Pagi hari tanggal 26.
Hanya semalam, Yading berubah menjadi dunia es dan salju.
Permukaan jalan yang tertimbun salju lebat sangat berbahaya, area wisata ditutup sementara dan tidak menerima pengunjung, tapi masih ada bus yang menjemput turun keluar.
Jadwal penerbangan juga belum dibatalkan.
Siang hari, Cheng Yun turun dari taksi sambil membawa tas kucing di satu tangan dan menggandeng loli kecil di tangan lain, lalu mengeluarkan karung goni besar dari bagasi sebelum menutupnya.
Ngung!! Taksi itu menyala dan pergi.
Cheng Yun melepas genggaman, loli kecil langsung mendarat di tanah. Manusia dan makhluk itu saling pandang sejenak sebelum menatap ke arah hotel.
Yang duduk di dalam resepsionis sepertinya... Cheng Yan.
Cheng Yun menarik sudut bibir, hingga memikul karung goni di pundaknya, sambil membawa tas kucing menuju pintu gerbang hotel.
Setelah mendorong pintu, ternyata Cheng Yan memang duduk di resepsionis.
"Aku sudah kembali!"
Cheng Yan mengangkat kepala dan memandangnya dengan datar, lalu melihat karung goni di pundaknya dan loli yang mengikuti dari belakang, berkata dingin: "Kenapa, bawa oleh-oleh khas desa juga?"
Cheng Yun mengangguk: "Iya, kamu hari ini tidak masuk kelas? Bukankah guru akan absen saat ujian akhir?"
Tiba-tiba, dari balik meja kasir muncul sebuah kepala yang terlihat gembira memandang Cheng Yun: "Kepala stasiun sudah kembali ya!"
"Iya."
"Ada bawa makanan enak?"
"Tidak."
"Oh!"
Yin Nuxia segera menundukkan kepala kembali. Meja kasir menutupi tubuhnya rapat-rapat, hanya separuh kepalanya yang terlihat jika didekati.
Cheng Yan menatap tajam loli itu, bertanya dengan nada datar: "Sudah makan siang?"
"Belum, kalian bagaimana?"
“Kita sudah makan.”
“Makan apa?”
“Makanan online.”
Yin Nuxia tiba-tiba mengangkat kepala lagi, bersemangat berkata: “Makan hot pot namanya dasar laut atau apa gitu...”
Cheng Yan meliriknya, lalu memalingkan wajah ke Cheng Yun: “Baru sampai sekarang, laper ya?”
Cheng Yun mengangguk: “Lumayan, pagi cuma makan beberapa roti kukus.”
“Mau kubuatkan sesuatu untuk dimakan?”
“Hmm, bikin sesuatu... maksudnya mie instan?”
“Nggak cuma mie instan.” Cheng Yan berkata datar, “Di kulkas masih ada pangsit beku dan pangsit kuah, kamu bisa pilih sesuka hati, nggak dipaksa.”
“Mending nggak usah deh, nanti aku sendiri yang cari makan. Urusan mie instan begini, aku juga bisa kok, hanya mungkin tidak seahli kamu.” Cheng Yun menggelengkan kepala, lalu menunduk melihat loli kecil yang masih berjongkok menunggunya, “Sebenarnya aku masih lumayan, di pesawat ada makanan. Benda kecil ini mungkin udah kelaparan setengah mati.”
“Oh? Masih naik pesawat!” Cheng Yan mengangguk dengan sedikit terkejut, berkata, “Sepertinya perjalanan jauh ya, tidak mabuk udara atau apa?”
“Tidak ada.”
“Aku ingat kamu memang selalu mabuk perjalanan.”
“Hari ini meskipun juga naik mobil, tapi tidak mabuk.” Cheng Yun agak canggung, entah mengapa, menghadapi nada bicara tenang Cheng Yan ini, ia merasa agak aneh. Padahal dia sedang bertanya dengan penuh perhatian, tapi terasa seperti menghadapi interogasi.
Perkiraan kasar karena... Gadis ini biasanya juga jarang peduli pada dirinya sendiri?
Cheng Yun berpikir demikian.
Cheng Yan mengangguk, lalu sedikit mengangkat kepalanya, menatap karung goni di tanah, bertanya: “Apa isi di dalamnya?”
“Oleh-oleh khas lokal, waktu mau berangkat teman memaksa menyelipkannya untukku.” Cheng Yun langsung menjawab.
“Hm?”
“Cuma barang-barang liar dari gunung gitu.”
"Hasil hutan?" Cheng Yan malah jadi tertarik, dia berdiri dan mendekat, melihat tulisan "Urea" yang tercetak pada karung goni itu. Setelah menyibak mulut karung dan melihat isinya, dia langsung tertegun, "Ini... rusa? Ada juga kelinci hutan? Ini apa? Burung pegar? Temanmu itu jangan-jangan tinggal di Da Hinggan Ling!?"
