"Taman Nasional Ruaha Afrika memasuki bulan Mei, musim kemarau baru saja dimulai, suhu panas tak berujung memanggang padang rumput luas menjadi cokelat. Namun bagi beberapa hewan, ini adalah musim panen..."
"Singa adalah penguasa padang rumput. Mereka adalah 'pemburu' mulia sekaligus pembunuh bayaran presisi. Mereka menguasai dan mendominasi segala sesuatu di padang rumput. Tapi menjadi raja di sini tak mudah - mereka harus menghadapi tantangan kerbau, ancaman kelaparan, serta gerombolan hyena yang terus mengintai. Namun dengan kekuatan dahsyat dan keberanian pantang menyerah, mereka selalu bisa mempertahankan status terhormat..."
Tirai jendela kaca dibanting tertutup. Cahaya langit tak bisa menembus masuk. Suara kontralto perlahan yang berkarisma bergema di ruang tamu, sementara TV LCD terus memancarkan cahaya yang menerangi kamar.
Braak! Suara lemah tiba-tiba terdengar.
Cheng Yun membanting pintu kulkas sambil mengerutkan alis, "Nggak ada sayur lagi nih..." gumamnya sendiri di depan kulkas yang masih bergetar.
Setelah berkata demikian, ia kembali menoleh ke arah ruang tamu.
Seekor kucing berbulu panjang dominan putih salju dengan aksen abu-abu muda sedang berbaring di sofa. Kepala mungilnya juga terletak di sandaran sofa, matanya yang biru es memantulkan cahaya TV tanpa berkedip.
Mendengar suara Cheng Yun, kedua telinganya bergetar perlahan ke belakang, namun kepalanya tetap tak bergerak. Hanya bola matanya yang berusaha keras memutar ke arah Cheng Yun.
Namun... Tak terjangkau!
Baru kemudian ia menolehkan kepala, melirik Cheng Yun sekilas.
Tapi secepat itu pula kepalanya kembali menghadap TV, terus menatap tak berkedip mengikuti pergerakan seekor singa di layar.
Ekspresinya datar, namun hatinya dipenuhi sikap meremehkan.
Makhluk bodoh dan lemah seperti ini berani menyebut diri Raja Padang Rumput? Berani mengklaim sebagai Penguasa Padang Rumput? Yang terutama, penampilannya pun jelek, bulunya pendek dan kekuningan kusam, sampai-sampai aku malu menyandang gelar Raja Padang Salju.
Namun melihat singa-singa itu berlari dengan bebas di padang rumput, mengejar mangsa, tetap saja merasa iri.
Saat itu, terdengar lagi suara manusia itu: "Mau tidak ikut aku beli sayur?"
Langsung tertegun, ia mengangkat kepala menatap Cheng Yun.
Cheng Yun terpaksa mengulanginya: "Kubilang, mau ikut aku beli sayur tidak?"
Si loli kecil memiringkan kepala dengan ekspresi bingung.
Cheng Yun mengatupkan bibir: "Aku cuma merasa kamu seharian mengurung diri di kamar, bagai gadis terpelajar, ini tidak baik. Jadi aku ingin mengajakmu keluar, menghirup udara segar. Sekalian memperkenalkanmu pada dunia kita, toh nanti kamu harus hidup di sini... Bukan karena kamu cantik lalu aku mau mengajakmu jalan-jalan!"
Loli itu terdiam sejenak, lalu mengangkat kepala menatap langit-langit.
Ia sering main di atap gedung!
Cheng Yun berkata: "Atap gedung terlalu dekat, tidak masuk hitungan."
Loli itu langsung terpaku.
Cheng Yun merenggangkan badan panjang lebar: "Di jalan nanti bisa kubelikan camilan enak lho!"
Loli itu diam sesaat, kemudian menoleh ke tas kucing di sudut – sebuah kapsul antariksa putih serupa tas kucing.
"Tidak boleh! Kamu terlalu berat, berjalan sendiri!"
"Huu..."
"Jika kamu merasa orang di luar terlalu banyak, agak takut hilang, aku punya cara! Tunggu sebentar…" Cheng Yun bergegas menuju kamar tidur.
Loli langsung berdiri, memiringkan kepala dengan ekspresi keraguan sambil menatapnya.
Tak lama, Cheng Yun keluar sambil memegang seutas tali: "Di dunia kita, beberapa orang dewasa mengikat tali di pergelangan anak mereka saat ke jalan untuk mencegah kehilangan. Satu ujung di tangan anak, satunya di tangan orang tua. Beberapa drama idol juga pakai adegan ini, artinya 'terikat tali = takkan terpisah'."
