Usai makan, Tang Qingying langsung naik ke atas untuk mandi dan berias.
Meski gadis seusia ini tetap memesona tanpa riasan, tapi bagi yang doyan mempercantik diri, kalau tidak berdandan cantik, mana bisa ketemu orang?
Cheng Yun duduk di resepsionis menggantikan shiftnya, sementara loli kecil berbaring di atas meja sambil asyik bermain-main dengan ekornya sendiri.
Cheng Yan dan gadis kecil Yu Dian naik ke atas untuk cuci piring. Awalnya Sang Mage juga ingin ikut nimbrung, tapi ditolak mentah-mentah.
Yin Nuxia yang kekenyangan terbaring puas di sofa. Sesekali ia mengangkat kelopak mata melirik Sang Kepala Stasiun yang sedang bertugas di depan, baru saja hendak menunjukkan senyum bodoh, tiba-tiba buru-buru menyembunyikan senyumannya seperti takut ketahuan orang, lalu menoleh ke sekeliling memastikan tidak ada yang memperhatikan.
Tak lama, Tang Qingying pun turun.
Tadi saat makan mie ia sudah mengenakan baju rapi, tapi sekarang berganti baju lagi.
Legging hitam menggaris bentuk kaki indah sang gadis, jaket bulu angsa panjang yang longgar menyembunyikan postur tubuhnya yang "sangat berbobot". Sepatu olahraga high-top di bawah kakinya menegaskan aura keremajaan yang penuh vitalitas. Riasannya samar, hanya menata rambut - dari sudut pandang kesucian, riasan natural seperti ini bila dilakukan dengan baik justru lebih memukau dan alami dibanding wajah tanpa polesan.
Cheng Yan turun membuntuti, mengenakan setelan olahraga ringan yang mempertegas postur atletisnya. Aura dewi sporty-nya seratus persen!
Cheng Yun melirik sejenak, mengerutkan kening: "Kenapa? Kalian berdua mau keluar? Dingin sekali di luar, harus pakai yang lebih tebal."
Tang Qingying menutupi separuh pipinya dengan tangan, memelas: "Hm, gigiku sakit... Mau ke dokter. Kakak ipar, tolong jaga resepsionis ya..."
Setelah berkata, ia menoleh ke Cheng Yan: "Yan-yan bilang mau nemenin aku."
Mendengar itu, kedua kakak beradik itu tertegun.
Cheng Yun bertanya dengan serius: "Kenapa sakit gigi? Tadi pas makan mi masih baik-baik saja, apa karena kebanyakan makan daging sapi sampai sakit panas dalam?"
Cheng Yan memandangnya dengan wajah terpaku: "Siapa yang bilang mau nemenin kamu ke dokter? Aku mau ke gym."
Tang Qingying mengabaikan ucapan Cheng Yan, berjalan ke resepsionis, menatap Cheng Yun penuh harap sambil melirik ke arah Cheng Yan: "Semalem dipukulin Yan-yan."
Mendengar itu, Cheng Yun terkejut melihat Cheng Yan.
Cheng Yan kembali membalikkan matanya: "Aku semalem mana ada pukulin kamu! Malah kamu, tengah malam ganggu tidurku, sampai aku harus bangun buat ngurusin kamu!"
"Lihat! Dia mengaku sudah mengatasiku!" Tang Qingying segera memandangi Cheng Yun dengan pandangan anak yang mengadu, sorot mata berkaca-kacanya terus berkedip bagai permohonan agar Cheng Yun membela haknya, "Dia memukul gusiku sampai sakit, sekarang bahkan tidak mau menemaniku ke dokter!"
"Sakit gigimu juga tidak ada hubungannya denganku, tentu saja aku tidak punya kewajiban menemanimu ke dokter." Cheng Yan mengerutkan kening halus, saat ini dia sangat tidak puas dengan si gadis kecil ini.
"Masih bilang tidak memukul, kau mengangkatku dan menjatuhkanku!" Tang Qingying mengandalkan dukungan Cheng Yun, tanpa rasa takut menoleh untuk berhadapan dengan Cheng Yan.
Dia yakin Cheng Yun akan membelanya.
Sejujurnya Cheng Yun juga tidak tahu dari mana ilusinya berasal.
"Aku hanya melemparkanmu ke sofa saja, apa hubungannya dengan sakit gusimu?" Cheng Yan memutar matanya.
“Lihat! Dia mengaku!” Tang Qingying melaporkan faktor yang menguntungkannya kepada Cheng Yun, lalu kembali menoleh menghadapi Cheng Yan, “Kamu kan jago gulat, saya cuma mahasiswi biasa yang lemah lembut, mana tahan dijatuhingin? Katanya orang jago gulat kayak kamu bisa bikin orang mati terjatuh ke semen. Untung sofa empuk, kalau enggak sekarang kamu sudah di penjara.”
“Gigi sebelah mana yang sakit?” Cheng Yan bertanya.
“Kiri.” Tang Qingying menjawab patuh.
“Bagus, maukah gigi kananmu ikut sakit?” Cheng Yan mendekat sedikit sambil tersenyum menanyakan.
