Cheng Yun cepat-cepat bereaksi: "Apa yang kalian bicarakan? Aku cuma mau pergi belanja sayur bersama loli kecil ini. Bukankah aku juga sering pergi belanja sayur bersama kalian? Takut di jalan ada orang yang mengira loli kecil ini kucing liar dan membuatnya marah, makanya aku cuma pakai tali ini sebagai simbolis!"
Si loli kecil menghela napas lega.
Oh begitu rupanya!
Cheng Yan langsung berjalan mendekat: "Aku ikut denganmu, biar aku yang menuntun loli!"
Cheng Yun langsung menggelengkan kepala: "Tidak boleh, kalau kamu yang menuntun dia pasti melepaskan diri! Tali pengikat ini longgar sekali, sama sekali tidak ada kekuatan ikatannya, lagipula bulu loli sangat panjang. Jika dia ingin melepaskan diri, dengan mudah bisa terlepas."
Loli kembali membeku.
Apa... menuntun?!
Cheng Yan mengerutkan alis sambil mengamati loli: "Kalau selonggar ini, kamu tidak takut dia lepas dan kabur?"
Cheng Yun menggeleng: "Tidak akan."
Cheng Yan menunjukkan ekspresi tidak menerima: "Nanti kalau dia kabur, lihat bagaimana kamu memberi jawaban pada orang lain!"
Cheng Yun mengangkat bahu: "Ayo pergi!"
Loli tertegun sebentar. Masih belum sepenuhnya memahami situasi, tapi melihat manusia ini sudah berjalan keluar, terpaksa diayunkan langkah kecilnya mengikuti.
Satu manusia dan satu makhluk berjalan-jalan santai, loli sering berhenti, menatap penuh rasa ingin tahu pada benda baru di tepi jalan. Cheng Yun pun ikut berhenti, menjelaskan atau menunggu sampai rasa ingin tahunya terpuaskan. Baru setelah loli memutuskan untuk pergi, Cheng Yun akan berjalan bersamanya, bukan menariknya paksa.
Soalnya tali ini mengikat kedua pihak sekaligus, bukan hanya di badan loli saja.
Sambil berjalan, Cheng Yun terus mengobrol, sementara loli mendengarkan dalam keheningan.
"Ke arah sana ada sekolah, banyak manusia belajar di sana, cukup ramai." Cheng Yun bicara sambil memperhatikan loli memandang ke arah yang ditunjuknya, lalu tersenyum, "Tapi hari ini kita mau beli sayur, harus ke pasar yang arahnya berlawanan. Sekarang sudah sore mungkin tidak terlalu ramai, kalau pagi aku tidak berani bawa kamu keluar, takut ada yang menginjakmu."
“Ke sebelah sana ada supermarket hewan peliharaan, khusus menjual perlengkapan kucing dan anjing, seperti baju, mainan, makanan... banyak sekali.”
“Huu!”
“Hm aku tahu kamu bukan kucing, tapi penampilanmu mirip kucing, jadi banyak barang di supermarket hewan peliharaan yang bisa kamu pakai! Contohnya alas tidurmu dan boneka hiu kecil itu dibeli dari sana, bukankah waktu itu kita juga jalan-jalan bersama, membeli tas kucing yang pas untuk menggendongmu.”
Loli itu diam seribu bahasa.
Cheng Yun melanjutkan: “Lain kali ada waktu akan ku ajak kamu jalan-jalan lagi, sekalian belikan tempat tidur kecil.”
Sambil berkata demikian, Cheng Yun melirik dua perempuan di tepi jalan yang memandangi loli itu dengan penuh keheranan, tak menghiraukan mereka dan terus berbicara: “Kalau ada mainan atau baju lucu yang kamu mau, bisa juga ku belikan...”
Tak lama kemudian, manusia dan makhluk itu tiba di pasar.
Loli berdiri di pintu gerbang utama pasar, menjulurkan leher melihat lapak-lapak di dalam dan banyaknya orang, tak urung merasa gentar.
Cheng Yun meliriknya, berkata: "Ayo pergi?"
Loli ragu-ragu melangkah, namun berjalan sangat lambat.
Sebelumnya dia selalu berjalan di depan Cheng Yun, kini malah berada di belakang Cheng Yun.
Tak lama kemudian, Cheng Yun langsung menggendongnya: "Dengan begini kamu bisa melihat barang-barang di lapak, kalau nemu makanan yang pengen dimakan ingatkan aku... Waah kok berat banget sih kamu!"
