"Kamu terlalu galak, tahu tidak? Kamu suka marah-marah ke semua orang, sifat seperti ini tidak baik. Soalnya kalau sampai kamu melukai orang, aku harus ganti kerugian!" Cheng Yun menyelipkan kacang ke mulutnya dengan satu tangan, sementara tangan lainnya asyik memainkan ponsel, tanpa mengangkat kepala, "Kupasan pecan ini agak hancur!"
"Huu..." Loli menatapnya dengan pandangan tak setuju, dalam hati bergumam, padahal Wang sama sekali tak pernah mengancammu!
"Cepat kupas!" Cheng Yun mendesak.
"Lagipula kamu suka menangkap burung kecil, suka mengejar hewan-hewan kecil, dan selalu meremehkan manusia biasa."
"Dan juga..."
Cheng Yun sambil menggertak si loli, sambil menyantap kacang kering yang dikupaskan untuknya, tak lupa mengeluarkan ponsel merekam video dan mengunggahnya ke grup WeChat. Disusul pesan suara: "Lihat nih loli lagi ngapain! Cheng Yan, cepat naik ke sini buat memvideo!"
Cheng Yan langsung membalas dalam hitungan detik, tapi nada suaranya terdengar kesal: "Aku udah tiduran!"
Cheng Yun terkekeh-kekeh gelap, suara tawanya dalam kegelapan membuat bulu kuduk loli yang sedang bekerja keras merinding, lalu ia mengangkat ponsel: "Sayang sekali! Padahal tadi aku mau berbagi sedikit, soalnya perutku masih kekenyangan habis makan malam. Kau sendiri yang melewatkan kacang kering hasil kupasan loli!"
Mendengar itu, si loli tertegun, aksinya terhenti mendadak!
DIA keturunan Raja Padang Salju, darah biru nan mulia mengalir di nadinya, mana mungkin mau mengupas kacang untuk orang biasa?!
Tapi ia segera teringat perkataan manusia ini tadi, ragu sebentar, akhirnya menundukkan kepala dan dengan hina mulai mengupas lagi diam-diam.
Cheng Yan langsung membalas: "Nggak mau! Dia ngupasnya pake kaki, jalan-jalan aja nggak pake sandal!"
Si loli berhenti lagi sejenak, hati dipenuhi keberatan!
Manusia ini... keterlaluan banget!
Cheng Yun menjentikkan lidah: "Dengernya aja udah nyinyir!"
Setelah cukup lama, baru pesan suara panjang dari Tang Qingying yang keluar.
"Kudengar kucing menyiapkan makanan untuk tuannya adalah bentuk perilaku merawat, karena ia menganggap dirinya sebagai kucing besar yang menjadi kepala keluarga! Hm... itu... ah ingat! Di matanya sang tuan dianggap bodoh dan tak bisa berburu, apalagi bertubuh besar dan rakus makan, pasti akan mati kelaparan! Jadi si loli ini khawatir kakak ipar tak bisa menghidupi diri sendiri, makanya dia memberi makanan. Tunggu sampai kakak ipar menangkap tikus di depannya untuk membuktikan diri bukan si sampah, baru dia akan berhenti begini."
"……" Cheng Yun terdiam tak tahu harus berkomentar.
Si loli justru terlihat takjub, seolah merasa argumen ini menarik, lalu menoleh ke Cheng Yun.
Cheng Yun menarik sudut bibir: "Jangan lihat aku, aku gak akan menangkap tikus di depanmu!"
Si loli mengalihkan pandangan.
Benar... memang bodoh dan tak bisa berburu!
"Dari tindakan loli sebelumnya menangkap burung kecil dan ular untuk kakak ipar, bisa terlihat kekhawatirannya yang sedalam samudera padamu! Aku sangat menyarankan kakak ipar menangkap tikus untuk ditunjukkan padanya, kalau tidak pasti ada konsekuensinya ia akan menggigit tikus itu ke tepi bantalmu."
