24 Desember, Minggu, cerah.
Siswa Tang Yao Yao menjaga shift hingga separuh jalan lalu kabur, alasannya untuk persiapan pertunjukan. Cheng Yan terpaksa menggantikan shiftnya.
Jika dia tidak menggantikan, maka Cheng Yun yang harus menggantikan.
Malam ini seharusnya shift jaga Cheng Yun, namun karena akhir-akhir ini Cheng Yun benar-benar merasakan kelelahan jiwa dan raga, ingin beristirahat dengan baik, maka beberapa hari sebelumnya dia telah berunding dengan gadis kecil Yu Dian agar Yu Dian bersedia menggantikan shiftnya sehari. Gadis Yu Dian pun menyetujui dengan sangat antusias.
Tapi tak disangka justru bertepatan dengan pertunjukan Tang Qingying, hal ini membuatnya dilanda keraguan.
Jika bukan untuk istirahat, meminta Yu Dian menggantikan shiftnya sementara dia pergi menonton adik ipar perempuan menari, sepertinya agak tidak pantas. Terutama karena Tang Qingying juga mengundang Yu Dian, jika Yu Dian menggantikan shiftnya, sama saja dengan mengorbankan kesempatan Yu Dian demi dirinya. Pada situasi ini, sama sekali bukan masalah keakraban hubungan.
Setelah makan malam dan mencuci mangkuk, Cheng Yan melihat jam lalu berkata: "Sudah waktunya, kita berangkat."
Cheng Yun mengangkat kepala dan berkata pada gadis kecil Yu Dian: "Kamu saja yang pergi, Kak Yu Dian. Malam ini biar aku yang jaga shift."
Gadis kecil Yu Dian tertegun: "Ha... Ha?"
"Kubilang, kamu tonton pertunjukan jurusan Yao Yao. Acara penyambutan mahasiswa baru jurusan seni rupa katanya selalu bagus. Pergilah, lagipula tak rugi." Cheng Yun tersenyum, "Tapi akhir-akhir ini aku memang masih ingin malas-malasan. Kak Yu Dian bantu jaga shiftku lagi akhir pekan depan ya..."
Cheng Yan memandang Cheng Yun dengan sedikit kagum. Sebelum Yu Dian sempat bicara, dia sudah menggandeng lengan Yu Dian ke luar: "Kak Yu Dian, ayo! Kalau si anak buah ini tidak mau pergi, kita bertiga saja yang pergi!"
Yu Dian masih belum sepenuhnya bereaksi, tapi itu tak penting. Dengan semudah membalik telapak tangan, Cheng Yan telah menariknya keluar pintu.
“Itu... aku... aku masih mengenakan sandal lembut berbulu...”
“Tidak apa-apa, kamu kan tidak naik ke atas arena.”
“Tunggu sebentar, biar... biar aku ganti sepasang sandal dulu, sandal lembut ini sudah terlalu usang, tidak enak dipandang.”
“Sudah kubilang tidak masalah.”
“Aku tidak akan mengingkari janji!”
“Bukan takut kamu ingkar janji!” Cheng Yan tetap menyandarkan lengan gadis kecil Yu Dian sambil berjalan keluar, hatinya riang gembira bahkan mulai membayangkan fragmen kenangan dimana Tang Qingying di atas arena mencari-cari kakak iparnya tapi tak menemukan, lalu tiba-tiba melihat Yu Dian.
Melihat siluet tiga mereka yang perlahan menjauh, Cheng Yun menggelengkan kepala sambil tersenyum, lalu duduk manis di resepsionis.
Selama beberapa hari terakhir, kemajuan Wang Lin dalam "Konfigurasi Yun Tun" masih tetap minim. Meski memeluk si loli yang berfungsi sebagai "bantal pemanas", hasilnya masih jauh tertinggal dibanding Yin Nuxia. Namun setidaknya, ia sudah berhasil melangkahkan satu langkah kecil. Dibandingkan dengan dua minggu lalu saat baru memahami "Konfigurasi Yun Tun", persepsinya terhadap energi kini jauh lebih jelas. Diperkirakan dalam waktu dekat, ia sudah bisa menjamin adanya energi yang tersimpan stabil dalam tubuhnya. Ini bisa dianggap sebagai penyelesaian akumulasi energi yang sejati, meski jumlahnya masih sangat sedikit.