Loli terdiam memandang sekeliling dengan tatapan kosong.
Tak jauh dari situ ada lapak penjual ikan, matanya terpaku tak bisa lepas dari ikan-ikan itu.
Cheng Yun menunduk meliriknya, meski si loli buru-buru menarik kembali pandangan, Cheng Yun tetap melihat lapak ikan itu: "Kamu mau makan ikan ya?"
Seperti biasa, loli sama sekali tidak bersuara.
Maka Cheng Yun kembali berbicara sendiri: "Baiklah, mari kita beli ikan untuk dimakan. Lihat ada jenis apa saja..."
Akhirnya ia membeli seekor ikan grass carp biasa, rencananya akan dibuat menjadi Ikan Mendidih.
Kemudian manusia dan makhluk kecil ini terus berjalan-jalan.
Tomat, jamur shiitake...
Iga babi, daging sapi...
Setiap kali membeli sesuatu, Cheng Yun selalu menanyakan pendapat si loli. Meski tak bersuara dan tetap canggung, ia konsisten melakukannya.
Ia berharap bisa mengubah karakter pemalu sang makhluk kecil ini, membuatnya pahap bahwa ia adalah bagian dari keluarga besar hotel ini, memiliki hak untuk menyuarakan pendapat, menyadari bahwa dunia ini tidak mengerikan, serta membangkitkan rasa percaya dirinya.
Inilah tujuan Cheng Yun membawanya keluar.
Sepanjang perjalanan, loli kecil yang selalu berjalan rapi di samping Cheng Yun dengan tali pengikat secara alami menjadi fokus perhatian orang-orang - ada yang diam-diam memotretnya, bahkan beberapa gadis mendekat untuk bertanya apakah boleh mengelusnya... Semua ini membuat sang loli sangat tidak nyaman, namun Cheng Yun yakin pengalaman ini mungkin bisa membantunya menyadari bahwa tidak banyak orang di dunia ini yang menyimpan niat jahat mendalam padanya, juga tidak semua ingin menyakitinya.
Sekitar setengah jam kemudian, manusia dan makhluk itu keluar dari pasar.
Dengan membawa kantong berat, tentu Cheng Yun tak mungkin lagi menggendong sang loli kecil. Ia pun menurunkannya.
Di perjalanan pulang, sang loli justru berjalan lebih cepat, sering menarik-narik Cheng Yun untuk maju - Padahal Cheng Yun belum sempat mengajaknya jalan-jalan, malah dia yang mengajak Cheng Yun jalan-jalan!
Di tengah jalan, tiba-tiba Cheng Yun melihat kerumunan besar di depan restoran hot pot, suasana terlihat sangat ramai.
Ia melirik sang loli: "Mari kita lihat."
Si loli menatapnya dengan terpaku, lalu menoleh memandangi kerumunan besar orang-orang itu.
Cheng Yun terkekeh: "Tenang saja, kita diikat tali. Tak akan ada yang tiba-tiba naik mengelusmu, juga takkan hilang. Bahkan jika ketemu anak bandel, akan kusir mereka."
Setelah berkata demikian, ia pun berjalan mendekati kerumunan tersebut.
Loli pun terpaksa mengikuti di belakangnya menuju ke arah itu, seolah Cheng Yun yang tadi memakluminya kini justru harus dimaklumi oleh Cheng Yun.
Cheng Yun yang membawa loli tentu tak mungkin menyusup ke kerumunan. Ia hanya berdiri di area luar sambil mendengarkan keriuhan. Rupanya bos toko ini tiba-tiba menjadi miliarder, kabarnya kru TV juga baru saja melakukan wawancara di sini.
Cheng Yun menggelengkan kepala, merasa ini tidak ada yang istimewa. Dengan cepat ia membawa loli kembali ke arah kedai.
Kembali ke hotel, ia meletakkan karton susu, melemparkan tangan yang sakit karena diikat, lalu melepas tali di tangannya sekaligus membuka tali bahu si loli.
Cheng Yan melirik mereka, masih merasa tak puas: "Tampaknya segalanya berjalan lancar?"
Cheng Yun mengangguk: "Oke! Si loli baik-baik saja, talinya tidak pernah tegang sama sekali."
Mendengar ini, si loli tak sengaja meliriknya.
Manusia ini berbohong!
Sepanjang perjalanan pulang tadi ia berjalan sangat lambat, saat aku menuntunnya, tali itu jelas-jelas sudah tegang!
