Bab 238 Pertama Kali Tinggal Serumah dengan Sang Loli

　　Plak! 　　Lampu dimatikan, kamar tidur langsung gelap. 　　Di luar lentera keluarga Fang dan lampu neon bersinar terang, cahaya jingga samar menembus balkon melalui jendela kaca, memproyeksikan garis-garis terang yang jelas di kamar tidur. 　　Cheng Yun setengah berbaring di ranjang, punggungnya bersandar pada bantalan empuk, matanya terpejam dalam meditasi. 　　Sang loli dengan tenang merebah di alas tidur sambil memeluk boneka hiu kecilnya - posturnya sangat tidak anggun: terbaring dengan keempat anggota tubuh terbentang lebar, hanya satu cakar depan yang bertumpu pada boneka hiu. Ekor berbulu halus di belakangnya menempel erat pada alas tidur dan bergoyang-goyang ke kiri-kanan bagai sedang menyapu debu. Rahang bawahnya juga bertumpu pada alas tidur, wajah menghadap ke depan, bola mata birunya membulat tanpa berkedip menatap tajam Cheng Yun. 　　Manusia itu menyipitkan mata... seakan tertidur. 　　Tapi cara tidurnya aneh sekali... Apakah semua manusia tidur seaneh ini? Benarlah makhluk bodoh! 　　Mata loli itu memantulkan cahaya dari luar jendela, berkilauan bak gemerlap bintang-bintang. 　　Tiba-tiba, ia menoleh ke arah ruang tamu di luar. 　　Mau tidak memanfaatkan kesempatan sekarang... 　　Gesek! 　　Cakar kecilnya yang runcing melengkung seperti kait langsung mengeluarkan diri dari celah jari-jarinya, samar-samar memantulkan sorot dingin. 　　Ia ragu-ragu, diam-diam mengamati Cheng Yun. 　　Beberapa saat kemudian, cakarnya ditarik kembali, dengan malas ia membalikkan badan memperlihatkan perut berbulu halus, berbaring di sebelah boneka hiu kecilnya sambil melotot ke langit-langit. 　　Besok ia akan pergi membeli ranjang bersama manusia ini! Ranjang kecil miliknya sendiri! 　　Untuk pertama kalinya dalam hidup punya ranjang sendiri! 　　Sangat bersemangat sampai tak bisa tidur. 　　Tiba-tiba ia membalikkan badan lagi, menatap tajam Cheng Yun, sedikit memiringkan kepala kecilnya, mulai berkhayal tak karuan. 　　Apakah manusia ini bisa bermimpi? 　　…… 　　Di ruang tamu saat itu, sang Mage juga belum tertidur, di kegelapan sepasang matanya yang terang masih terbuka lebar. 　　Ia berpura-pura ceplas-ceplos, padahal dipenuhi ketakutan dan kegelisahan. 　　Sesekali kepalanya berputar-putar, memanfaatkan cahaya lemah untuk mengamati segala sesuatu di ruang tamu – seperti yang terlihat, jika ini bukan ilusi buatan ahli mage ternama atau tim profesional, maka pasti merupakan alam semesta baru yang bahkan ilmu sihir pun tak ada. Menurut ilmu ruang angkasa, jarak fisik antara dua alam semesta independen tak terhingga. Bagi seseorang yang terjauhnya hanya pernah mengunjungi kota tetangga, jarak ini sungguh kejam. 　　Jika ini terjadi di masa lalu saat sudah terbiasa dengan kesepian, mungkin ia akan cepat beradaptasi dengan fakta ini. 　　Tapi kini ia sangat merindukan rumah kita. 　　Tempat yang pertama kali membuatnya memahami arti kehangatan, dengan seseorang yang lembut menantinya pulang. 　　Kira-kira Tante sedang melakukan apa sekarang? 　　Mencari dengan cemas? 　　Menangis tersedu-sedu? 　　Atau merasa tak berdaya? 　　Mata Mage cilik itu mulai membasah, bahkan ada aliran hangat mengalir di pipinya, tapi ia tidak menangis keras. Hanya suara tarikan napas berat yang keluar dalam kegelapan. Kadang saat lubang hidung tersumbat, ia menarik napas kuat-kuat untuk melancarkannya. 　　Pasti Tante mengira aku dalam masalah sekarang? Tidak bisa dihubungi, tas ransel tertinggal di rumah, ada rekaman kamera saat masuk gedung tapi tidak ada yang menunjukkan kepergianku. 　　Ah... 　　Mage cilik itu memeluk erat kayu yang diambil dari sapu. Ia harus melewati malam ini dengan segugup ini. 　　…… 　　Loli kecil itu tiba-tiba menggetarkan telinganya, menoleh ke arah ruang tamu, tapi hanya melihat tembok kosong. 　　Barusan sepertinya ia mendengar suara aneh. 　　