Cheng Yun cengar-cengir, berkata: "Belum pernah mencoba semuanya kan?"
"Tidak."
"Aku akan membereskannya dulu, masukin kulkas. Nanti malam kita masak, biar kamu bisa cicip!"
"Hm, bagus..." Cheng Yan mengangguk, lalu bertanya lagi, "Ini semua kan hewan liar? Jadi... temanmu itu punya suaka alam sendiri?"
"Ehh..." Cheng Yun menarik sudut bibirnya, "Semuanya hasil buruan mereka di gunung dua hari lalu. Karena ada pesta pernikahan, anak-anak muda di sana suka main-main, jadi mereka berburu semalaman. Pas aku mau pergi, mereka maksa kasih oleh-oleh. Aku pikir kamu kan suka ngemil dan belum pernah nyoba, jadi aku malu-maluin bawa banyak."
“Oh! Memang kulit wajahmu sangat tebal.” Cheng Yan mengangguk, mengatupkan bibir, lalu berbalik dan langsung menuju meja kasir.
Tiba-tiba, kepala Yin Nuxia muncul dari balik meja kasir, menunjukkan separuh wajahnya sambil terus mengedipkan mata ke arah Cheng Yun: "Pak... Pak Kepala Stasiun apakah Anda salah ingat ya, mana ada pesta pernikahan! Bukannya kita sudah sepakat itu pemakam... Bukannya Anda bilang ini pemakaman?"
Langkah Cheng Yan terhenti, bibirnya menyunggingkan senyum lebar.
Dia tidak jadi pergi, malah berbalik untuk melihat reaksi Cheng Yun.
Dalam hati dia berpikir: Awalnya aku ingin membiarkanmu, tapi rekan se-timmu malah membantumu bangkit untuk terus dihujani peluru, jangan salahkan aku!
Cheng Yun tertegun, memandangi Yin Nuxia yang terus memberi kode mata, lalu menatap Cheng Yan yang berdiri santai, ekspresinya perlahan menjadi kaku.
Namun ia juga bereaksi dengan cepat, segera memulihkan sikap tenang, tak menghiraukan kode mata yang diberikan Yin Nuxia kepadanya, malah menunjukkan ekspresi terkejut: "Pemakaman apa? Jangan-jangan kamu salah dengar! Padahal sudah kukatakan ini pesta pernikahan!"
Yin Nuxia terdiam sejenak: "Ha?"
Cheng Yun kembali menatap Cheng Yan, mengatupkan bibir: "Jangan dengarkan omong kosongnya."
Cheng Yan menunjukkan senyum pengertian, mengangguk: "Hm, ingatan Kak Yin Dan memang kurang bagus, salah dengar itu wajar."
Yin Nuxia juga menyadari situasi: "Ah~~ Benar! Aku ini orang bodoh! Jangan percaya omonganku!"
Cheng Yun mengangguk sangat setuju: "Hm, hampir saja jadi lelucon memalukan!"
Cheng Yan tersenyum lagi, berkata: "Aku justru ingin melihat foto pernikahan temanmu... Pasti kamu tidak memotretnya, kan? Tidak apa-apa, aku tahu karaktermu yang tidak suka memotret orang lain! Tapi untuk hal seperti pernikahan, pasti banyak yang berfoto. Coba buka momen sosial media teman-temanmu, pasti mudah menemukan fotonya!"
"……" Ekspresi Cheng Yun terlihat canggung.
Yin Nuxia masih menjulurkan kepala sedikit, mengamati Cheng Yun dari balik tepi meja kasir, pandangannya penuh schadenfreude - Lihatlah, akibat tidak mengikuti ucapanku! Sekarang ketahuan kan bohongnya!
Saat Cheng Yun menoleh ke arahnya, ia segera mengkerutkan kepala kembali, meja kasir dengan sempurna menghalanginya.
Cheng Yun pasrah, berbisik lemah pada Cheng Yan: "Ada orang lain di sini, beri aku sedikit harga diri, oke!"
Yin Nuxia tiba-tiba menyembulkan setengah kepalanya, melirik Cheng Yun sekilas lalu segera menyembunyikan diri lagi.
Loli kecil berjongkok di permukaan tanah, mengangkat kepala memandangnya, makhluk ini menunjukkan keraguan, tidak tahu apakah harus menunggu manusia ini bersama-sama naik ke atas gedung, atau mendahuluinya?
Sungguh menjengkelkan, manusia ini malah mengabaikannya lagi!
