Padahal sedang berjemur, Cheng Yun justru merasakan dingin yang semakin menggigil di tubuhnya.
Sepertinya angin mulai berhembus kencang.
Maka ia pun duduk, memalingkan wajah ke samping, dan berujar dengan nada heran: "Sudah sebanyak ini yang dikupas?!"
Mendengar itu, si loli buru-buru berbaring menindih tumpukan kacang kecil miliknya dengan tubuh mungilnya.
Kemudian ia membeku sejenak, sebelum akhirnya menyembunyikan kepala kecilnya juga, berpose seolah tak tahu-menahu - tak melihat maupun mendengar.
Cheng Yun tak ambil pusing. Ia menyambar tumpukan kacang besar itu sambil berkata: "Sudah, tak akan kurebut milikmu. Anggap saja yang kecil itu upah untukmu! Kerja bagus mengupas selama ini, ini gajimu!"
"Lagipula tumpukan itu total cuma ada belasan butir, sangat sedikit, tidak menarik perhatiannya."
Loli menoleh curiga melirik Cheng Yun, tapi tetap tak berdiri. Cakar kecilnya diam-diam memutar butir buah dari bawah tubuhnya ke mulut... makan satu per satu seolah takut direbut.
"Hmph, kesel banget!"
"Padahal ngupasnya lama-lama, yang dimakan cuma segini!"
Tak lama sudah habis. Saat menoleh, manusia itu masih mengunyah dengan separuh genggaman tersisa di tangannya.
"Huu~~"
Loli membeku di atas meja kopi bagai kehilangan harapan akan dunia.
Sesekali melirik Cheng Yun: "Manusia ini cuma bisa ganggu anak kecil - tunggu Wang dewasa, pasti tak akan bantu kupas kacang sebanyak ini lagi!"
Tiba-tiba terdengar suara: "Wang masih ada urusan denganmu."
Langsung, si loli tertegun.
Hah?
Ia buru-buru menoleh memandang sekeliling, siapa yang bicara?
Jangan-jangan suara di hatimu Wang keluar? Tapi Wang juga tidak mengatakan ini dalam hati!
Baru ketika melihat manusia itu memiringkan kepala menatapnya, ia langsung membeku, ini... bahkan manusia ini yang bicara!
Dia berani menyebut diri Wang! Lagi pula di depan Wang menyebut diri Wang... lalu Wang ini apa?
Seolah membaca keterpakuannya, Cheng Yun mengatupkan bibir berkata datar: "Aku ini Raja Semesta, sedangkan kamu hanya Raja Padang Salju. Siapa yang lebih besar, dari sebutannya saja sudah jelas."
Si loli terpaku.
Cheng Yun meliriknya lagi: "Jadi aku Raja Besar, kamu Raja Kecil. Raja Kecil harus patuh pada Raja Besar, benar kan?"
Ekspresi si loli langsung menjadi lebih hampa, dengan cepat ia menundukkan kepala, terhisap masuk ke dalam perenungan yang dalam-dalam.
“Xiao Wang di sini bukan merujuk pada usiamu yang masih belia, juga bukan tubuhmu yang kecil. Bahkan setelah dewasa nanti, kau tetap Xiao Wang. Karena jelas Raja Padang Salju tidak bisa mengalahkan Raja Semesta.” Cheng Yun kembali berbicara dengan suara datar, “Kali ini, Wang ingin meminta bantuanmu... tunggu, maksudku Wang punya misi untukmu. Tapi sebelumnya kau harus menjawab jujur beberapa pertanyaan Wang.”
“Huu?” Ekspresi wajah loli kecil penuh kebingungan menatapnya.
“Wang sudah memiliki pemahaman dasar tentang kemampuanmu, tapi masih perlu konfirmasi. Jadi Wang akan melakukan investigasi sederhana. Untuk itu Wang akan mengajukan beberapa pertanyaan. Kau cukup jawab 'ya' atau 'bukan'.” Suara Cheng Yun terdengar berat, mengandung nuansa kewibawaan, “Jika ya, anggukkan kepala. Jika tidak, goyangkan telingamu. Mengerti?”
“Huu~~” Loli kecil tertegun, butuh waktu lama sebelum bereaksi dan buru-buru mengangguk.
“Hm, bagus.” Cheng Yun mengangguk, memutuskan untuk menguji apakah benda kecil ini benar-benar paham.
“Apakah kau Raja Padang Salju?”
Loli kecil itu ragu-ragu, kata-kata seperti "loli", "maskot" dan beberapa frasa lain berkelebat di pikirannya, bahkan ada gelar "Raja Lembah Awan" yang pernah disebut Cheng Yun. Namun akhirnya ia mengangguk dengan tegas——Benar, aku adalah Raja Padang Salju!
"Bagus." Cheng Yun mengangguk lagi, "Apakah kau seorang gadis?"
Loli kecil itu terkejut membeku menatapnya.
