Dentuman berirama.
Suara ketukan di pintu tiba-tiba terdengar.
Cheng Yun, si loli kecil, dan Mage langsung menoleh ke arah pintu.
"Mungkin keluarga saya. Jangan tunjukkan keanehanmu di depan mereka," kata Cheng Yun pada Mage yang sudah berganti pakaian sambil berjalan membuka pintu.
Di luar berdiri Tang Qingying memegang dua roti kukus, matanya berbinar: "Kakak ipar, masih ada dua roti tersisa. Mau tidak kamu makan?"
"Aku sudah kenyang," jawab Cheng Yun. "Entah si loli kecil masih bisa makan satu lagi tidak. Dia sedang masa pertumbuhan, lahap sekali makannya."
"Ckck... Kucing makan roti kukus, baru pertama kali lihat," celetuk Tang Qingying. "Kalau yang satu lagi dimasukin kulkas?"
"Oke, berikan padaku."
"Oh oh." Tang Qingying menyodorkan roti kukus padanya, tapi tiba-tiba merasa heran——Kakak ipar biasanya makan bersama semua orang di lantai bawah, kenapa pagi ini tiba-tiba membawa si loli makan di lantai atas? Lagipula... tingkah lakunya tadi aneh sekali.
Maka, dia mengikuti Cheng Yun masuk ke dalam.
Lalu——
"Waah!" Tang Qingying terpaku memandangi Mage Muda, gagap berkata-kata, "Ka-Ka-Kakak ipar ternyata menyembunyikan cewek cantik jelita di kamar, masih...masih...masih pakai bajumu, kalian berdua..."
Ucapan itu terhenti di tengah, seolah-olah hampir menangis, hanya ada satu pikiran di hatinya——
Habislah! Air subur mengalir ke sawah orang lain!
Cheng Yun malah terkejut: "Kok kamu tahu dia pakai bajuku?"
Wajah Tang Qingying dipenuhi kesedihan dan suara berat, sama sekali tak sempat merespons pertanyaannya: "Aku memang tahu..."
Mage Muda mengatupkan bibir rapat-rapat dengan ekspresi sembelit: "Kalian ini..."
Cheng Yun berkata: "Ini adik ipar perempuanku dulu."
Mage tertegun sejenak, lalu mengangguk: "Aku paham, adik ipar ya!"
"……" Cheng Yun membalikkan mata, lalu berkata pada Tang Qingying, "Ini resepsionis baru yang kuboyong, gendernya laki-laki."
"Omong kosong! Masa sekarang melamar jadi resepsionis harus tidur bareng..." Tang Qingying terhenti di tengah kalimat, "Gender laki-laki?"
"Hm." Cheng Yun mengangguk.
"Ha?" Ekspresi duka di wajah Tang Qingying berubah hampa. Ia mengamati Mage, lalu menoleh ke Cheng Yun dengan pandangan "kau sedang bercanda", "Mungkin tidak."
"Beneran," kata Cheng Yun. "Cheng Yan sudah tahu semalam, dia tidak memberitahumu?"
"Ti-tidak," jawab Tang Qingying terbata.
"Kalian kan tidur bareng?"
"I-iya, tapi dia sama sekali tidak menyebut soal ini!" Tang Qingying masih terbengong, lalu menatap Mage, "Dia benar-benar cowok?"
Tiba-tiba suara muncul dari pintu: "Aku cuma tidak suka bergosip saja."
Tang Qingying berbalik, melihat Cheng Yan bersandar di pintu dengan pandangan samar ke dalam, bibirnya seolah menyungging senyum tipis yang hampir tak terlihat.
Tang Qingying diam sejenak.
Si jalang kecil ini sengaja menunggu untuk melihat leluconnya!
Pasti karena semalam dia juga membuat kekacauan di sini, sehingga bertekad untuk 'berbagi' dengannya!
Diam-diam ia menyelipkan roti kukus ke dalam kulkas, menutupnya dengan suara "bum", lalu menatap Mage sambil membungkuk dalam-dalam: "Sumimasen!"
Mage dengan tenang melambaikan tangan: "Tidak apa-apa."
Kesan dia terhadap gadis ini justru membaik.
Cheng Yun terkejut: "Kamu mengerti?!"
Mage membalikkan matanya: "Aku tidak bodoh!"
Saat itu, seluruh tubuh Tang Qingying menegang bagai macan tutul kecil yang sedang menunggu kesempatan untuk bertindak, menggenggam erat kepalan tangannya, melangkah demi langkah mendekati Cheng Yan - seolah siap... untuk mengorbankan diri.
Cheng Yan menguap, lalu berbalik pergi dengan tenang.
Tang Qingying langsung menggigit giginya dan menyambar maju.
……
Cheng Yun menarik sudut bibir, tak tega melihat fragmen kenangan itu. Ia berkata pada loli, "Pergi, Tutup pintu!"
Loli patuh melompat turun dari meja kopi, langsung menyambar ke pintu.