Langsung ia berdiri penuh keraguan. 　　Tapi setelah ragu sebentar, ia kembali berbaring, menatap wujud Cheng Yun yang sedang meditasi sambil terhisap dalam perenungan. 　　Tidur seperti ini... benar-benar nyaman? 　　Tampaknya manusia ini tidur dengan sangat lelap. 　　Sekitar dua jam kemudian, jarum jam perlahan menjangkau titik peralihan hari. Cheng Yun menarik napas dalam-dalam, tiba-tiba membuka mata lebar-lebar. 　　Seketika, ia terpaku diam. 　　Dengan cahaya yang menembus jendela kaca lebar, ia melihat si loli kecil bersandar di sandaran sofa tunggal. Kedua kaki belakangnya terentang panjang, sementara sepasang lengan depan terkulai santai di sisi tubuh, terpejam matanya seolah telah tertidur. 　　Ia mengedipkan mata beberapa kali dalam kebingungan. 　　Posisi duduk ini... sangat sensual ya! 　　Lama kemudian, ia menarik sudut bibirnya, meraba-raba bangkit dari ranjang lalu berjalan ke tepi jendela. Whoosh! Tirai pun ditutupnya keras. 　　Kamar langsung terserap dalam kegelapan yang lebih pekat. 　　Si loli kecil tersadar, matanya mengintip dari balik celah kelopak. Ia tetap bisa melihat segala sesuatu di ruangan dengan jelas. 　　Ia menyaksikan Cheng Yun meraba-raba mendekati ranjangnya, perlahan berbaring lalu menyelimuti diri sebelum memejamkan mata kembali. 　　Ia tak sengaja tertegun. 　　Hah! Sudah ganti postur lagi? 　　Si loli kecil menundukkan kepala, melihat dirinya sendiri, menyadari postur tidur tadi memang kurang nyaman. 　　Maka, ia kembali terhisap dalam perenungan. 　　…… 　　Malam semakin larut. 　　Cheng Yun kembali bermimpi. 　　Dalam mimpinya ia melihat seorang anak yang cantik luar biasa, bocah itu bagaikan loli sempurna, boneka porselen yang dibuat dengan teliti, tak ada sedikitpun cacat di seluruh tubuhnya. 　　Kulit seputih salju tanpa noda, bentuk wajah indah, lima organ indera yang sempurna, dan postur tubuh kurus tinggi... 　　Di matanya seolah beriak gelombang air, mengenakan jubah mage kecil, manisnya sampai mau meledak, mungkin tak ada yang tak menyukainya. 　　Tapi di sekitarnya justru tak banyak yang menyukainya. 　　Ia terlalu cantik, cantik sampai tak seperti manusia biasa! Sebagai anak laki-laki namun memiliki kecantikan melebihi gadis manapun, ini benar-benar hal yang tak wajar... 　　Cai Zhifei, secara harfiah berarti "anak yang cantik", jika di Bumi kira-kira mirip dengan nama-nama seperti Meizi atau Yourong. 　　Namun dalam bahasa umum, dengan sedikit permainan homofon, maknanya berubah menjadi "monster yang cantik". 　　Garis keturunan si Mage kecil memang tidak murni, ia memiliki seperdelapan darah iblis bunga. Di negara kecil ini diskriminasi rasial masih ada, ditambah penampilannya yang luar biasa cantik dan kemampuan yang tak wajar, serta beberapa atribut bawaan, membuatnya sejak kecil menjadi objek kecemburuan. Seandainya ia benar-benar iblis bunga, justru tak ada yang berani terang-terangan melakukan diskriminasi rasial, sayangnya ia hanya manusia Sina yang membawa darah iblis bunga. 　　Saat di panti asuhan, ada anak yatim lain yang sengaja menjungkirbalikkan mangkuk makannya. Saat sekolah dasar, teman sekelasnya berkoordinasi melemparkan cacing ke dalam nasinya. Di sekolah menengah, ada yang khusus datang untuk mengatasinya... 　　Semua ini karena orang-orang yakin betul dalam tubuhnya mengalir darah ras hina, bahwa dirinya sendiri adalah manusia rendahan. 　　Veigar bukanlah pribadi yang pengecut. Pengalaman dari kecil hingga dewasa melatihnya menguasai seni memukul orang dari belakang dengan tongkat sihir. Meski semakin dewasa tak ada lagi yang berani mengganggunya, diskriminasi dan penolakan terhadapnya tak berkurang. Banyak orang yang mengenalnya justru menyebarkan rumor tentang kebiasaan buruk dan cacat karakter yang dimilikinya, dan lain sebagainya... 　　Tapi ia tetap tak berubah menjadi priminal yang muram dan sarkastik, meski hidup dalam lingkungan seperti itu.