"Whoosh~~"
"Growl!"
"Ternyata memang enak!" Sang Mage menyeruput kopi lalu mengerutkan alis menjilat bibir, "Tidak terlalu pahit ya!"
“Karena di latte sebagian besar isinya susu.” Cheng Yun mengaduk perlahan kopi dengan sendok, “Kalau kamu mau mencoba rasa pahit, bisa pesan espresso.”
“Begitu ya…” Sang Mage mengangkat cangkir kopi dengan kedua tangan, merasakan kehangatan yang ditransfer ke telapak tangannya.
Aula kopi dipenuhi alunan lembut komposisi piano. Cahaya keemasan sore di luar menerobos jendela, membentuk bintik-bintik cahaya keemasan samar di sofa booth dan permukaan lantai. Cuaca cerah hari ini rupanya menarik banyak pengunjung. Di dalam, tersebar jarang-jarang kaum muda; sebagian besar adalah pasangan kekasih atau teman dekat yang sedang bersantai.
Sang loli berjongkok dengan patuh di atas meja, terpaku menatap cangkir kopi mereka dengan ekspresi takjub, entah sedang memikirkan apa.
Kali ini tidak membawa mangkuk makan untuk si loli, juga tidak menggendong tas kucing. Cheng Yun sudah bertanya kepada pelayan apakah boleh membawa kucing masuk dan mendapatkan izin sebelum membawa si loli masuk. Jelas tak mungkin memesan secangkir kopi untuknya.
Maka si loli hanya bisa menatap mereka dengan penuh harap.
Uap panas perlahan mengepul dari cangkir kopi, membawa aroma susu pekat yang melayang-layang di udara. Karena tidak ada angin di dalam restoran, asap putih itu hampir tegak lurus ke atas.
Si loli berbaring memelas, karena bosan lalu meniup asap putih di udara——
Whoosh!
Asap putih langsung berpencar elegan, terdengar beberapa gelak tawa ringan dari sebelah.
Si loli tidak puas memelintir kepalanya, melihat beberapa manusia sedang duduk tidak terlalu jauh, semua memandang ke arahnya.
Jahat kalian, manusia-manusia ini berani mengejek Wang!
Loli itu berpikir demikian, melirik Cheng Yun, lalu berbaring dengan wajah semakin berduka.
"Belum boleh menunjukkan kegarangan..."
Cheng Yun sejenak antara ingin tertawa dan menangis, terpaksa berkata padanya: "Ini pahit, tidak enak. Lagipula kucing tidak boleh minum kopi, konon memberatkan pencernaan kucing!"
Mendengar itu, si loli langsung terpaku.
"Aku bukan kucing, sih!"
"Bahkan tanah pun bisa aku makan!"
Dengan kepasrahan, Cheng Yun melirik sekeliling, tersenyum pada orang-orang yang memandang ke arah mereka, lalu menyendok sedikit kopi dengan sendok besi, meniupnya, dan menyodorkan ke si loli sambil berbisik: "Cicipilah."
"Benda ini bekas pakaimu, kan?"
Si loli melirik Cheng Yun, lalu menatap tajam cairan mirip lumpur encer di sendok itu. Rasa ingin tahunya tak tertahankan. Dengan hati-hati ia mengulurkan kepala, menjilat sekali... terpaku beberapa detik, lalu menjilat kedua kali.
Ternyata memang agak pahit……
"Tapi tetap ada rasa manis dan susu yang enak, intinya lebih enak daripada tanah dan air sungguhan!"
Si loli menjilat bersih sesendok kecil kopi itu, lalu dengan sadar mengkerut kembali sambil merangkak, menundukkan kepala, menunjukkan "Wang meski sangat ingin tapi paham, tidak merebut milikmu lagi."
Persis saat itu, dari sebelah terdengar suara perempuan manis: "Kau memberi kopi pada kucing? Itu tidak baik lho!"