Ekspresi Cheng Yan semakin kesal!
Cheng Yun beristirahat sebentar di resepsionis, tak lama kemudian membawa karton susu dan naik ke atas untuk memasak.
Si loli pun buru-buru berlari kecil mengikutinya.
Cheng Yan di belakang hanya bisa menghela napas panjang.
"Ah!"
Tang Qingying menyembul dari balik resepsionis: "Apa kamu merasa kucing itu terlalu manja dengan kakak ipar?"
Cheng Yan menoleh tajam meliriknya, tak menjawab.
Tang Qingying："Aku juga sudah lama menahan hal ini! Setiap hari dia nempel-nempel sama kakak ipar, waktu bersama kakak ipar lebih lama daripada aku, ini terlalu tidak adil!"
Cheng Yan menunjukkan ekspresi "sudah tahu akan begitu", tidak menghiraukan si gadis ini.
Dalam hatinya diam-diam berpikir: Andai saat itu dia mengizinkan si loli tidur di kamarnya, mungkinkah sekarang orang yang punya hubungan baik dan dipercaya si loli akan menjadi dirinya?
Sayang sekali... kehidupan tidak mengenal kata "andai".
Tiba-tiba Tang Qingying menyela lagi: "Eh Yan-yan, menurutmu benda kecil ini jangan-jangan di kehidupan sebelumnya sudah punya takdir pertemuan dengan kakak ipar, sekarang datang ke sini untuk menikah dengannya membalas budi? Ini bukan khayalanku lho, soalnya asal-usulnya misterius, dan terus-terusan bersikap seperti siluman!"
Cheng Yan berbalik langsung menuju lantai atas: "Aku mau lihat Cheng Yun masak sayur apa malam ini."
Kalau tidak segera pergi, dia takut tertular!
Pada malam hari saat makan malam, semua orang berkumpul di sekitar meja kopi. Loli berjongkok di samping Cheng Yun.
Tang Qingying justru memegang ponsel sambil membelalakkan matanya: "Eh kalian lihat berita belum! Di jalan sebelah sana, ada bos restoran hot pot yang tiba-tiba mendapatkan kekayaan!"
Cheng Yun mengambil sumpit: "Hm, waktu aku pulang belanja sayuran bareng loli sempat melihat kerumunan orang. Memang dikelilingi banyak orang yang menonton pertunjukan. Tapi apa yang aneh dari ini? Mungkin menang lotre kali."
"Bukan!" Tang Qingying menggelengkan kepala cepat-cepat. "Ada seorang pelanggan yang makan di tokonya. Konon satu orang makan sampai enam ratus lebih, tapi pas bayar ternyata uangnya kurang. Akhirnya dia tinggalkan satu butih batu permata sebagai ganti. Bos itu benar-benar nggak ada cara lain selain menerima batu itu, soalnya orang itu cuma punya puluhan yuan di sakunya, bahkan hp pun nggak dibawa... Eh tiba-tiba si bos iseng cari di internet, merasa batu ini mirip asli. Terus dia bawa untuk dikasi, ternyata... Beneran asli! Itu barang bernilai selangit!"
Cheng Yun mengedipkan mata. "Kapan kejadiannya?"
"Tanggal 17."
"Tanggal 17..." Cheng Yun tertegun. Bukankah itu hari di mana kekuatan Dewa Elang sudah pulih sampai bisa nyalain altar lagi? Cuma dia baru kasih tahu Komandan tanggal 18. Ternyata... pergi makan hot pot ya.
"Kakak ipar tahu sesuatu?"
"...Nggak tahu."
“Wah konon batu permata itu minimal bernilai puluhan miliar! Andai saja nasibku seberuntung itu!” Tang Qingying dengan wajah bersemangat, pipinya memerah, “Aku bisa merawat kakak ipar!”
Cheng Yan tetap dingin kepala: “Bahkan jika begitu, bos itu sementara masih belum berani menjual. Jika ternyata orang itu bermasalah mental, lalu keluarga datang mencarinya, itu akan berubah jadi sengketa.”
Tang Qingying heran: “Bagaimana kamu tahu?”
Yu Dian juga membelalakkan matanya.
Sekelompok orang mulai mendiskusikan dengan penuh semangat.
Cheng Yun hanya menggelengkan kepala, tak tahu harus berkata apa——
Beliau itu… benar-benar!
Ah… sulit diungkapkan dengan kata-kata!
