22 Desember.
Kalender Imlek: hari kelima bulan sebelas, Titik Balik Matahari Musim Dingin.
Cocok untuk minum sup daging domba.
Jenderal Li sudah berpulang lebih dari sebulan.
Dewa Elang juga telah meninggalkan dunia ini lebih dari sepuluh hari.
Cheng Yun memanggul teko air menyiram tanaman dengan santai di atap gedung. Sosis yang dijemur beberapa hari lalu telah disimpan semua. Si loli juga berhasil menyelesaikan misi berjuluk "Anjing Penjaga Sosis" dengan sempurna.
Sebagai hadiah atas kerja keras dan puluhan burung yang berhasil ditangkapnya selama ini, Cheng Yun merebus setengah batang sosis khusus untuknya.
Sungguh lucu juga ceritanya.
Selama si loli bertugas sebagai penjaga malam - eh, maksudnya Anjing Penjaga Sosis - kerap kali setelah Cheng Yun bangun dari tidur siang, terlihat beberapa ekor burung tersusun rapi di depan pintu. Belum lama duduk di resepsionis, si loli sudah terlihat riang menggigit seekor burung sambil berlari turun... Makhluk kecil ini selalu nekat menata burung-burung hasil tangkapannya di samping Cheng Yun, lalu duduk manis sambil menatapnya tanpa berkedip. Baru setelah Cheng Yun menggerutu "Buang!" dengan wajah jijik, barulah si loli dengan wajah bingung mengambil burung itu dan berjalan ke tempat sampah...
Gadis kecil Yu Dian awalnya ketakutan, perlahan mati rasa. Tang Qingying dan Cheng Yan juga terkejut, termasuk banyak klien yang melihatnya menyatakan hal ini terlalu menarik dan manis, membuat Cheng Yun memakan "makanan" yang ditangkap untuknya di depan si loli.
Hanya Yin Nuxia yang bersemangat mencoba berkomplot dengan si loli compang-camping, ingin memanggang burung-burung ini. Namun si loli sama sekali tidak menghiraukannya - manusia bodoh ini adalah serigala, dia bukan musang!
Perlahan-lahan, makhluk kecil ini mulai sering muncul di kolom komentar platform daring hotel, serta berbagai platform media sosial besar, menunjukkan tren jelas untuk menjadi selebritas internet.
"Ya! Seorang pria tampan yang bisa menghasilkan uang saja sudah pria baik yang susah dicari bagaikan mencari dengan lentera, apalagi jika bisa lebih perhatian pada keluarga, benar-benar langka di dunia ini! Tapi si loli kecil ini tidak hanya punya wajah cantik tingkat Shengshi yang bisa membuat tak terhitung orang menjilat layar, tapi juga jago menangkap burung, dan setiap kali dapat burung selalu diberikan ke bos penginapan. Kucing seperti ini di mana lagi bisa ditemukan?"
Dua hari terakhir sudah mulai ada orang yang khusus datang ke hotel demi loli kecil. Bahkan ada yang brengsek, kamar pun tidak pesan, langsung masuk teriak "Bos!" cuma ingin melihat si loli kecil.
Sayangnya, garis keturunan loli kecil ini sangat mulia, dia adalah binatang buas pemusnah dunia, mana mungkin bisa disentuh orang-orang biasa ini?
Cheng Yun selesai menyiram bunga, meletakkan penyiram, bersenandung kecil menuju lantai bawah.
Sampai di resepsionis, Yu Dian yang sedang jaga shift. Cheng Yun mengerutkan kening, bertanya: "Di mana Srikandi?"
Gadis kecil Yu Dian menjawab: "Pergi main bola sepak, dia bilang nanti kamu yang jemput sesuai waktu yang ditentukan."
"Oh."
Cheng Yun mengangguk.
Yin Nuxia memang pantas disebut yang berkeliaran di dunia persilatan! Di momen kritis, kulit wajahnya benar-benar tebal! Padahal di QQ ia bersikap acuh tak acuh, bahkan di game sempat menghancurkan seseorang, tapi masih berani mengajak mereka main sepak bola! Lebih tepatnya sih menumpang bola sepak.
Tentu saja, meski kulit wajahnya tebal, bukan berarti grup murid itu juga sama tebalnya.
Dengan muka tebal, Yin Nuxia mendekat sambil menyatukan tinju: "Para hadirin, karena kita sudah berkenalan sebelumnya dan dunia persilatan ada takdir pertemuan, maka kita semua adalah teman. Hari ini bolehkah aku ikut bermain bola bersama kalian?"
Mereka pun agak malu-malu menolak!
Cheng Yun menggelengkan kepala. Baru saja hendak kembali ke kamar untuk tidur siang, tiba-tiba melihat Cheng Yan pulang dari luar.
Ia mengenakan jaket bulu angsa putih pendek, rok lipat pendek abu-abu dengan legging hitam yang sangat menonjolkan kaki jenjang. Rambutnya terurai alami sambil menggendong ransel, kedua tangan dengan gaya keren terselip di saku jaket, memancarkan hawa keremajaan yang pekat.
Ketika dia mendorong pintu kaca masuk, siluet Tang Qingying pun muncul mengikuti——dia juga membawa ransel, mengikuti dari jauh di belakang Cheng Yan, mencengkeram kedua tali bahu ransel secara terbalik dan mendorongnya ke atas. Telinganya masih memakai earphone, langkahnya berbelok-belok, terkadang tiba-tiba mundur selangkah, tidak tahu sedang mendengarkan musik apa.