Wajah loli dipenuhi tanda tanya.
Cheng Yun sudah berjongkok di sebelah sofa, mengukur-ukur tali di kaki mungilnya: "Wah, talinya terlalu besar, kakimu terlalu kecil, gak bisa diikat… Gimana nih?"
Loli menundukkan kepala dan melihat dengan takjub. Ujung tali itu tampak aneh, cukup lebar dengan beberapa lingkaran, diperkirakan kepalanya bisa masuk.
Manusia ini benar-benar bodoh!
Cakar kecilnya yang mungil jelas tidak bisa masuk ke lingkaran sebesar ini! Sungguh tolol!
Tiba-tiba manusia ini mengukur lehernya dan berseru, "Hah! Di sini pas sekali ya?"
Loli tertegun, memandang tali dengan penuh keraguan.
Benar juga!
Kebetulan!
Saat ia masih terpana, manusia bodoh itu sudah mengangkat cakar depannya dan memasukkannya ke sebuah lingkaran kecil, lalu cakar yang satunya.
Ia tidak melawan, takut kepalanya akan ditepuk lagi, maka diam-diam membiarkan manusia ini mengontrol tubuhnya.
Dengan cepat, loli seakan mengenakan vest kecil, bahu, kaki depan dan punggungnya terikat oleh lingkaran yang terbentuk dari pita biru lebar. Di punggungnya terdapat sebuah kait yang menghubungkan tali panjang dan tipis.
Loli menoleh ke kiri dan kanan sambil melihat tubuhnya, terpaku.
Bahkan... persis pas!
Cheng Yun menepuk tangan lalu berdiri, berkata padanya: "Dengan begini kau tak perlu takut tersesat! Tentu saja aku tahu kau kultivator berlevel tinggi, tali seperti ini pasti tak bisa mengikatmu. Faktanya tali ini memang tidak memiliki efek pengikat sama sekali. Jika kau merasa tidak nyaman, kapan saja bisa melepaskan diri. Kau bebas melakukannya, bahkan jika memutuskan talinya pun aku tak akan menuntut ganti rugi."
"Hm, tapi ini hanya sekadar formalitas. Aku tak akan menggenggam terlalu erat. Jika kau ingin pergi ke mana, cukup beri sedikit tenang, aku pasti akan melepasnya."
Loli memeriksa tubuhnya cukup lama, baru yakin bahwa tali ini benar-benar terpasang sempurna di tubuhnya...
Lalu ia menoleh melihat tangan Cheng Yun.
Bagaimana denganmu?
Kenapa kamu tidak mengikatnya?
Bukannya harus satu orang ikat satu ujung?
Untuk menunjukkan bahwa tali ini bersifat dua arah, bukan sekadar pengikat sepihak, Cheng Yun juga melilitkan tali di pergelangan tangannya sendiri, mengikat simpul dengan gigi, lalu membungkuk mengambil kantong dari laci meja kopi. "Ayo pergi!"
Ekspresi puas terpancar di wajah loli kecil itu saat ia melompat ringan dari sofa.
Beberapa saat kemudian, manusia dan makhluk itu berjalan menuruni tangga.
Cheng Yan langsung membeku, matanya menatap tajam tali pengikat di tubuh loli kecil. "Kamu... kamu mau membawawanya ke mana?"
Cheng Yun mengibaskan kantong di tangannya. "Beli sayur!"
Cheng Yan kembali tertegun. "Kamu mau mengajak kucing jalan-jalan? Lagipula sejak kapan kamu beli tali pengikat ini?"
"Emm..."
"Ada apa? Kalian membicarakan apa..." Tang Qingying mengulurkan leher dari balik resepsionis. Melihat pemandangan ini, dia langsung terpaku, lalu langsung berdiri dengan gesit, "Astaga, ini terlalu menggemaskan! Mana ada yang mengajak kucing jalan-jalan seperti anjing! Si loli kecil ini benar-benar mau ikutmu jalan-jalan dengan patuh seperti ini?"
Si loli kecil membuka mata lebar-lebar, merasakan otaknya seperti macet total.
Apa tali pengikat?
Apa mengajak kucing jalan-jalan?
Apa...
Dia mengangkat kepala dan menatap Cheng Yun dengan ekspresi takjub.
Cheng Yun juga menundukkan kepala memandanginya.