Memikirkannya saja sudah bikin perih di hati!
Kemajuan yang dicapai Yin Nuxia dalam satu jam saja sudah melebihi ini!
Tapi Cheng Yun tidak terburu-buru. Diprediksi dalam waktu yang cukup lama ke depan, manfaat "Konfigurasi Yun Tun" masih kalah dibanding senam radio nasional yang diajarkan Tua Master Hukum. Bagi seseorang dengan bakat yang terus berkembang seiring waktu seperti dirinya, menghabiskan terlalu banyak waktu di fase awal untuk "Konfigurasi Yun Tun" sebenarnya kurang efisien.
Ia berbaring di kursi sambil menyipitkan mata, menjalankan metode meditasi dengan fokus total.
Saat itu Cheng Yan, Yin Nuxia, dan gadis kecil Yu Dian yang mengenakan sandal lembut berbulu juga berjalan ke pintu aula, mulai mengantri untuk masuk.
Kehidupan mereka berjalan dengan santai, namun ribuan li ke kejauhan, fenomena aneh yang dinamai "batas" sama sekali tidak mereda. Di wilayah Kabupaten Litang dan Daoba, suhu rata-rata siang-malam dua hari terakhir telah naik mendekati tingkat musim panas.
Masih ada insiden aneh sporadis yang bermekaran di wilayah luas ini, dikumpulkan dan disegel oleh lembaga pemerintah.
Beberapa orang yang telah menunggu dua hari akhirnya tidak bisa menunggu lebih lama.
Sekitar pukul tujuh, seorang pria berjas lewat di depan pintu hotel, melirik ke dalam melalui pintu kaca.
Cheng Yun menyipitkan matanya.
Beberapa saat kemudian, ia kembali lewat.
Cheng Yun masih menyipitkan matanya.
Ia merasa pasrah.
Ketika untuk kesekian kalinya melewati pintu, tiba-tiba ia batuk dua kali.
"Ahem!"
Cheng Yun tidak bereaksi.
“……”
"Ahem!"
Cheng Yun masih belum bereaksi, siapa yang begitu bosan sampai mempedulikan suara batuk dari luar pintu!
“……”
Hingga suara batuk di depan pintu tiba-tiba menjadi lebih parah.
"Batuk-batuk!"
Cheng Yun membuka matanya, mengerutkan kening ke arah luar pintu. Terlihat seorang pria berbaju jas menjepit tas dokumen dan tumpukan koran sedang lewat. Saat menutupi mulutnya untuk batuk, sikutnya mengendur dan koran pun berjatuhan ke tanah.
“pia！”
Ia seolah tak menyadarinya, terus berjalan maju.
Cheng Yun tertegun sejenak, setelah ragu sebentar, dengan cepat berputar dari meja resepsionis lalu mendorong pintu keluar. Teriaknya pada siluet yang sudah menjauh: "Hei, barangmu jatuh!"
Orang itu tampaknya sama sekali tidak mendengar.
Cheng Yun: "..."
Ia menunduk melihat tumpukan koran di tanah, mengerutkan kening, lalu mengambil dan melemparkannya asal-asalan ke tutup tempat sampah di tepi jalan.
Cuma tumpukan koran, tak ada harganya kan? Kalau dibiarkan di depan toko jadi kurang enak dipandang.
Ia terus berjalan kembali ke resepsionis, juga enggan melanjutkan meditasi, membuka browser dan mulai mengejar drama.
Tak lama kemudian, seorang tua membawa karung goni mendekat, dengan santai mengambil tumpukan koran dari tempat sampah: "Sudah lama tak menemukan koran..."
Pria berjas: "..."