Cheng Yan melesat cepat menambahkan: "Ada benarnya."
Cheng Yun pasrah: "Lebih baik kamu cepat tidur, Yao Yao juga jangan main game sampai larut."
Tang Qingying baru bicara setelah jeda: "Yan Yan, malam ini aku mau tidur bareng kamu!"
Cheng Yan langsung membalas: "Siapa mau tidur bareng kamu!"
Tang Qingying tersenyum kecut: "Kak Yin Dan saja sudah pernah tidur bareng Kak Yu Dian. Kalau kamu tidak mau tidur barengku, bukankah itu agak kejam?"
"Aku tolak!"
"Sofa itu dingin."
"Dingin atau tidak tergantung selimut yang digunakan."
“Karena sofa terlalu sempit, aku tak berani pakai selimut tebal. Kalau pakai selimut tebal pasti akan menumpuk jadi berat, lagipula selimut mudah terjatuh.”
“Kalau dihitung begitu, dalam kondisi selimut yang sama tebalnya, kamu yang tidur di sofa seharusnya lebih hangat.”
“Pokoknya dingin!”
“Nyalain AC saja.”
“Aku ingin menghemat listrik kakak ipar~”
“Kalau gitu aku yang tidur di sofa, kamu tidur di ranjang.”
“Waah Yan Yan kamu kejam sekali!” teriak Tang Qingying di pesan suara yang disertai suara Yin Nuxia tenang mengaku kalah sendirian di latar belakang, lalu dia mengirim pesan suara lagi, “Yan Yan tidakkah menurutmu tidur berpelukan berdua itu lebih hangat, dan sangat mengharukan!”
“Tidak sama sekali!”
“Hmm... Tak berperasaan!”
Cheng Yun menggelengkan kepala sambil memainkan suara merdu kedua gadis itu, wajahnya berhiaskan senyum geli.
Saat itu, kacang kering sudah habis.
Saat Cheng Yun menoleh melihat si loli, loli itu menatapnya dengan polos, lalu melirik piring yang sudah kosong, seolah berkata "Ini bukan salahku…"
Cheng Yun mengangguk lalu berdiri: "Baiklah."
Kemudian dia mengambil sapu dan tempat sampah, mulai membersihkan sisa-sisa di lantai dan meja.
Sebelum turun, dia mengetik di grup WeChat: "Mengingat kamar sudah penuh dipesan dua hari ini, tak masalah menutup resepsionis lebih awal. Matikan peralatan, jangan dikunci saja. Segera istirahatlah."
Tang Qingying patuh menjawab: "Oh!"
Benar saja dia penurut, belum pukul dua belas, dia sudah mematikan peralatan resepsionis, mengunci pintu etalase dan laci, lalu mengambil spidol fluorescent untuk menulis di papan tulis kecil yang dibeli beberapa hari lalu: "Kamar penuh, bos dan adik ipar resepsionis terlalu malas, naik tidur. Keperluan hubungi ponsel…"
Setelah menulis, dia meninjau papan tulis sambil memiringkan kepala, merasa tulisan itu agak ambigu.
Maka……dia tersenyum puas, hanya menyisakan lampu paling redup di resepsionis, lalu memeluk laptop dan Yin Nuxia naik ke atas bersama.
Diiing! Dia menggesek kartu membuka pintu kamar.
Kemudian dia menguap, melemparkan laptop, lalu mendorong pintu kamar tidur sambil menjulurkan kepala melirik ke dalam, menemukan Cheng Yan sedang berbaring di ranjang memegang buku, bahkan belum tidur.
Tang Qingying terkejut, lalu tersenyum jahil: "Belum tidur juga! Menunggu aku ya?"
Cheng Yan tetap menatap buku tanpa mengangkat kepala.
Tang Qingying mengangkat bahu tak peduli: "Kalau belum tidur, aku mandi dulu ya! Harta karun kecil, tunggu aku di ranjang dengan baik ya haha!"
Cheng Yan mengangkat kepala menatapnya dengan ekspresi jijik.