“Waah! Dia malah mengancamku!” Tang Qingying tertegun sebentar lalu menoleh ke Cheng Yun, “Kakak ipar cepat lihat, dia berani mengancamku di hadapanmu, perilaku ini keterlaluan, kakak ipar harus membela keadilan untukku!”
“Ahem.” Cheng Yun menarik sudut bibirnya, “Sudah mulai sakit sejak semalam ya?”
"Iya, dia jadi sakit setelah menghajar saya."
"Perhatikan ucapanmu!" Cheng Yan bersuara berat.
“Waah!” Tang Qingying yang ketakutan bukan main langsung bersujud dan berlari masuk ke area layanan, berdiri di sebelah Cheng Yun sambil mencari perlindungan.
Sementara itu, Cheng Yun yang masih mengusap bulu empuk di kantong pinggang si loli, menoleh dan berbisik, "Jangan cari masalah dengannya. Dia penggemar bela diri campuran - beladiri, terjatuh, jiu-jitsu Brasil. Aku sendiri tak sanggup melawannya."
Raut wajak Tang Qingying langsung membeku. Ia menggelengkan kepala, "Aku tak percaya kekuatan pacar/kakak iparku begitu melemah..."
Cheng Yun mengangkat bahu, lalu mengangkat kepala melihat Cheng Yan, berkata: "Sakit gigi bukan penyakit, tapi kalau kambuh bisa bikin mati. Cheng Yan, temani dia ke rumah sakit. Seharusnya tidak makan waktu lama."
Tang Qingying langsung mengangguk seperti ayam mematuk beras: "Iya iya, kakak ipar benar!"
Cheng Yan memalingkan muka ke samping: "Aku tidak mau!"
"Jangan nakal!"
"Jangan banyak gaya!"
"Aku akan masakkan makanan enak."
“……Boleh saja tidak!” Cheng Yan melirik Tang Qingying, “Cuma sakit gigi, bukan sakit kaki, juga tidak perlu operasi, mana mungkin sampai segitunya dibuat-dibuat? Pergi sendiri ke rumah sakit tidak boleh, ya?”
“enmm……” Cheng Yun ragu-ragu sejenak, “Kalau begitu hanya aku yang akan menemaninya keluar.”
“Baguslah!!” Tang Qingying langsung bertepuk tangan.
“Tidak boleh!” Cheng Yan melangkah maju selangkah, mengerutkan alis menatapnya, lalu melihat Tang Qingying di sebelah yang tak jelas mengapa sangat bersemangat, membentak, “Sudah sakit gigi begini, masih banyak bicara! Kesalnya sampai mati kau!”
Tang Qingying dengan penuh kewaspadaan menatapnya, sepasang tangan putih bersih mencengkeram baju di punggung Cheng Yun.
“Kau pergi saja ke gym, kakak ipar yang akan menemaniku.”
“Jangan harap!” Cheng Yan kembali teringat ulah Tang Qingying pagi ini, wajahnya memucat karena marah——Di dunia ini benar-benar ada orang yang tidak tahu malu seperti ini!
Kalau membiarkan gadis ini pergi berdua dengan Cheng Yun, tidak tahu ulah apa lagi yang akan dibuatnya.
"Kamu tunggu di sini!" Cheng Yan berkata dengan suara berat, berbalik lalu berjalan menuju lantai atas, "Aku akan mengambil jaket bulu angsa!"
"Hmm..." Ekspresi Tang Qingying terlihat sangat manis.
"Ah tidak boleh minta kakak ipar menemani aku, sungguh disayangkan!" Ekspresi Tang Qingying penuh kepuasan diri, baru setelah melihat punggung Cheng Yan menghilang di koridor gedung, dia menundukkan kepala memandang Cheng Yun, menyipitkan mata sambil tersenyum cerah, kedua matanya berubah menjadi dua bulan sabit.
"Ini gigi bungsu atau gigi berlubang?" Cheng Yun bertanya.
"Aku juga tidak tahu, seharusnya bukan gigi berlubang. Aku selalu menyikat gigi dengan serius, juga tidak suka makan permen," Tang Qingying menjawab, "Pokoknya letaknya di bagian paling dalam."
"Kalau begitu kemungkinan besar gigi bungsu," kata Cheng Yun.
"Ah? Gigi bungsu?"
"Hm, Yao Yao kamu sudah 18 tahun kan?"
"Hm!"
"Aku ingat kamu lebih tua sedikit dari Cheng Yan," Cheng Yun mengangguk, "Cepat sekali tumbuh gigi bungsunya..."
"Gigi bungsu itu apa?"
“Itu gigi terakhir yang tumbuh, biasanya sakit sekali saat muncul. Tapi aku tidak yakin, harus diperiksa dokter dulu.”
“Oh!” Tang Qingying mengangguk, lalu mengulurkan tangan untuk mengusap pipinya.
Cheng Yun melihat cara bicaranya masih jelas, pagi ini juga lahap makan mi, diperkirakan infeksinya tidak parah, jadi tidak bertanya lebih lanjut.
Tak lama kemudian, Cheng Yan sudah turun.
Saat kedua orang itu hendak keluar, Cheng Yan masih menoleh ke Cheng Yun: “Aku mau makan pasta Italia! Mi daging!”
Cheng Yun menunjukkan ekspresi kepasrahan.