"......" Cheng Yun mengatupkan bibir, lalu cepat-cepat mengubah pertanyaan, "Apakah kau berjenis kelamin betina?"
Loli kecil itu semakin bimbang, wajah mungilnya memancarkan keraguan. Akhirnya ia mengangkat kepala melihat Cheng Yun, kedua telinganya menggoyang-goyangkan ke belakang beberapa kali——Gerakan ini sangat menggemaskan!
Cheng Yun langsung terpaku, lalu mencoleknya dengan jari: "Jangan berbohong di usia semuda ini!"
Matanya berkilauan sambil menundukkan kepala, keraguan di wajah mungilnya semakin menjadi-jadi. Perlahan muncul ekspresi tak berdaya yang menyayat hati.
"Tadi ia baru saja bilang dirinya Raja Padang Salju, kalau sekarang mengakui sebagai betina, bukankah itu kontradiksi?"
"Raja Padang Salju kan tidak ada yang berjenis kelamin betina!"
"Sedangkan ia adalah Raja Padang Salju!"
Cheng Yun seolah tersadar akan sesuatu, cepat-cepat melambaikan tangan: "Baiklah baiklah, ganti pertanyaan."
"Apakah kamu berwarna putih?"
Sang loli mengangguk.
"Apakah kamu anjing?"
Sang loli melotot ke Cheng Yun sambil menggoyangkan telinga.
"Hm, bagus." Cheng Yun mengabaikan ekspresi garangnya, mengulurkan tangan meraba kepala si loli, "Sekarang sang raja akan bertanya resmi, dengarkan baik-baik!"
Sang loli langsung bersemangat.
……
Di sampingnya, Sang Mage sudah dengan sadar memikul tugas "menyiram bunga". Dengan membawa penyiram bunga sambil bersenandung lagu tak dikenal, ia sama sekali tak menghiraukan percakapan Cheng Yun dan si loli, menyirami satu per satu semua tanaman di atap gedung dengan fokus total.
Jelas ia jauh lebih teliti daripada Cheng Yun. Saat Cheng Yun menyiram bunga, seolah-olah hanya ingin membasahi tanah saja.
Setelah waktu yang lama, ia selesai menyiram, meletakkan penyiram, lalu di atap gedung... mulai mempraktikkan jurus bela diri!
Cheng Yun yang menyaksikan di pinggir tertegun-tertegun.
Perlahan-lahan, cahaya keemasan memudar. Awan hitam di pinggiran kota berkumpul, menyelimuti langit. Tidak serendah dan memaksa seperti hujan badai musim panas, tapi lebih muram.
Sang Mage segera menarik kembali gerakannya, mengangkat kepala melihat langit, berkata: "Akan turun salju nih."
Cheng Yun tertegun, bertanya secara bawah sadar: "Kamu tonton Prakiraan Cuaca semalam?"
Sang Mage menunjukkan sikap meremehkan: "Perlu lihat Prakiraan Cuaca? Aku ini kan seorang Mage!"
"Oh!"
Cheng Yun juga mengangkat kepala melihat langit, merasakan angin dingin yang perlahan menusuk tulang, mengerutkan kening.
Menghitung waktu, sekarang sudah akhir Januari. Meskipun sebagian besar kota di wilayah tenggara Yizhou miskin salju, Jinguan juga tidak terkecuali. Namun kota-kota ini setiap tahun sekitar waktu ini biasanya turun sedikit salju, hanya masalah banyak atau sedikitnya saja. Hanya saja salju di Jinguan sulit terakumulasi seperti di utara. Mungkin jika tidak diperhatikan, kita bahkan tidak akan tahu itu salju. Jika tidak keluar rumah, kita juga tidak akan tahu salju turun di luar.
Ia selalu datang diam-diam, seolah sangat takut ketahuan.
Bagaimanapun juga, terlepas dari apakah akan turun salju atau tidak, perubahan cuaca ini menandakan periode terdingin dalam setahun segera tiba.
Setelah periode ini, Tahun Baru Imlek akan semakin dekat. Dalam ingatan Cheng Yun, hampir setiap tahun saat Imlek tiba, Yizhou selalu dilanda cuaca cerah yang hangat. Duduk di tepi sungai menikmati dua cangkir teh sambil berjemur di bawah matahari terasa sangat nyaman. Kadang bahkan harus melepas mantel luar, cukup mengenakan sweter atau kemeja lengan panjang.
"Turunlah." Kata Cheng Yun sambil menggapai tempat sampah dan membersihkan cangkang kacang kering di meja kopi.
Loli kecil juga berjongkok di meja kopi sambil membantu, satu cakar kecil terus memutar-mutar, dengan wajah serius menyapu cangkang kacang kering ke tempat sampah.
Setelah membersihkan, ia mengamati cuaca, lalu menoleh memandang Cheng Yun dengan tatapan bertanya——
Kalau begitu malam ini kita masih pergi keluar?