Cheng Yan menahan pintu kaca, raut wajak penuh kegeraman menatap Tang Qingying, berteriak, "Akankah kamu bisa berjalan lebih cepat!"
Tang Qingying menunduk, menggoyangkan kepalanya dua kali, seolah sama sekali tidak mendengar suaranya.
Cheng Yan perlahan menyipitkan matanya.
Sepertinya menyadari sudah hampir sampai tujuan, Tang Qingying baru mengangkat kepala melirik, mendapati Cheng Yan berdiri di pintu dengan wajak muram sambil menahan pintu kaca. Langsung dia menyeringai, mencengkeram tali ransel dan berlari kecil, ranselnya bergoyang-goyang di belakang.
Cheng Yan menyapu sekilas padanya: "Dengar musik sampai lupa diri saat jalan, kalau kecelakaan aku baru senang!"
"Hehe." Siswa Tang Yao Yao mengangkat kepala dengan senyum menjilat, melepas earphone sambil merapikan kabelnya, "Acara penyambutan jurusan kita tanggal, aku akan tampil menari! Yan Yan mau nonton?"
"Tidak!" Cheng Yan dengan wajah dingin menolak!
"Harus pakai tiket, nanti kalau menyesal sudah terlambat!"
"Tidak!"
"Aku tetap akan simpan satu tiket untukmu, punya banyak kok! Jangan-jangan nanti kamu tiba-tiba mau nonton, darimana aku cari tiket dadakan? Lagian kamu kan tidak punya teman yang bisa kasih tiket..." Siswa Tang Yao Yao merayu Cheng Yan.
"Jangan! Kasih ke orang lain saja!"
"Ah bohong, sebenarnya cuma ada satu, khusus untukmu!" Siswa Tang Yao Yao menyipitkan mata sambil tertawa, "Masa pamer kemampuan sedikit saja tidak boleh?"
"......" Cheng Yan diam membeku.
“Kalau begitu sudah ditetapkan! Kau datang menonton acara penyambutan mahasiswa baru kami lusa.” Kemampuan Tang Qingying memanfaatkan momentum benar-benar tak tertandingi.
“Kapan aku bilang mau pergi?”
“Kau sudah minta tiket!” Siswa Tang Yao Yao berkata sambil menatap Cheng Yun, “Kakak ipar, mau ikut juga tidak? Besok lusa malam, acara penyambutan jurusan kami, banyak kakak ganteng... kakak ganteng lho!”
Sebelum Cheng Yun selesai bicara, wajah Cheng Yan sudah berubah dingin: “Bukannya kau bilang cuma ada satu tiket?”
“Hah?” Tang Qingying tertegun, tapi cepat bereaksi. Masih menggendong tas ransel dengan kedua tangan mencengkeram tali bahu, seperti murid SD, “Aku... kapan bilang cuma satu tiket? Tadi kan sudah kukatakan, punya banyak sekali!”
“……” Cheng Yan kini tak bisa tiba-tiba mengelak dengan alasan tidak jadi pergi, itu akan memperlihatkan karakternya yang sebenarnya.
Wanita bermaksud jahat ini, lagi-lagi menjebaknya!!
Cheng Yun tersenyum: “Hari ini sudah Jumat lagi ya?”
“Iya!” Tang Qingying mengangguk.
“Isi tasmu apa sih? Keliatannya lumayan berat!”
“Keyboard kecil yang dirancang khusus buat game, plus mouse!” Tang Qingying mengedipkan mata dua kali, “Keyboard dan mouse di sini kan buat kerja kantoran, Kak ipar. Tidak cocok buat main game. Setiap kali main selalu nggak nyaman, bikin performa jelek.”
“Kamu benar-benar suka merepotkan diri!”
“Kak ipar belum bilang mau nonton aku nari atau nggak nih! Minggu malem, harus punya tiket. Aku siapin satu buat kamu!” Tang Qingying menambahkan, “Banyak yang minta tiket ke aku. Nggak kayak orang tertentu, udah disiapin malah sok nggak mau!”
Cheng Yan: “[……]”
Beberapa saat kemudian, barulah dia menyusun kalimat: “Acara penyambutan mahasiswa baru yang cupu ini ditunda sampai akhir semester, sok-sokan mau jualan tiket kayak orang!”
"Tentu harus pakai tiket!" Tang Qingying secara bawah sadar membantah, "Orang-orang jurusan seni rupa kami memang penuh bakteri seni, pertunjukan yang kami susun pasti lebih disambut meriah daripada drama sejarah membosankan jurusan sejarah kalian! Apalagi ada performa penuh perasaan dari Dewi Sejati ini, kalau tidak pakai tiket, aula itu kan kecil, nanti gimana muat semua penonton? Acara penyambutan jurusan kalian itu paling cuma mahasiswa baru yang wajib datang, selain itu mana ada yang mau nonton?"
“……”
"Jurusan olahraga, seni rupa, dan sastra Tionghoa tiap tahun pasti pakai sistem tiket untuk acara penyambutan, masa kamu tidak tahu? Lagipula kami sudah latihan sepanjang semester, kualitasnya pasti jauh lebih bagus dibanding jurusan-jurusan yang cuma persiapan satu dua bulan!"
“……”
"Aku menari Tango lho, Yan Yan..."
"Jangan panggil aku Yan Yan!" Cheng Yan bersuara dingin.