Sekitar setengah jam kemudian, Tang Qingying keluar dari kamar mandi mengenakan celana pendek super berbahan katun dan vest kecil yang manis. Di kakinya terpasang sandal jepit hitam mungil yang membuat jari-jari kakinya terkesan putih saat dibandingkan.
"Hiii dingin! Dingin banget! Dingin banget ya!"
Tang Qingying menggesekkan kedua lengannya dengan gencar, tubuhnya sedikit membungkuk, sambil terus berteriak berulang-ulang ia berlari menuju ranjang Cheng Yan. Bunyi 'plak-plak' sandal jepitnya menepuk tumitnya.
Cheng Yan yang berbaring di ranjang menatap kosong.
Namun saat ia mulai bereaksi, makhluk tak tahu malu yang terus mengeluh kedinginan ini sudah sampai di tepi ranjangnya, menyibak selimut dan menerobos masuk.
Cheng Yan benar-benar membeku.
Makhluk tak tahu malu ini bahkan memeluknya erat, bahkan meletakkan satu kakinya di atas tubuhnya.
Cheng Yan: "？？？"
Tang Qingying menarik napas dalam-dalam: "Hush... Akhirnya agak hangat! Liat kan, apa kubilang? Dua orang tidur memang lebih hangat, selimut juga hangat!"
Cheng Yan: “？？？”
Tang Qingying mengangkat kepala meliriknya, lalu cepat-cepat menunduk, berpura-pura tak melihat ekspresi wajahnya, terus berbicara penuh keyakinan: "Tenang, aku tidurnya patuh sekali, nggak ngorok nggak ngigau, nggak menggeretak gigi nggak bangun malem! Lagipula aku janji nggak akan sembarangan mencengkeramimu! Meski aku penasaran juga gimana rasanya mencengkeram dada semungil punyamu, apa elastis atau enggak, tapi sumpah aku nggak akan melakukannya!"
Cheng Yan: “……”
Tang Qingying meliriknya lagi, melihat raut wajaknya semakin muram, langsung mengganti ekspresi memelas: "Yanyan~ Dingin begini, masa kamu tega mengusirku? Aku cuma pakai baju tipis, jarak dari sini ke ruang tamu berkilo-kilo, nanti fluuu!"
Cheng Yan: “……”
Tang Qingying melanjutkan: "Kamu tidak bisa mengusirku keluar, besok kita masih harus jalan-jalan bersama. Kalau kamu mengusirku, bagaimana kita bisa bermain dengan gembira besok? Kamu setuju kan?"
Cheng Yan: "……"
Tang Qingying kembali merendahkan suaranya: "Lebih baik cepat matikan lampu dan tidur, aku sangat mengantuk Yan..."
Cheng Yan benar-benar tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun.
Ngantuk apaan? Kamu tiap hari baru tidur tengah malam!
Orang ini benar-benar tak tahu malu!?
……
Sekitar sepuluh menit kemudian, Cheng Yan dengan wajah tak beremosi melemparkan buku ke meja samping tempat tidur mengeluarkan suara 'plak' yang keras, lalu dengan wajah masam ia berdiri dan mematikan lampu sebelum berbaring kembali, kedua matanya menatap tajam langit-langit dalam kegelapan.
Tang Qingying masih tersenyum menjilat: "Hehe..."
Tidur berdua memang terasa lebih hangat, apalagi ada orang lembut di sebelah, sensasinya sangat menyenangkan. Bukan cuma cowok yang suka perasaan seperti ini.
Tertidur pulas sampai pagi hari.
Cheng Yan berdiri dan mulai mandi, raut wajaknya semakin muram.
Sambil menyikat gigi, ia berdiri di depan cermin sambil mengusap dadanya sendiri, terkadang mengerang kesakitan! Pikirannya tertuju pada Tang Qingying yang masih terlelap di ranjang: "Penipu! Besok kalau berani datang lagi, kulempar kau keluar jendela!"