Hingga siang hari, matahari muncul, kabut perlahan menghilang.
Cheng Yun memasak di dapur, Yin Nuxia bertanggung jawab mengiris bahan makanan, sementara loli berbaring di sebelah menggigit wortel kecil hingga berbunyi kruuk-kruuk.
Veigar duduk di sofa sambil terus terpejam mata, seolah sedang meditasi.
Sebelumnya, ia sudah meraba semua peralatan elektronik di dalam rumah, ingin melihat bagaimana umat manusia di dunia ini menggunakan hukum alam tanpa ilmu.
Hasilnya membuatnya sangat terkejut.
Sinar matahari yang menembus kabut tipis menerangi lantai ruang tamu melalui jendela kaca, tidak sepanas dan menjengkelkan seperti musim panas, melainkan hangat dan menyejukkan, menimbulkan kerinduan yang mendalam.
Bulu mata panjang Mage Kecil bergetar halus, lalu matanya terbuka.
Ia menoleh ke arah luar jendela, pupil hijau samarnya menyempit akibat rangsangan cahaya, wajahnya tampak menerawang tanpa fokus.
"Ini..."
Ia berdiri, mendorong jendela kaca lalu melangkah keluar.
Berdiri di balkon, seluruh tubuhnya terbasuh cahaya keemasan samar yang membuat kulitnya jernih bagai kristal. Dalam pupilnya terpantul kompleks bangunan yang diselipi bukit hijau kecil dengan paviliun di puncak dan lereng gunung.
Itu adalah bukit kecil di dalam area Universitas Yizhou.
Mage Kecil sepenuhnya terpikat——
Pemandangan ini bagaikan Kota Langit, sesuatu yang hanya pernah ia lihat dalam game dan karya film/TV.
Dalam kehidupan nyata, belum pernah sama sekali.
Gunung hijau...
Sama seperti air jernih, keduanya telah lama menghilang dari kota-kota modern.
Ratusan tahun lalu, para mage yang hampir tak sabar membangun gedung setinggi ribuan meter telah meratakan sebagian besar gunung di tanah air. Yang tersisa saat ini hanyalah kawasan wisata terkenal atau Taman Nasional. Kabarnya ribuan tahun silam, tanah di bawah Republik Liuli ini sebagai tempat kelahiran iblis bunga pernah menjadi wilayah dengan pemandangan memesona, tapi saat itu sangat sedikit materi visual yang beredar. Para pembuat game lalu menciptakan surga dunia dengan gunung tinggi, lembah curam, hutan, dan padang rumput.
Di zaman sekarang, hampir tak ada tumbuhan yang tumbuh alami di perkotaan, membuat iblis bunga hampir punah.
Mage cilik tiba-tiba ingin mendekat untuk melihat.
Namun ia tiba-tiba menyadari: teknologi alam di era ini jauh tertinggal dibanding teknologi ilmu di dunianya. Gunung hijau dan air jernih seharusnya masih umum ditemui, mungkin ia bisa benar-benar meraba pemandangan menakjubkan yang biasanya hanya terlihat dalam game.
Inilah kesedihan menjadi seorang Mage.
Mereka berdedikasi mencari kebenaran, sehingga kepalsuan mustahil menipu mereka—seperti permainan simulasi realitas penuh.
Gunung-air sejati memiliki energi spiritual, tumbuhan-bunga asli memiliki kehidupan, sedangkan yang ada di game hanyalah tumpukan mantra.
Saat itu, suara tumis sayuran sudah mulai terdengar dari dapur.
Sekitar setengah jam kemudian, area resepsionis.
Mage muda juga turun untuk makan bersama, Cheng Yun menyuruhnya mengurangi bicara dan berlagak introvert sedikit.
Enam manusia plus satu makhluk persis mengelilingi meja kopi, agak berdesakan tapi tidak mengganggu aktivitas makan-rebut sayuran.
Cheng Yan, Tang Qingying, dan gadis kecil Yu Dian diam-diam mengamati Mage muda, sementara Yin Nuxia matanya tak lepas dari lauk pauk—tapi karena Sang Kepala Stasiun belum mulai, ia malu untuk turun tangan duluan.
Cheng Yun segera menunjuk si Mage, menjelaskan: "Ini resepsionis baru yang saya rekrut, namanya Cai Zhifei. Jika kalian merasa namanya terlalu... aneh, bisa panggil dia Cai Qing. Hm, yang perlu diperhatikan, dia ini pria!"
Si Mage sedikit tertegun.
Gadis kecil Yu Dian juga tertegun.
Pria……pria?
Secantik ini?
Cheng Yun kembali menunjuk orang-orang yang duduk di sekeliling, memperkenalkan mereka satu per satu meski Yin Nuxia sudah dikenalnya sejak kemarin.
Usai bicara, si Mage langsung berdiri: "Kedepannya mohon bimbingannya dari semua!"
Para maestro pun bersikap formal saling merendah.
Makan!
