“Tidak boleh.”
Yin Nuxia mengerutkan alis, berkata dengan serius: “Aku sudah jadwalkan, hari ini sudah main bola, jadi tidak boleh main game lagi, harus tunggu…”
Sambil berkata dia ragu-ragu, menundukkan kepala menghitung dengan jari, baru mengangkat kepala setelah lama: “Harus tunggu dua hari setelah lusa baru boleh main game!”
“Kenapa sih? Kak Yin Dan kan malam ini nggak kerja? Kamu juga nggak belajar buat ujian atau apa.”
“Aku harus…”
“Harus apa?”
“Nggak mau ngasih tau!”
“Ngejar drakor ya?”
“Tidak akan kuberitahu！”
“Baiklah~~” Tang Qingying terlihat putus asa, lalu segera menangkap ujung jubah Yin Nuxia, “Cuma malam ini, kumohon Kak Yin Dan! Orang yang main ranked denganku tekniknya juga biasa saja, hanya Kak Yin Dan yang bisa membawa kami berdua！”
“Hmm yang ini……”
“Atas dasar aku yang mengajarimu bermain game！”
“Baiklah！” Yin Nuxia akhirnya setuju dengan dipaksakan, tapi segera keraguan muncul, “Tapi kalau tekniknya biasa, kenapa Yao Yao masih main bareng dia? Tendang saja, kita duo ranked! Bukannya di server……-ku kamu juga bisa main? Ayo duo ranked bareng, kebetulan aku terjebak di Permata I nggak bisa naik, rekan tim selalu dibunuhi, lalu semua lawan datang ke jalanku untuk membunuhku……”
“Ini……nanti saja deh！” Tang Qingying juga benar-benar kesulitan, dia sudah terjebak di Emas lama sekali. Tapi meminta muridnya sendiri yang mengajarinya untuk membantunya naik rank, membuat harga dirinya sedikit tersinggung。
Malam hari, dua orang itu benar-benar berkumpul di resepsionis, satu menggunakan komputer desktop dan satu lagi laptop, sambil main game online mereka terus bergumam sesuatu.
Cheng Yun sudah naik ke lantai atas, sementara Cheng Yan masih di resepsionis memegang buku bacaan. Setelah Tang Qingying dan Yin Nuxia membuka game, barulah dia mendekat.
"Pria yang main game barengmu ini? Harga bisa dinegosiasikan... Nama yang aneh!"
Tiba-tiba dari komputer Tang Qingying terdengar suara perempuan manis: "Siapa yang bicara tadi, Yao Yao? Suaranya terdengar familiar, tapi kenapa dia bilang aku pria? Akhir-akhir ini kamu sering kontak dengan pria mana?"
Ekspresi Cheng Yan langsung kaku.
Suara ini...
Tang Qingying langsung mengerutkan alis: "Bisa nggak kalian diam? Pemain lantai lima merebut posisi mid-ku, pemain lantai empat mengambil role jungler. Kak Yin Dan pasti mau main top lane. Sekarang gimana dong aku?"
Yin Nuxia juga mengerutkan alis, tapi ucapannya penuh kesombongan yang ekstrem: "Kalian ini banyak tingkah! Pilih sembarangan saja, lagipula... ini terlihat sudah pasti menang!"
Suara itu kembali berbunyi: "Temanmu sepertinya sangat hebat ya!"
Tang Qingying juga tidak mau kalah: "Saatnya kau menyaksikan kemampuan top lane nomor satu di dunia!"
Dari komputer Tang Qingyang terdengar gelak tawa "kukuku" yang mirip suara traktor baru dinyalakan.
Cheng Yan pun diam, mengambil bangku kecil lalu duduk manis di samping mereka.
……
30 Desember 2017, Malam.
Suriah.
Sebentar lagi hari terakhir tahun ini. Seluruh dunia sedang bersiap menyambut tahun baru, bahkan negara-negara dengan kalender tradisional sendiri pun ikut merayakan.
Besok sudah tahun 2018.
Sore ini, Jenderal Li akhirnya meninggalkan rumah kecil di tengah padang gurun. Ia tak akan pernah kembali.
Aham juga telah pergi.
Jenderal Li mengangkat pergelangan tangan dan melihat jam tangannya. Ia perlahan mulai terbiasa dengan cara memeriksa waktu seperti ini.
“Ada Delapan Belas hari lagi.”
“Delapan Belas hari lagi, Kepala Stasiun akan datang ke sini untuk menjemputku.”
“Delapan Belas hari……”
Jenderal Li mengerutkan alisnya dalam-dalam.
Durasi ini terasa agak singkat baginya. Waktu yang ia habiskan untuk mempelajari bahan peledak jauh melebihi Delapan Belas hari.
