melaju dari balkon.
Cheng Yun masih memeluk loli di sofa. Menatap balkon yang telah kosong, jarinya terus menyentuh ringan tubuh loli itu, terhisap dalam perenungan.
"Sifat Ying Shen benar-benar terlalu unik. Di depan Komandan Raja Salju, dia selalu bersikap brengsek. Saat berhadapan dengan orang biasa, dia terlihat arogan dan dingin. Tapi ketika mengajarkan dasar-dasar kultivasi, dia benar-benar memiliki aura seorang guru. Cheng Yun sama sekali tidak bisa membaca karakternya. Mungkin selama dua minggu melatih Cheng Yun dan Yin Nuxia, dia hanya menjalankan tugas yang dijanjikan. Namun Cheng Yun tetap merasa bersyukur padanya."
"Melepaskan Dewa Iblis besar seperti ini, Cheng Yun pun tidak tahu apakah dia akan menciptakan kekacauan. Sekarang Cheng Yun hanya berharap dia bisa segera memulihkan kekuatan sampai level yang cukup untuk mengaktifkan altar Raja Salju, lalu segera pergi!"
"Ah!"
Tanpa sadar dia menghela napas panjang.
Cheng Yun merasa Ying Shen sengaja datang untuk memberinya pelajaran - menunjukkan bahwa tidak semua orang yang datang ke dunia ini mudah diajak bernegosiasi.
Syukurlah ia masih punya sedikit daya intimidasi, jika tidak Dewa Iblis ini yang nekat masuk ke kota dengan hati kacanya, bukankah hitungan menit akan merasa orang yang berkerumun menghinanya lalu menghapuskan mereka? Tapi melihat performa Dewa Elang dua hari ini, Cheng Yun tiba-tiba jadi tidak yakin seberapa kuat tiga perjanjian mereka benar-benar mengikat.
Telapak tangan Cheng Yun tanpa sadar mengusap kepala loli kecil, sementara kepalanya bersandar di sandaran sofa.
Loli kecil itu mengangkat kepala terpaku menatap tajam tangannya, lalu kembali menatap tajam wajahnya, tapi ia sama sekali tak merasakan.
Cheng Yun sudah menutup mata.
Semalam ia hanya tidur tiga jam.
Hari-hari ini jadwalnya benar-benar terlalu padat—Senam Radio yang diajarkan Tua Master Hukum tak pernah terputus. Ia juga hampir setiap hari menyempatkan diri mengeksplorasi karakteristik node ruang-waktu dan ruang node, sebab inilah fundamentalnya. Malam hari ia harus belajar metode kultivasi dari Dewa Elang, mencuri waktu belajar bela diri, menjalani shift jaga, menonton live streaming jurus-jurus menakjubkan Yin Nuxia, sekaligus memasak. Benar-benar sibuk sampai kaki tak sempat menginjak tanah...
Cheng Yun sudah benar-benar tidak mau bekerja lagi!
Sungguh terlalu melelahkan.