Cheng Yun langsung tertegun, menoleh melihat - seorang gadis muda berpenampilan modis, kulitnya sangat baik, wajahnya manis, di lehernya menggantung kamera DSLR Nikon, mengenakan jaket bulu angsa putih, rambut panjang lurusnya yang terurai sangat cocok dengan gaya pakaiannya.
"Tapi kucingmu ini memang cantik sekali!" Gadis itu menatap loli tanpa berkedip, mengulurkan tangan dengan sikap menyelidiki, "Boleh dielus?"
"Tidak diperbolehkan!" Cheng Yun membentak.
“Gesek!” Gadis itu langsung menarik kembali tangannya, menoleh ke Cheng Yun dengan ketidaktahuan, “Mengapa? Ia terlihat tidak takut pada manusia.”
“Karena ia sangat kejahatan, dan sangat tidak menyukai disentuh orang.”
“Hmm! Benarkah?” Gadis itu tetap ragu, “Tapi menurutku ia sangat tenang dan patuh, di hadapanmu juga bersikap sangat baik, tidak mirip tipe yang galak.”
“Tidak boleh.” Cheng Yun menegaskan kembali.
“Oh, baiklah.” Gadis itu memandangi loli kecil dengan penyesalan, meski merasa sangat terpikat dan ingin sekali mengelusnya, namun karena Tuannya tidak mengizinkan, akhirnya ia pun menyerah.
Persis saat itu, dari belakangnya muncul sepasang pria dan wanita dengan gaya berpakaian sporty, memancarkan semangat keremajaan.
Pasangan itu sepertinya sengaja mencari gadis tersebut, begitu melihatnya langsung mengerutkan kening: “Xuanxuan, kau lari ke mana? Sekejap mata saja kau...”
Kalimat mereka terhenti di tengah jalan, semua tertegun.
Keduanya terpaku menatap loli kecil yang duduk tegak di atas meja—meski mengenakan vest penarik namun tetap diam patuh—terutama saat melihat mata biru-beku yang jernih milik loli itu, seolah menguak kenangan tertentu.
Hal itu... belum lama berlalu.
Mirip banget!
Perlahan-lahan, ekspresi mereka semakin bengong, terutama saat loli kecil itu mengangkat pandangan ke arah mereka.
Mereka langsung memastikan!
Sepasang mata yang cantik ekstrem itu sama sekali tak berkehangatan, memancarkan sikap meremehkan, kedinginan, dan keangkuhan—sulit dibayangkan seekor kucing bisa menampilkan begitu banyak ekspresi.
Ilusi kah?
Jelas bukan!
Inilah kucing itu!
Mereka secara bawah sadar menatap ke arah orang yang duduk di sofa booth, namun hanya melihat seorang perempuan yang sangat gagah duduk di dekat jendela, mengenakan pakaian pria yang agak longgar, memegang cangkir kopi setengah penuh dengan busa. Satu orang lagi membelakangi mereka, posturnya terhalang sandaran sofa sehingga tidak terlihat jelas.
Su Wen dan Su Rou saling pandang tertegun, sama-sama merasakan impuls untuk lari!
Bagaimana mungkin bertemu di sini! Ini terlalu kebetulan!
Saat itu, gadis yang mereka panggil Xuanxuan menoleh ke mereka dengan senyum cemerlang: "Aku melihat anak kucing yang sangat cantik, plus sepasang kakak-beradik ganteng dan cantik, jadi tidak tahan ingin mengajak kenalan."
Mendengar itu, Sang Mage membalikkan mata.
Cheng Yun menyunggingkan senyum, namun ketika menunduk sedikit, ia melihat si loli sedang menatapnya.
Kemudian, si loli menoleh lagi ke arah yang ditatap gadis itu, seolah memberi isyarat sesuatu padanya.
Cheng Yun langsung berbalik, sambil menoleh ke arah tersebut.
Hm?
Ia pun terpaku.
Itu dua anak muda yang terus-terusan mencari bahaya!
