Siswa Tang Yao Yao kembali tepat di jam makan.
Ia masih membawa tas punggung itu, kedua tangan mencengkeram mati-matian tali tas di belakang, memakai earphone, berjalan bergoyang-goyang.
Saat berjalan ke pintu hotel, dia mulai berlari kecil, penuh semangat mendorong pintu masuk ke area resepsionis: "Dang dang dang dang! Gadis cantik hadir dengan gemilang!"
Dengan cepat wajahnya langsung murung, menatap Cheng Yan yang sendirian duduk di resepsionis: "Kok cuma kamu sendiri di sini?"
Sebelum Cheng Yan sempat menjawab, Tang Qingying sudah memandangi meja kopi yang penuh hidangan, matanya berbinar-binar: "Wah, kakak ipar memang baik banget! Masak banyak makanan enak buat aku!"
Cheng Yan langsung mengingatkan: "Ini bukan masakan untukmu."
"Kakak ipar dimana?"
"Di lantai atas, masih ada sup yang dimasak."
"Oh! Ckckck, sejak kakak ipar kembali, menu makanannya jadi beda banget!" Tang Qingying melepas tas ranselnya, melemparkannya ke meja resepsionis, lalu duduk manis di sebelah Cheng Yan.
"Tadi kamu masih ada kelas?" tanya Cheng Yan.
"Iya, tidur sepanjang sore sampai kepala jadi pusing." Tang Qingying mengusap-usap kepalanya sambil mengeluh.
"Kelihatan." Cheng Yan mengangguk samar, di wajah Tang Qingying masih terlihat beberapa bekas cap merah yang belum hilang, mencolok di atas kulit putihnya yang halus.
"Kamu tidak pergi kelas?" tanya Tang Qingying.
"Tidak."
"Aku ingat kamu ada jadwal kuliah hari ini!"
"Tidak pergi."
"Ini kan pelajaran terakhir semester? Kamu berani bolos juga?"
"Apa yang tidak berani?"
"Wah keren! Si Yan-yanku memang penuh kharisma!" Tang Qingying merangkul leher Cheng Yan, "Aku terlalu sering bolos semester ini, si nenek tua itu sudah kasih pas perjalanan terakhir. Bilang 'kalau di pelajaran akhir ini masih ada yang tidak datang, jangan harap dapat nilai partisipasi, ukur kemampuan saja'. Ah, bikin pusing si cantik jelita ini!"
Cheng Yan dengan ekspresi datar melepaskan genggaman tangan Tang Qingying dari lehernya, "Kamu sendiri yang memilih bolos segitu banyak!"
"Loh? Ngomongnya seolah kamu lebih sedikit bolos dariku!"
"Hm?" Cheng Yan memicingkan mata memperhatikan Tang Qingying.
Tang Qingying langsung limbung menundukkan kepala: "Baiklah baiklah, aku tahu kau yang paling hebat, aku tak seharusnya membandingkanmu denganku. Tapi..."
"Tapi apa?"
"Tapi pelajaran Bahasa Mandarin universitas hari Minggu ini..." Tang Qingying mengedipkan mata dua kali, menatap Cheng Yan penuh harap, "Yanyan, bisakah kau ikut ujianku? Aku sama sekali tidak pernah masuk kelas, selalu menyuruh orang menggantikanku, sungguh..."
“？？”
"Takkan ada yang mengenali! Atau kau bantu aku mengerjakan soal, nanti di lokasi ujian aku foto dengan ponsel dan kirim ke mu!"
“……”
……
Cheng Yun dan Yin Nuxia masing-masing memanggul dua ember masakan, mengetuk pintu Dewa Elang.
Di hati Yin Nuxia berdebar-debar.
Ciiiit, pintu terbuka.
Dewa Elang memanggul kursi diam-diam duduk di samping TV, seolah sedang menonton, ia memalingkan wajah ke arah pintu: "Kalian mau apa?"
Cheng Yun masuk sambil meletakkan piring di meja sederhana depan TV: "Ini hasil buruan yang kita kejar bersama, kubagikan satu kiriman untukmu. Habis makan jangan lupa cuci mangkoknya sebelum dikembalikan."