Dengan kecepatan sprint 100 meter ia bergegas, merebut tumpukan koran itu dari tangan orang tua, wajahnya memancarkan kepasrahan.
Kira-kira beberapa menit kemudian, seorang pria berkemeja hitam melewati pintu hotel, satu tangan melihat ponsel, satu tangan lain seperti membuang sampah sembarangan - melemparkan tumpukan koran ke tanah.
"Plak!"
Orang tua dengan karung goni itu bergerak samar kembali ke sisi ini, tapi kali ini langsung ada yang menghadangnya.
Hingga seorang tamu hotel kembali dari luar, ia berhenti sejenak di depan pintu, membungkuk mengambil koran, memiringkan kepala sambil mengamati, lalu mendorong pintu masuk ke hotel.
"Bos, ini koran siapa yang dibuang?" Katanya sambil meletakkan koran di atas desktop etalase.
"Hm?" Cheng Yun tertegun, mengangkat kepala melihat koran itu. Ekspresinya langsung terpaku - bukankah tadi sudah dia buang ke tempat sampah jalan? Ada orang baik hati yang mengembalikannya?
"Aku juga tidak tahu, kamu bisa sembrono..."
Ucapan itu terpotong, ia terpaku.
Matanya menangkap beberapa kata kunci di koran -
Dataran Tinggi Yixi, fenomena aneh...
Raut wajak Cheng Yun berubah sedikit, mengambil koran dan mulai membaca.
Hanya menyapu sekilas beberapa baris, informasi yang didapat langsung membuatnya terguncang.
Ini bukan satu lembar koran, melainkan beberapa lembar yang dilipat menjadi kotak seukuran tisu, lalu ditumpuk. Setiap sisi depan setiap lembar persis membahas Dataran Tinggi Yixi.
Judul lembar pertama menyala-nyala -
Perubahan drastis masalah iklim Dataran Tinggi Yixi! Pakar: sebab alami dikesampingkan, adegannya sangat ajaib!
Cheng Yun langsung membeku di tempat.
Koran ini dicetak berwarna, dengan foto-foto fantasi Xuanhuan yang seolah dibuat melalui Photoshop — dunia yang sama terbelah oleh garis batas menjadi musim dingin dan panas, membuat sebuah gunung secara bersamaan menampilkan dua keadaan: tertutup salju dan tanah tandus berumput kering, sebuah kubangan air kecil yang separuhnya membeku putih sementara separuhnya lagi jernih tembus pandang...
"Guluk!"
Ia menelan ludah dengan keras.
Tamu penginapan itu melihat raut wajaknya berubah, penasaran mendekat sambil bertanya, "Apa itu? Kok dilihatin sampai kayak gitu!"
Cheng Yun secara bawah sadar menarik koran itu, "Nggak ada apa-apa!... Terima kasih ya."
"Hm? Ini punyamu yang jatuh?"
"Iya."
"Kok bisa jatuh di depan pintu?"
"Tadi adikku bawa ini keluar, mungkin tidak sengaja jatuh," kata Cheng Yun.
"Oalah!" Ekspresi tamu itu masih terlihat bingung, "Aneh, masa sekarang masih ada yang baca koran kertas?"
"Ini koran kampus."
“Oh! Kalau begitu aku naik.”
“Terima kasih ya!”
Setelah tamu itu pergi, Cheng Yun baru membentangkan koran-koran itu satu per satu di meja kasir, menatapnya dengan raut wajah serius.
Selain laporan tentang masalah iklim Dataran Tinggi Yixi di halaman pertama, ada banyak berita di bawahnya yang semuanya terkait daerah itu—
Perempuan Tibet di RS Huaxi Sembuh Mendadak dari Penyakit Mematikan
Penyandang Disabilitas Pulih Sensasi Setelah Mengelilingi Tanah Suci
Lansia 70 Tahun Sembuh dari Penyakit Jantung Usai Bersembahyang di Kuil
Satelit Pengamatan China Misterius Hilang Kontak
