Ruang node.
Bola cahaya oval memancarkan cahaya redup layaknya tarikan napas.
Hanya beberapa meter darinya, Yin Nuxia duduk bersila di udara, kedua tangan menopang pipi dengan tatapan hampa menatap Cheng Yun yang tidak jauh, tanpa berkedip sedikitpun.
Pintu ruang node terbuka, Cheng Yun melangkah keluar.
Yin Nuxia tetap tak mengalihkan pandangan dari arah itu, menunggu Cheng Yun sebentar lagi membuka pintu dan masuk kembali.
Masuk keluar seperti ini, Cheng Yun sudah melakukan puluhan kali, dan dia juga telah menyaksikan puluhan kali. Sesuai tradisi yang berlaku, kira-kira satu menit kemudian, pintu ruang node akan kembali terbuka, lalu Cheng Yun akan masuk dengan wajah penuh kekecewan, sendirian melanjutkan ritual tak jelasnya selama berjam-jam, kemudian gelisah membuka pintu keluar, berulang seperti ini.
"Ah."
Dia menghela napas panjang, merasa agak bosan.
Tiba-tiba, bulu kuduk Yin Nuxia merinding. Dia merasakan gerakan samar di belakangnya, seolah ada benda asing yang muncul tiba-tiba! Mengingat ini adalah ruang node yang seharusnya kosong, nyaris saja dia melompat setinggi 10 meter!
"Mengapa kau menghela napas?" Suara lembut Cheng Yun tiba-tiba bergema.
"Hah?" Otot-otot Yin Nuxia yang hampir meledak itu langsung mengendur. Dia memalingkan wajah dengan tertegun ke arah Cheng Yun.
"Hah apa lagi?" Cheng Yun tersenyum sambil mengernyitkan dahi.
“Ini... Bukannya Kepala Stasiun keluar dari sini?” Yin Nuxia menunjuk ke arah yang selama ini ditatapnya dengan ekspresi takjub, lalu menunjuk posisi tempat Cheng Yun sekarang berdiri, “Kenapa tiba-tiba muncul dari sini? Lagipula bagaimana caranya masuk tanpa kusadari? Jangan-jangan pendengaranku mengalami kemunduran?”
“Haha!” Cheng Yun tertawa, “Aku berhasil!”
“Apa yang berhasil?” Yin Nuxia mengernyit.
“Pulang ke markas!”
“Pulang ke markas apa?” Ekspresi bingung Yin Nuxia masih belum hilang.
“Seperti saat kamu main LoL, di mana pun berada, cukup tekan tombol pulang ke markas, langsung bisa kembali ke basis utama.”
“Oh! Tombolitu!” Yin Nuxia tersadar, lalu kembali memandang Cheng Yun dengan ragu, “Jadi tadi Kepala Stasiun kembali ke kampung halaman? Bukannya rencananya baru pulang saat Tahun Baru Imlek nanti?”
“……Maksudku sekarang aku sudah menguasai skill sejenis pulang ke markas, mulai sekarang di mana pun aku berada, kapan saja bisa kembali ke sini!” kata Cheng Yun dengan gembira, “Seperti tadi, padahal aku sudah keluar dari pintu, kembali ke kamar, tapi diam-diam muncul lagi dari bola cahaya ini! Keren nggak?”
“……Keren.” Yin Nuxia sama sekali tak paham, tapi itu tidak penting.
“Hm? Sudah hampir pukul dua belas!” Cheng Yun melihat jam tangannya, lalu dengan riang mengelus kepala Yin Nuxia, “Kamu belum pulang istirahat?”
“Aku nggak ngantuk,” Yin Nuxia menggoyangkan kepalanya.
“Kalau pulang larut begini, Yu Dian nggak khawatir?”
“Dia pasti sudah terbiasa,” Yin Nuxia menunduk sambil bertebak.
“Iya juga, lagipula kamu sering main di resepsionis sampai larut malam baru pulang.” Cheng Yun mengangguk, lalu curiga bertanya, “Tapi bukannya katanya mau berlatih kultivasi di sini?”
“Iya.” Yin Nuxia mengangguk dengan wajah terlalu serius.
“Tapi kamu terus-terusan melihatku ya.” Cheng Yun menarik sudut bibirnya.
“Siapa yang suruh kamu terus mengutak-atik benda-benda aneh itu, mondar-mandir di depanku... Kamu kan tahu rasa ingin tahuku besar.” Yin Nuxia dengan lancar mengalihkan tanggung jawab ke Cheng Yun, lalu menambahkan, “Lagipula di tempatmu ini aku tidak bisa menyerap energi dewa, latihan kultivasi jadi lambat sekali, lebih baik tidak usah berlatih.”
Suku Yue Man yang disiplin menyebut energi kultivasi sebagai energi deviasi, Raja Padang Salju yang lahir dari alam menyebutnya energi alam, penduduk dunia Tuan Fa menyatukan penyebutannya sebagai energi spiritual setelah proses asimilasi budaya panjang. Yin Nuxia berbeda - dia menyebutnya energi dewa.