"Awalnya aku memang tidak berencana melanjutkan pertanyaan, ini adalah rekan se-tim pilihanmu yang nekat melompat keluar menyela, baru memicu topik berikutnya, bukan aku yang sengaja mempermalukanmu." Cheng Yan berjalan kembali ke meja kasir dengan sikap tenang, duduk manis sambil tetap menatapnya, "Aku juga tidak ingin mengurus kemana kau pergi, toh kau sudah dewasa, bahkan lebih tua dariku. Secara teori, kaulah waliku, aku tidak berkualifikasi untuk mengaturmu."
"...Sebenarnya aku juga walimu." Cheng Yun menambahkan dengan suara lemah.
Cheng Yan meliriknya, mengatupkan bibir, lalu melanjutkan, "Namun jelas orang tua kita sudah lama mati, tulang dan daging yang tersisa hanya kau dan aku. Tentu aku tak ingin menerima warisan lagi. Jadi saat kau diam-diam meninggalkan toko di malam hari tanpa kabar, bahkan mengarang dusta, lalu memikul karung berisi benda yang belum tentu hewan liar dilindungi—dari segi cinta maupun pihak benar, haruskah aku menanyakan ini? Meski cuma berlagak, bukankah wajar aku merasa khawatir?"
"Sepatutnya, sepatutnya..." Cheng Yun buru-buru panik, mengangkat karung goni, lalu berkata, "Kalau begitu... apa aku... boleh membawa barang-barang ini ke atas dulu?"
"Lain kali?"
"Takkan terulang!!" Cheng Yun menepuk dada memberikan jaminan.
"Pergilah." Cheng Yan melambaikan tangan.
"Siap!" Cheng Yun menarik napas dalam-dalam, memikul karung goni dengan langkah gesit seperti terbang, dalam tiga dua langkah langsung lari ke atas.
Memandang punggungnya, Cheng Yan baru menghela napas.
"Ah."
Ia memalingkan wajah menatap tajam Yin Nuxia yang sedang menunduk ke layar ponsel, menggelengkan kepala dengan pasrah. Tangannya meraba kepala Yin Nuxia sambil berkata lembut: "Kak Yin Dan."
Yin Nuxia langsung mengangkat kepala dengan ekspresi kebingungan: "Ha?"
Cheng Yan berkata: "Kalau lain kali anak buah itu menyuruhmu bersekongkol dengannya untuk menipuku, jangan kau turuti lagi."
Yin Nuxia langsung pura-pura bodoh: "Apa? Sekongkol... maksudmu bersekongkol menipumu? Mana ada!"
Cheng Yan menghela napas lagi: "Kak Yin Dan, kalau kau bersekongkol dengannya, sebenarnya kau harusnya berada di pihakku!"
Yin Nuxia malah tertegun: "Ha?"
Berkat ilmu pengetahuan yang dipelajarinya dari main game akhir-akhir ini, ia bahkan memahami kalimat ini.
Seketika keningnya berkerut sambil bergumam: "Cheng Yan, bagaimana bisa kau berkata seperti itu! Padahal aku melakukan semua sesuai arahan Kepala Stasiun! Lagipula aku ini cerdas, lihat saja aku sudah menguasai prosedur check-in dan check-out!"
Cheng Yan meraba kepala Yin Nuxia lagi, lalu mengambil kaleng Sprite dari sebelah, berkata: "Baiklah, ini hadiahnya!"
Yin Nuxia: "……"
……
Cheng Yun sengaja naik ke lantai dua untuk memeriksa, mendapati Dewa Elang telah kembali, baru kembali ke kamarnya sendiri dan meletakkan karung goni di lantai.
Di musim dingin ini, memang sulit menemukan buruan, tapi hasil mereka semalam tetap cukup signifikan.
Cheng Yun perlahan mengeluarkan isi karung goni satu per satu.
Satu ekor rusa, dua kelinci hutan, dan dua burung pegar.
Tapi di ruang node masih tersimpan seekor ular, satu babi hutan besar, serta belasan jin daging yak yang dibeli di Kabupaten Daoba.
Dengan cepat, permukaan tanah penuh dengan barang-barang.
Cheng Yun mulai pusing tujuh keliling——Bagaimana cara menyimpan semua benda ini? Kulkas pun tidak muat!
Loli kecil masuk ke ruang tamu, bagai kembali ke rumah sendiri, melompat ringan ke sofa, lalu membalikkan badan dan berbaring, menatap Cheng Yun tanpa berkedip.
"Tak lama kemudian, Cheng Yun juga menoleh, saling pandang dengannya."
"Satu detik, dua detik, tiga detik……"
"Si loli tampak bingung, menatap tajam ke arahnya."
"Makhluk manusia ini ngapain terus-terusan menatapnya?"