Tatapan Dewa Elang langsung berubah: "Kau menyuruh Tubuh asli ini mencuci piring sendiri?"
"Bukan seharusnya begitu?" Cheng Yun justru memandangnya dengan heran, merenung sejenak lalu melanjutkan, "Jika kau menolak juga tidak apa, kami akan membawa kembali hidangan ini!"
"Silakan saja bawa..." Dewa Elang melirik hidangan di meja, "Buruan hasil tangkapan Tubuh asli, mana mungkin Tubuh asli tidak menikmatinya?"
"Aku juga bisa membagikan sebagian bahan mentah untukmu..."
"Silakan kalian keluar sekarang!"
“……”
Yin Nuxia diam-diam mengamati ekspresi Cheng Yun, lalu ikut meletakkan hidangannya di meja sebelum akhirnya mundur keluar bersama Cheng Yun.
Begitu meninggalkan ruangan, matanya langsung dipenuhi kekaguman: "Kepala stasiun hebat sekali! Menghadapi si menyeramkan itu pun bisa tetap tenang!"
Cheng Yun memandangnya dengan pasrah: "Naiklah dan ambil sup, waktunya makan."
"Oh!"
Saat membawa sup ke resepsionis, mereka langsung melihat Tang Qingying yang sedang merengek-rengek pada Cheng Yan.
Cheng Yun tak sengaja tertegun, mengamati tanda merah di wajah Tang Qingying, bertanya dengan keraguan: "Ini di wajahmu... karena tidur tengkurap ya?"
Tang Qingying bingung meraba pipinya, baru mengangguk setelah merasakan sakit perih saat disentuh: "Iya, tidur sepanjang siang di ruang kelas, dingin sekali!"
"Tidur sepanjang siang?"
"Iya, tidak pergi pun tidak boleh!" wajah Tang Qingying dipenuhi kepasrahan, mengulangi perkataannya pada Cheng Yan tadi.
Cheng Yun mengarahkan Yin Nuxia meletakkan panci tanah liat berisi sup di samping meja kopi dengan alas, sambil menggelengkan kepala pasrah: "Kamu ini, biasa juga tidak tahu mengurangi bolos kelas, guru juga punya harga diri lho!"
“Apa lagi yang bisa kulakukan? Musim dingin susah bangun, musim panas terlalu panas, sesekali harus main game bareng teman, aku juga pasrah!” Tang Qingying masih menunjukkan ekspresi "aku yang benar", "Lagipula kakak ipar jangan menyalahkanku, dulu kamu bolos kelas jauh lebih banyak daripada aku, bahkan mungkin Yan-yan pun kalah sama kamu!"
“……Bagaimana kamu tahu?”
“Dulu Tang Qingyan yang cerita ke aku.”
“Hmm……”
Cheng Yan diam-diam melirik Tang Qingying, tiba-tiba merasa gadis bernama Tang Qingyan itu agak menyedihkan — Saat dia menceritakan hal-hal ini ke adiknya dulu, pasti tidak pernah membayangkan suatu hari adiknya akan datang menempel-nempel ke mantan pacarnya sendiri?
“Makan!” Cheng Yan berkata dengan tenang, lalu memalingkan wajah ke arah lantai atas, “Loli kecil mana?”
“Jangan pedulikan. Saat masak tadi dia sudah kekenyangan.” Cheng Yun tersenyum, mengambil sumpit, “Cepat makan! Lihat bedanya dengan masakan biasa!”
“Oh.” Cheng Yan mengangguk, langsung mulai makan.
Dia sudah duduk di sini sejak tadi, menghadapi semua hidangan di meja. Meski sudah nyuri beberapa suap, tetap saja tersiksa!
Tak lama kemudian, dia menjepit sepotong daging: "Ini daging rusa?"
Cheng Yun mengangguk: "Daging rusa kecap manis!"
Mendengar itu, mata beberapa orang di sebelah langsung membelalak.
Tang Qingying tertegun: "Daging rusa?"
"Hm." Cheng Yan mengangguk, menunjuk hidangan di meja satu per satu, "Ini daging rusa, ini mungkin kelinci hutan, dua hidangan ini masih agak normal."