Sebagian besar energi di node ruang-waktu adalah inti semesta, hanya sedikit yang bisa digunakan manusia biasa untuk berlatih. Perkataan Yin Nuxia memang benar adanya.
Cheng Yun tak bisa membantah lagi.
Beberapa saat kemudian, ia melambaikan tangan: "Lebih baik kamu kembali beristirahat, kalau tidak pulang, Nona Yu-mu pasti khawatir! Bagaimana jika ada yang menemukanmu menghilang tanpa alasan, itu akan lebih merepotkan!"
Yin Nuxia merenung sejenak, sangat setuju. Ia menaruh tangan di lutut untuk memanfaatkan momentum, langsung berdiri, tapi menatap Cheng Yun: "Kalau Kepala Stasiun bagaimana?"
"Aku akan mempelajari lebih lama lagi."
"Bukannya kamu sudah berhasil?"
"Itu... menyimpulkan, menyimpulkan hasilnya."
"Baiklah." Yin Nuxia patuh melangkah beberapa kali ke depan, lalu menoleh tajam: "Kepala Stasiun bukakan pintu untukku."
Cheng Yun dengan nyaman membuka pintu.
Yin Nuxia diam-diam kembali, satu kaki melangkah keluar, menoleh padanya: "Kepala Stasiun, selamat malam."
"Hm." Cheng Yun mengangguk, melirik arloji anak di pergelangan tangannya, menambahkan: "Lain kali datang ke ruang node jangan pakai arloji, tinggalkan di luar."
"Mengapa?" Yin Nuxia bertanya dengan keraguan.
“Karena waktu di ruang node agak berbeda dengan di luar. Setelah masuk lalu keluar, harus menyesuaikan jam lagi.”
“Oh, kalau begitu……” Ia menatap Cheng Yun dengan sorot mata penuh harap.
“Besok saya yang akan menyesuaikan jammu.”
“Baik~”
Setelah menutup pintu ruang node, Cheng Yun kembali duduk manis sambil menunduk merenung dalam hati.
Prinsip kepulangannya adalah dengan mencabut seberkas energi inti yang bercampur hukum ruang-waktu dari tubuhnya sendiri, lalu menjadikannya titik penghubung antara ruang node dan dunia nyata. Ini setara dengan memalsukan "koordinat" di dunia nyata, sehingga memungkinkannya melepaskan diri dan "melompat" masuk ke ruang node.
Meski terdengar sederhana, proses mendeteksi inti semesta yang disebutkan Komandan Raja Salju dan Dewa Elang, serta cara menyentuh dan menguasai kekuatan penguasa tertinggi ini, telah menyedot energi luar biasa besarnya. Selanjutnya, ia harus merasakan hukum ruang-waktu di sekitarnya sambil membentuk energi inti menjadi bentuk yang diakui oleh node ruang-waktu.
Ini adalah proses eksplorasi panjang penuh penyelidikan yang bodoh, sekaligus sarat faktor keberuntungan.
Cheng Yun tahu cara seperti ini pasti tidak boleh dilakukan. Hanya mengetahui permukaan tanpa memahami esensi tidak bisa disebut ilmiah. Metode bodoh ini adalah pilihan terakhir.
Seperti para leluhur di Tiongkok kuno. Manusia zaman kuno mengandalkan pengalaman dan uji coba untuk membedakan banyak hal, memberi mereka kecerdasan yang jauh melampaui orang lain di era penuh kebodohan itu. Tapi sebenarnya mereka tidak tahu mengapa sesuatu bisa seperti itu, bahkan mudah tertipu penampilan luar hingga tak bisa membedakan benar salah. Dalam jangka panjang, pola pikir seperti ini akhirnya akan menjadi hambatan.
Cheng Yun yakin dirinya tak boleh seperti itu.
Harus menjalankan konsep pengembangan yang ilmiah.
Ia harus memahami teori di balik semua ini.
Cara terbaik mendapatkan jawaban adalah dengan mengikuti langkah-langkah pemecahan masalah yang benar satu per satu, bukan melompati tahapan dan menebak-nebak jawaban.
"Tsk..." Cheng Yun pandai berfilsafat, tapi saat praktik justru kebingungan.
Meski tahu memiliki kehidupan yang panjang, mustahil baginya benar-benar mengeksplorasi kebenaran universal perlahan-lahan sendirian.
“Benar!” Ia tiba-tiba menatap bola kristal yang mengambang tidak jauh.
Gesek!
Bola kristal melaju ke tangannya.
“Wahai bola kristal, apakah kau menyimpan dokumen tentang hukum kosmis, koneksi dua alam semesta, koordinat dimensi semacam itu?” Cheng Yun bertanya layaknya ratu dongeng, padahal kata kunci yang dimasukkannya bisa membuat superkomputer Taihu Zhi Guang crash.
Tapi bola kristal bukanlah barang-barang duniawi.
Cahaya redup berkilat, sebuah layar persegi terproyeksi mengambang di atas bola kristal, dipenuhi tulisan aneh yang begitu padat.