Berdasarkan bimbingan Aham dan informasi yang berhasil ia selidiki, di selatan Kota Raqqa, dekat wilayah Kota Sabha, tersebar banyak bengkel keluarga khusus pembuatan senjata. Bengkel-bengkel ini sangat kecil, biasanya hanya menggali ruang bawah tanah sebuah rumah dengan pintu masuk yang dibuat tersembunyi. Beberapa orang bekerja di bengkel semacam ini menggunakan mesin sederhana untuk membuat dan merakit senjata. Mulai dari pistol kecil hingga senapan serbu dan senapan otomatis struktural sederhana – semuanya bisa mereka produksi.
Ini tepat yang dibutuhkan Jenderal Li.
Jelas, meskipun Aham telah menjelaskan banyak teori tentang senjata, mulai dari pengisian obat peluru hingga komponen pemantik, bahkan hampir menggambar diagram prinsip senjata paling sederhana, tetapi masih tidak bisa menyaingi kesan mendalam yang didapat dari operasi lapangan dan verifikasi langsung.
Menurut deskripsi Aham, pekerja di bengkel-bengkel keluarga tersebut mayoritas tidak memiliki banyak budaya, hampir sama dengan orang-orang di bengkel bahan peledak sebelumnya, hanyalah para pengrajin yang menguasai satu keterampilan tangan. Bahkan sesuai namanya, mereka memang berasal dari satu keluarga, namun setelah negara collapse total, pria, wanita bahkan anak-anaknya mulai mempelajari cara memproduksi senjata sederhana.
Jenderal Li pernah merenungkan, ada dua hal yang sulit direplikasi olehnya, atau bahkan jika dibawa ke dunianya sendiri, akan sangat sulit untuk disebarluaskan dalam skala besar.
Peralatan mesin yang digunakan untuk membuat komponen presisi tertentu.
Bahan baku tertentu yang juga perlu dibeli oleh bengkel keluarga itu sendiri.
Aham mengatakan, hal ini memastikan bahwa ia sulit membuat senjata api modern, paling-paling hanya bisa memproduksi senjata sederhana dan kuno.
Jenderal Li menunjukkan sedikit penyesalan, namun tak terlalu mempedulikannya: "Namun dunia kami juga memiliki beberapa materi yang tidak dimiliki dunia ini. Sehingga... senjata dengan struktural kuno belum tentu tidak berguna."
Delapan belas hari!
Dalam delapan belas hari ia harus belajar pembuatan senjata sederhana, minimal mampu membuat tombak panjang paling dasar. Jika masih ada waktu luang setelahnya, barulah ia akan terus mempelajari lebih banyak ilmu tentang senjata, bersiap untuk Kembali! dan menjelajahi sendiri secara perlahan, terus melakukan peningkatan terhadap senjata jenis ini.
Jalan ini sulit! Sulit sulit!
Namun ini adalah satu-satunya usaha yang bisa ia lakukan saat ini, dan juga usaha yang harus ia lakukan! Ia tidak boleh menyerah karena kesulitan, meski sepenuhnya tahu bahwa ini pasti tak mungkin, akan ada sesuatu yang mendorongnya terus maju.
Jenderal Li segera kembali ke Laka, memandang kota yang sudah hancur tak berbentuk oleh lautan api perang dengan perasaan terharu.
Saat kedatangannya, teroris yang mengacau di sini baru saja diusir. Rakyat yang sudah begitu lama tersiksa, jalanan dipenuhi reruntuhan.
Namun hanya dalam satu setengah bulan, di jalan ini sudah mulai terlihat pejalan kaki yang jarang-jarang. Kota yang semula bagai akhir hidup, di malam hari mulai bermunculan bintik-bintik lentera. Batu-batu yang jatuh ke jalan akibat ledakan rumah-rumah pun telah dibersihkan...
"Ha!"
Jenderal Li meregangkan bibirnya, menampakkan senyum sepolos mungkin. Ia sendiri tak tahu apa yang membuatnya tersenyum.
Beberapa saat kemudian, terdengar lagi suara pengeras suara berbahasa lokal berulang kali berteriak: "Untuk merayakan tahun baru dan berakhirnya perang, hari ini dibagikan bahan pangan dan daging secara gratis, berlaku selama tiga hari. Silakan antri dengan tertib untuk mengambil..."
Jenderal Li baru mengangkat lengannya melihat jam tangan, lalu berujar dengan perasaan haru: "Tahun Baru dunia ini sudah di depan mata! Entah bagaimana Kepala Stasiun dan yang lain merayakannya, pasti jauh lebih baik dibanding... dibanding orang-orang di sini ya!"
Sambil berpikir demikian, ia kembali menyunggingkan senyum.
"Huh!"
Jenderal Li menarik napas panjang, berencana mencari sepeda motor untuk dibeli sebelum memanfaatkan malam menuju selatan.
Tahun Baru di dunia ini... apa urusannya dengannya?