Kebetulan sekali ya?
Matanya menyipit, namun secepat itu menarik kembali pandangan, melanjutkan minum kopi yang dipegangnya.
Saat itu, Xuanxuan memandang Cheng Yun, lalu kedua temannya, bingung: "Kalian kenal?"
Ekspresi Su Wen dan Su Rou seketika berubah seperti baru menelan lalat, daya tarik wajah mereka pun rusak karenanya. Tapi mereka memaksakan diri mendekat, saling pandang, bingung harus berkata apa.
Mungkin... lebih baik menoleh dan pergi?
Tapi bagaimana kalau orang ini sengaja mencari kita? Apa masih sempat kabur naik taksi sekarang?
Su Rou sengaja batuk dua kali, memberi kode mata diam-diam ke Xuanxuan, lalu menunduk: "P-Permisi... kita... bertemu lagi."
Xuanxuan terpaku membeku.
Cheng Yun wajahnya langsung kaku. Awalnya ia berniat pura-pura tak kenal.
Maka ia merenung sejenak, lalu berkata datar: "Kebetulan!"
Su Rou menoleh melihat sekeliling, berbisik: "Tak disangka bisa bertemu Anda di sini..."
Hatinya bagai benang kusut.
Bukankah penghuni selevel Anda seharusnya berkultivasi di surga murni seperti Yading? Ngapain datang ke kota besar?
Cheng Yun kembali merenung, tiba-tiba mengerutkan kening. Dari kepanikan mereka, ia menangkap sesuatu yang tak beres—dua anak muda ini sebelumnya tidak segugup ini. Apa pihak sana memberi tahu sesuatu? Hingga mereka menganggapku sebagai raja iblis?
Xuanxuan semakin terpaku. Matanya bolak-balik memandang Cheng Yun dan kawannya. Ia benar-benar tak paham sosok macam apa yang bisa membuat kedua kawannya menunjukkan ekspresi penuh rasa segan seperti ini.
Lagipula sepertinya... mereka sangat ketakutan.
Tiba-tiba, seolah ia menebak sesuatu.
Xuanxuan kembali memandang dua sahabatnya, lalu menatap si loli, matanya tiba-tiba membelalak.
Di saat yang sama, raut wajak Su Rou mulai berubah muram, terus memberi kode mata padanya, sembari diam-diam melirik ke arah Cheng Yun.
Tak lama kemudian, ia melihat ekspresi Cheng Yun berubah suram.
Sementara kucing cantik itu mengangkat kepala memperhatikan raut wajak tuannya, lalu seketika berdiri dan mengulurkan cakarnya: "Huu...!!"
Wajahnya seketika pucat bagai mayat.
Saat itu, Cheng Yun meletakkan cangkir kopinya: "Sepertinya ada yang melanggar janjiku dulu!"
Keduanya gemetar, kepala terasa blank.
Cheng Yun memalingkan wajah dengan raut muram mengamati mereka, jarinya mengetuk-ngetuk permukaan meja, bunyi 'tang-tang' ritmis terdengar dari gesekan kuku dengan kaca.
Dua orang ini... benar-benar tak punya otak!
Di sampingnya, Sang Mage melihat situasi ini, perlahan meletakkan cangkir di tangannya, lalu duduk diam sambil mengamati mereka.
Di kepala Xuanxuan langsung berdengung—
Itu benar!!
Bahkan benar-benar nyata!!
Di dunia ini benar-benar ada kekuatan misterius!
Artinya... reaksi tadi telah membuat dua kawan mereka dalam keadaan mengenaskan?
Kira-kira satu menit kemudian, Su Wen baru bereaksi, buru-buru berkata: "Maaf, maaf! Dengarkan penjelasan kami... Karena Anda bilang beberapa hari lagi akan ada yang datang menemui kami, tapi kami sudah menunggu lama, tak ada yang datang memberi petunjuk, jadi kami mengira..."