“Tolong diterjemahkan,” kata Cheng Yun dengan malu.
Seketika, tulisan itu berubah menjadi bahasa China.
Cheng Yun mengira layar itu menampilkan konten dokumen yang dicari, namun yang muncul justru deretan judul literatur yang tak terhitung banyaknya.
Sebagian besar literatur tersebut mencantumkan nama Kun Zhen sebagai penulis, dengan waktu penulisan yang relatif baru. Kemungkinan besar karya-karya ini ditulis oleh Tua Master Hukum selama petualangannya melintasi berbagai alam semesta. Para mage lain yang tak mampu menerobos batas kosmos hanya bisa meneliti hukum antar semesta melalui metode spekulasi berulang, verifikasi parsial, atau observasi tidak langsung. Proses ini jelas memakan waktu lama dan melelahkan, dengan hasil penelitian yang sulit dibuktikan kebenaran maupun kepalsuannya.
Berdasarkan ini, Cheng Yun membuka salah satu karya Tua Master Hukum.
Ia yakin kedekatannya dengan sang mage tua akan memberikan semacam bonus misterius dalam mempelajari kitab tersebut. Selain itu, temuan penelitian Lao Fa Ye juga lebih layak dipercaya.
Begitu lembar pertama dibalik—
Ya ampun! Seluruh halaman dipenuhi istilah asing yang tak dikenal!
Kata-kata seperti "Hukum Gaka", "Spekulasi Beringin", dan "Perubahan Sifat Burung Putih" masih tergolong lumayan. Yang lebih membuat Cheng Yun pusing adalah istilah-istilah seperti "peningkatan XX", "mode XX", "koneksi XX", "konstruksi XX" — sampai kepalanya serasa mau pecah. Di antara karakter Han ini juga terselip banyak simbol dan tulisan asing yang tidak dikenalnya, mungkin karena bola kristal tidak tahu cara menerjemahkannya atau tidak menemukan padanan kata yang tepat dalam bahasa Han.
"Ah."
Cheng Yun menghela napas panjang.
Setelah menenangkan diri, ia baru tersadar betapa naifnya dirinya — seorang yang bahkan teori ruang-waktu Bumi saja membuatnya pusing, tapi berani bermimpi memahami teori ruang-waktu peradaban yang jauh lebih maju.
Teori ruang-waktu di peradaban mana pun pasti termasuk bagian ilmu pengetahuan yang paling rumit dan sulit dipahami, bukan?
"Lebih baik minta bantuan Sang Mage."
"Entah bisa tidak si Mage ini membantu..."
Cheng Yun kembali mengingat operasi sebelumnya saat pulang ke markas, mencoba beberapa kali lagi, dan setelah memastikan dirinya benar-benar menguasainya, ia mendorong pintu dan berjalan keluar.
Di luar sudah tengah malam, udara terasa dingin menusuk.
Cheng Yun melihat jam tangannya, waktu sudah lewat pukul dua belas.
Saat ini sudah memasuki bulan Februari tahun 2018.
Sambil berjalan menuju kamarnya, ia terus berpikir: dari sifat penyatuan ruang node dengan alam semesta, masih banyak fungsi yang bisa digali. Melemparkan sosok ke ruang node atau mengunci wilayah alam semesta planet ini termasuk aplikasi tingkat rendah, sedangkan mekanisme pulang markas hanya sedikit lebih maju, bisa dianggap sebagai tahap pertama.
Jalan di depan masih panjang!
……
Sekejap mata beberapa hari telah berlalu.
Tanggal 4 Februari 2018, penanggalan lunar bulan ke-12 tanggal 19.
Sore hari, cuaca masih cerah. Seolah Dewa di langit khusus merestui tanah ini, sebagian besar hari raya Imlek selalu cerah, kebetulan cocok dengan selera orang Yizhou yang malas.
Cuaca seperti ini biasanya tepi sungai dekat kediaman resmi akan dipenuhi meja kopi dan kursi, dengan teh kasar seharga 10 yuan per cangkir yang bisa diisi ulang tak terbatas. Orang Yizhou suka mengajak tiga lima kawan, ada yang memegang cangkir teh sambil berjemur dan mengobrol dengan tenang, ada yang main mahjong sepanjang siang. Hawa lembab musim dingin yang terakumulasi lenyap tak berbekas di bawah sinar matahari, sambil bermalas-malasan mereka pun bisa melepas rindu dengan teman-teman lama.
Cheng Yun juga membersihkan meja kopi dan kursi di atap penginapan sampai berkilau, menyediakan teh pilihan dan kuaci. Bagi tamu yang ingin main mahjong atau berjemur, mereka bisa duduk santai di atap sepanjang siang. Lingkungan atap yang dipenuhi bunga-bunga mekar jauh lebih nyaman dibandingkan tepi sungai.
Di grup chat Cheng Yun mengirim pesan: "Kabarnya pasar malam di daerah Jinmen sebelah barat sudah siap dihias. Bagaimana kalau kita pergi bersama malam ini? Siapa yang kosong jadwalnya?"