Cheng Yun maju berkata: "Dua ini satu daging babi hutan, satunya lagi daging yak rebus."
Cheng Yan terkejut: "Hidanganmu lebih mewah dari yang kubayangkan! Pantasan saat makan tadi rasa aneh!"
Tang Qingying bingung bertanya: "Kok banyak sekali daging buruan? Dapat dari mana?"
"Kakak iparmu merampok kebun binatang." Cheng Yan menjawab.
Tang Qingying tertegun, lalu langsung menyatukan kedua telapak tangan sambil bertepuk tangan: "Wah, kakak ipar hebat sekali!"
Cheng Yan: "……"
Yin Nuxia di sebelah tetap saja makan dengan lahap, dalam hati berpikir: Kalian tidak makan, lebih baik aku habiskan sendiri!
Tak lama kemudian, dia mengisi lagi mangkuknya dengan sup.
"Hm?" Tatapan samping Tang Qingying menangkap sesuatu, matanya membelalak penasaran saat menjepit sepotong daging berbentuk silinder dari mangkuk Yin Nuxia, "Ini daging apa ya?"
Yin Nuxia membuka mata lebar-lebar, tatapannya membeku mengikuti gerakan sumpit Tang Qingying yang menjauhkan daging dari mangkuknya.
Cheng Yan melirik sebentar, setelah merenung sejenak berkata: "Daging belut."
"Hm?" Tang Qingying masih memegang daging putih itu dengan sumpit, meski bingung tapi hanya mengembalikannya ke mangkuk Yin Nuxia.
Cheng Yan langsung tertegun: Masih ada cara operasional seperti ini?
Tapi Yin Nuxia sama sekali tidak merasa jijik. Ia langsung menyelipkan daging itu ke mulutnya sambil mengunyah dengan lahap.
Cheng Yan menatapnya tanpa berkedip.
Tak lama setelah Yin Nuxia melakukan gerakan menelan, Cheng Yan bertanya hati-hati: "Bagaimana? Enak tidak?"
"Enak banget!" jawab Yin Nuxia tanpa pikir panjang. Setelah diam sejenak, ia melanjutkan, "Tapi menurut pengalaman bertahun-tahunku, ini bukan daging belut. Lebih mirip cacing panjang jenis lain..."
"Apa?!" Tang Qingying langsung merinding.
"Nggak akan kuberitahu!" kata Yin Nuxia dengan penuh kesombongan.
Cheng Yan mengatupkan bibir, melirik Cheng Yun yang tetap diam menyantap makanannya, lalu membuka tutup panci tanah liat untuk melihat isinya. Seketika itu juga ia langsung paham situasinya.
“Kak Yin Dan memang suka mengoceh sembarangan! Ini jelas sup belut, aku bahkan melihat ekor belutnya!” ujarnya sambil mengambil mangkuk Tang Qingying dan sendok, “Ayo Yao Yao, aku ambilkanmu semangkuk, sangat bergizi!”
“……” Tang Qingying mengerutkan kening memandangnya, tiba-tiba muncul satu kalimat dalam pikirannya——
Perhatian tiba-tiba tanpa alasan, pasti ada maksud jahat!
Merenung begitu, ia langsung menggelengkan kepala dan mengulurkan tangan untuk merebut kembali mangkuknya: “Tidak perlu, aku ambil sendiri!”
“Jangan sungkan-sungkan di tempat kakak iparmu ini!” Cheng Yan berkerut dahi dengan serius.
“Nanti saja aku minum, jangan diambil sekarang.”
“Sudah terambil setengah mangkuk. Minum lebih banyak, baik untuk gadis.” Cheng Yan tak memberi kesempatan protes, memaksakan pengisian mangkuk penuh dengan kuah plus beberapa potong “daging belut”, “Tak hanya minum kuah, dagingnya juga harus dimakan.”
Tang Qingying melihat mangkuk besar sup yang diletakkan di hadapannya, mengedipkan mata penuh keraguan sambil bergumam, "Belut? Mana ada belut baik untuk gadis..."
